Ketika Istriku Mulai Membangkang

Ketika Istriku Mulai Membangkang

Oleh:  Silla Defaline  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
17 Peringkat
153Bab
232.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

(Sekuel novel "Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu) Lia harus merasakan pengalaman pahit setelah ia memilih untuk hidup bersama Yoga. Lelaki yang dulu sangat ia cintai. Naasnya, setelah perjalanan rumah tangga mereka arungi, ternyata Yoga adalah pria yang amat egois, tidak mengerti tangung jawab dan tidak tahu cara untuk menghargai istri. Selain itu, sikap Bu Lasmi (ibunda Yoga) dan Melisa (adik bungsu Yoga), tidak kalah buruknya. Mereka tak ubahnya keluarga toxic yang hanya menganggap Lia numpang hidup pada Yoga. Sungguh, pernikahan itu merupakan sebuah ujian bagi Lia. Sebagai istri yang masih mengharapkan adanya iktikad baik, Lia menyembunyikan keburukan sikap Yoga beserta mertua kepada kedua orang tuanya di Banjarmasin. Namun, setelah sekian lama bertahan, akhirnya pertahanan kesabaran itupun runtuh. Lia mulai berontak. Terlebih lagi setelah ia mengetahui pengkhianatan Yoga pada seorang wanita yang bernama Riana. Sakit hati itu berubah menjadi sebuah dendam.

Lihat lebih banyak
Ketika Istriku Mulai Membangkang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lilac Summer
bagus cuma bahasanya terlalu baku jadi aneh aja tiap baca apalagi kalo bagian lagi pada cekcok bahasa yang digunain bahasa baku .........
2022-12-14 23:05:34
0
user avatar
Putra Bagus
Ceritanya keren, Kak
2022-07-04 20:05:47
0
user avatar
IndahBernard
Mm ... bagus ceritanya
2022-06-22 03:20:35
1
user avatar
Maryam Abu Bakar
Terbaik ceritanya seru
2022-05-15 18:04:46
1
user avatar
Yulia Nanda Sari
keren banget ceritanya
2022-05-12 02:51:53
1
user avatar
miss calla
Gila toxic keluarganya si yoga, di tunggu nih pembalasan buat para benalu.
2022-05-10 15:13:32
1
user avatar
Eha Hermawati
ceritanya bagus, istri tidak cengeng tetap tegar dan bertindak dengan logika walaupun disakiti dan dihina mertua, ipar, suami jg si pelakor, semangat thor! sy suka ceritanya!
2022-05-09 16:26:05
1
user avatar
Ian Salapali
Lama banget updatenya... bikin tambah penasaran aja...
2022-05-08 22:13:10
1
user avatar
Galuh Banjar
kereeen,,, kira2 sampai bab brp ya ketika istriku mulai membangkang
2022-04-25 05:58:11
1
user avatar
Chandra
sayamulai baca y arti sebuah perbedaan
2022-04-10 14:21:48
1
user avatar
Ritta Halil
lanjut thor
2022-04-06 07:39:13
1
user avatar
Desi
saya suka cerita nya di lanjut kan ya nulis nya, semangat kakak...
2022-04-06 04:59:42
1
user avatar
Areeya Ashok
sukaaaaaa banget
2022-03-28 11:18:45
1
user avatar
DramaVa
suka Weh. masih nunggu penyesalan tiada tara
2022-03-23 21:30:38
1
user avatar
empat2887
wah, seperti nya lia wanita yang tangguh ya, Kak? ......
