Gara-Gara Nikah di KUA

Gara-Gara Nikah di KUA

Oleh:  Naffa Aisha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 Peringkat
40Bab
29.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Untuk menghemat biaya pernikahan karena sadar akan perekonomian yang memang termasuk kelas ekonomi ke bawah dan tak mau merepotkan kedua orangtuanya, Naima memutuskan untuk menikah di KUA. Akan tetapi, keputusan Naima malah menuai kritikan juga cibiran dari keluarga juga tetangga. Simak kisahnya!

Lihat lebih banyak
Gara-Gara Nikah di KUA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
yenyen
tetep licu ya bu nani
2023-03-18 01:10:13
0
user avatar
dafdukcapil kolaka
bagus cerita nya
2022-06-21 17:07:17
1
user avatar
Saraswati
seru! gemes banget ama nenek, bi nani, mira. pengen nabok rasanya ...
2022-06-19 16:49:57
1
user avatar
Curut Kecemplung
kelanjutannya doong kak...
2022-06-15 05:02:39
1
user avatar
Ursa Mayor
Percayalah, Nek. Suami Naima pasti kaya. cuma sekarang masih miskin sih.
2022-05-18 17:35:06
1
40 Bab
Nikah Tanpa Resepsi
Gara-Gara Nikah di KUAPart 1 : Nikah Tanpa Resepsi"Kayaknya sih hamil duluan deh makanya nikah di KUA.""Masa? Perutnya masih rata aja tuh.""Dugaanku sih karena lakinya kere.""Kasihan, ya, pernikahannya nggak berkesan sama sekali. Nggak ada pestanya.""Tebakanku, Mas kawinnya cuma dua ribu kali.""Ngenes banget, ya, jadi Naima. Nasibnya malang sekali."Begitulah ocehan yang kudengar dari tetangga sejak tiga minggu pasca pernikahanku dengan Bang Yusril, pemuda desa yang selama ini hanya berani saling lirik denganku, namun tiba-tiba datang melamar. “Assalammualaikum. Nai, kamu udah siap belum, Nak?” Suara Ibu terdengar di depan pintu.Aku yang sedang duduk melamun di tengah ruangan langsung beranjak di ke depan pintu dan menepikan pakaian yang hendak kulipat namun tak jadi karena terngiang-ngiang ocehan tetangga setiap aku keluar rumah untuk berlanja sayur atau juga ke warung. Heran saja, tetanggaku di kampung ini paling hoby berghibah padahal aku dan suami tak punya salah sama mer
Baca selengkapnya
Curhatan Naima
Gara-Gara Nikah di KUAPart 2 : Curhatan Naima“Dek, kamu kenapa?” tanya Bang Yusril saat kami datang bersamaan di depan rumah.Segera kusapu air mata yang sedari tadi sudah menggenangi wajah. Dengan tergesa-gesa, Bang Yusril memarkirkan motor bututnya yang ia gunakan untuk mencari rumput juga mengangkutnya ke kandang sapi milik Juragan Burhan, majikan suamiku.“Nggak apa-apa. Abang udah pulang?” tanyaku dengan sambil melangkah menuju pintu lalu membukanya.“Iya, hari ini pekerjaan Abang lebih awal selesainya. Ternak Juragan sudah masuk kandang semuanya, rumput untuk makan mereka juga sudah ada,” jawab Bang Yusril sambil melangkah masuk ke dalam rumah gubuk milik kami.Aku masuk ke dalam kamar, berganti pakaian lalu menuju dapur untuk menyiapkan kopi untuk suamiku walau hati masih terasa sakit karena kejadian tadi. Sedangkan suamiku, ia mengambil handuk kemudian menuju dapur untuk mandi dan membersihkan diri.“Dek, kok melamun?” Suara Bang Yusril membuyarkan lamunanku yang sedang meng
Baca selengkapnya
Mira Pamer Mobil
Gara-