2022-03-23 09:08:32
1
  • 1
  • 2
153 Bab
Bab 1
Bab 1"Lia! Tolong buatkan aku teh!" terdengar suara Mas Yoga dari ruang depan.   "Ya, Mas. Bentar! Ini Chika lagi rewel."  sahutku sambil menyusun packingan-packingan pesanan para pelanggan.   "Cepetan!" teriakan Mas Yoga kembali terdengar.   "Ya, Mas. Bentar, aku urus Chika dulu!" sahutku.   Sebentar kemudian tidak terdengar lagi suara Mas Yoga. Aku sibuk menggendong dan mengayunkan Chika yang dari tadi menangis dan rewel. Aku khawatir. Bocah empat tahun itu nampak pucat.   "Lia...! Apa kau dengar apa kataku barusan?" tiba-tiba terdengar teriakan Mas Yoga terulang lagi. Aku terkejut. Bahkan Cika yang berada di gendonganku pun turut tersentak. Aku kesal, sebab anakku baru saja ingin memejamkan mata, eh malah di kejutkan kembali oleh suara keras ayahnya.     "Iya, Mas!" sahutku.     Tak ingin mengundang
Baca selengkapnya
Bab 2
Bab 2"Ini apaan? Sayur sama tempe doang?" Mas Yoga menatap tak suka pada menu yang kusajikan di atas meja.  "Itu masih untung aku mau masakin, Mas.""Kamu kok ngomongnya gitu? Memang kamu udah nggak mau masakin aku? Sampe-sampe masaknya sembarangan begini. Coba masak tuh yang enak dikit." celoteh Mas Yoga."Bukannya aku nggak mau masak enak. Tapi uangnya yang nggak ada buat beli yang enak-enak." jawabku ketus."Uang yang aku kasih bulan kemarin kamu kemanakan?" tanyanya.Aku geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan Mas Yoga."Uang yang Mas kasih bulan kemarin udah habis seminggu yang lalu." jawabku.  "Uang habis, uang habis, itu aja yang selalu kau sebut. Di otakmu cuma ada uang, uang, dan uang. Lama-lama bosan aku mendengarnya."Mas Yoga merogoh kantong dan mengeluarkan dompet. Entah apa yang akan dia lakukan."Nih! Uang dua ratus ribu untuk seminggu! Awas ajah kalau sampai masih b
Baca selengkapnya
Bab 3
Bab 3     "Lia! Darimana aja kamu? Ditelpon nggak diangkat-angkat. Apa Kamu sengaja mengabaikan panggilanku?"    Baru saja aku menginjakkan kaki di rumah, sudah di sambut dengan teriakan Mas Yoga. Ya, aku baru saja pulang setelah membawa Chika ke dokter. Aku lupa, tadi karena terlalu sibuk dengan Bu Lasmi yang merongrong, aku terlupa akan ponsel.   "Jawab aku Lia! Jangan cuma bisa diem gitu! Apa kamu sedang berpikir buat cari-cari alasan?" Mas Yoga membentak.   "Bukan aku nggak mau mengangkat panggilan dari Mas, tapi ponselku memang ketinggalan di rumah." jawabku.   "Ooh, jangan-jangan kamu emang sengaja ninggalin ponselmu, ya? Dengan begitu kamu bisa mengelak? Iya?" tanya Mas Yoga membabi buta.   "Mengelak? Mengelak dari apa, Mas?" Aku benar-benar bingung.   "Nah kan! itu saja kamu masih berpura-pura?"  &nbs
Baca selengkapnya
Bab 4
Bab 4  "Apa? Kamu nyuruh aku makan di rumah Ibu? sedangkan aku punya istri? Apakah pantas seorang istri berucap kayak begitu?" Mas Yoga mencerca.   "Sebaliknya aku yang tanya sama Mas, apakah pantes seorang suami yang nggak menafkahi istrinya, tapi banyak menuntut?"   Mendengarkan sanggahan demi sanggahan yang meluncur dari mulutku, sepertinya emosi Mas Yoga semakin menjadi.    Kulihat Mas Yoga mengangkat tangan kanannya. Tangan itu mengepal. Aku sedikit bergidik.Dugaanku benar, sejenak kemudian tangan itu melayang ke arah wajahku.   Eitt!   Secepat kilat aku mengelak.  Tentu saja aku tak ingin menjadi sasaran pukulan tangan kekarnya. Akibat pengelakanku, kepalan tangan Mas Yoga hanya mengenai dinding. Kulihat Mas Yoga mengaduh. Dalam hati ingin rasanya aku berteriak, "Rasain!"   "Keterlaluan kamu m
Baca selengkapnya
Bab 5
Bab 5Keesokan harinya, ketika hari masih begitu pagi, kulihat sebuah status dari kontak Melisa.[Emang enak ya, punya kakak seorang pejabat gede. Jadi kalo pengen apa-apa ya tinggal bilang. Thanks kakak tersayang.] status itu di iringi oleh Melisa yang pamer tas dan high hills baru. Kutaksir harganya tak terlalu mahal, tapi memang cukup menguras kantong untuk ukuran masyarakat kelas menengah.Aku cuma melengos. Baru segitu ajah noraknya minta ampun. Terlihat benar mereka seperti lagak orang kaya baru. Apa-apa di upload. Oh ya, aku baru ingat, kemarin kan Mas Yoga habis gajian. Pantasan.Baru saja aku meletakkan ponsel, sebuah pesan dari Melisa muncul di layar ponselku.[Mbak, tolong masakin kami kari ayam dong! Katanya ibu lagi selera sama tuh lauk. Sebentar lagi kami otewe ke rumah Kak Yoga. Jangan lupa ya, Mbak. Nih perut udah laper. Mau masak sendiri udah nggak sempet.]Huuh... Enak saja menyuruhku memasak buat mereka. K
Baca selengkapnya
Bab 6
Bab 6Mas Yoga sama sekali tak bisa menyembunyikan kegugupannya padaku. Aku menyodorkan air putih ke hadapannya."Cuma air putih?" matanya menatap tak suka."Ya, cuma ini yang ada. Oh ya, gimana dengan pertanyaanku tadi, Mas?"Mas Yoga mendelik tak suka melihatku. Ih dia pikir aku takut sana sorot matanya yang sengaja ia pelototi? "Suami baru pulang bukannya disuguhkan dengan makanan atau minuman yang layak. Malah ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh. Pertanyaan nggak penting. Dari pada banyak tanya, mending kamu hidangkan makan atau minum seger gitu kan. Bukan cuma air putih tok." timpal Mas Yoga. Terlihat sekali jika ia sedang menghindari pertanyaanku tadi. "Habis mau menyuguhi Mas dengan makanan atau minuman enak, di rumah ini nggak punya keduanya. Jadi tidak ada yang bisa kusuguhkan untuk menyambut kepulangan Mas." jawabku."Ucapanmu cuma buat kepalaku semakin pusing. Punya istri seperti gak punya istri
Baca selengkapnya
Bab 7
"Eh maaf, Mas. Aku nggak sengaja. Hmm ... Sakit ya?" tanyaku sedikit tertawa. Tak urung pertanyaanku semakin membuat Mas Yoga kesal minta ampun. "Andai saja aku nggak ngehargain kamu sebagai perempuan, pasti sudah kupatahkan tanganmu!" ucapnya geram. Aku nyengir kuda. Jujur sedikit kenapa? Ini bukan masalah dia bisa menghargaiku sebagai wanita, tapi bilang saja kalau tadi serangannya memang gagal. "Silahkan patahkan tanganku kalo kamu ngerasa mampu! Berani kamu nyakitin aku, maka kayaknya kenyataan akan berbalik, Mas. Tangan kamu yang akan kubuat tak berfungsi lagi." aku menjawab ketus "Kamu berani nantangin aku, Lia? Luar biasa! Rupanya udah nggak ada lagi rasa hormatmu terhadap suamimu ini. Istri gak punya perasaan. Kalo tahu akan kayak gini, rugi dulu aku nikahin kamu!""Hey, kalo kamu ngerasa rugi nikahin aku, terus ngapain kamu masih pertahanin pernikahan kita? Haa?" aku menatap kedua mata Mas Yoga.Mas Y
Baca selengkapnya
Bab 8
"Lia! Kamu kenapa sih? Belakangan ini sikapmu berubah drastis amat? Sama aku maupun ibu, kamu nggak ada hormat-hormatnya lagi. Perasaan aku nggak pernah buat salah apa-apa deh sama kamu. Sampe masakin aku sedikitpun ajah kamu nggak mau." Mas Yoga bertanya jutek. Bertanya, tapi tetap merasa tak bersalah. Apa gunanya? Apa dia tidak merasa salah tidak memberi uang tapi tetap ingin minta makan? Apa dia pikir makanan dan minuman akan jatuh sendiri dari langit, terus tinggal di pungut gitu. Mimpi kali ya."Lihat itu! Kemeja yang kupake tadi pun masih terletak di sofa. Kayaknya emang nggak ada niatmu untuk masukin kemeja kotorku ke mesin cuci ataupun buat sekedar menaruhnya ke keranjang baju kotor. Berbakti dikit sama suami apa salahnya, Lia? Apa kamu nggak mau cari ridho suami? Apa kamu nggak mau masuk surga sebab taat sama suami dan mertua?" Ya ampuuun... Aku rasanya dibuat ingin tertawa sama kata-kata Mas Yoga. Cari ridho suami katanya?
Baca selengkapnya
Bab 9
"Kamu kok lemes banget, Nak? Aduh, kok ibu jadi khawatir ya sama kamu. Atau jangan-nangan kamu belum di kasih makan ya sama istrimu? Pucat amat muka kamu, Nak. Apa kamu nggak di urusin sama Lia? Kok masih pake kaos oblong yang tadi? " Bu Lasmi yang baru saja tiba terlihat peduli. Padahal wanita itu baru saja datang beberapa menit yang lalu. Datang-datang bicaranya nyerocos begitu. Matanya menatapku yang baru saja selesai memandikan Chika."Iya, Bu. Lia nggak masak apa-apa. Perutku udah laper begini. Segelas kopi ajah nggak ada sama sekali. Udah nasib saya kali, Bu. Dapet istri yang gak mau urusin aku." jawab Mas Yoga lemah. Nadanya memelas bak minta di kasihani. Seperti orang yang sabar, namun bertujuan untuk merendahkan aku. Manjanya pria itu. "Kalau begini biar ibu ajah yang urus kamu, Nak. Dia pikir nggak ada yang mau urusin kamu. Dia pikir kamu hanya hidup sebatang kara. Huuh... Lia!" kali ini tatapan Bu Lasmi beralih padaku.
Baca selengkapnya
Bab 10
Mas Yoga terlihat salah tingkah melihat kedatangan wanita yang datang bersama ibunya. Jelas sekali kalau tingkah mereka mengundang curigaku. "Kenapa kamu nampak bengong, Lia? Apa kamu merasa heran sama wanita cantik yang kubawa kemari ini? Kamu kagum sama kecantikannya? Iya?" celetuk Bu Lasmi."Astaga, Bu! Baru datang udah teriak-teriak. Siapa juga yang kagum. Cukup ibu sendiri aja yang kagum aku mah nggak." Cepat-cepat Mas Yoga perlahan-lahan bangkit dari pembaringan, dan berjalan tertatih-tatih. So itu adalah salah satu bentuk dramanya. Barusan aku lihat dia tak terlalu kesusahan dalam berjalan. Eh ketika ibunya datang malah nampak terseok-seok. Terlalu berlebihan. "Hati-hati, Nak! Kalo belum bisa jangan terlalu dipaksakan." Bu Lasmi memapah Yoga kembali ke atas ranjang. "Ibu udah ajak Riana kemari. Dia yang akan urusin kamu." Bu Lasmi berkata bangga seraya menatapku. Seolah ucapannnya adalah sebuah cibiran
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status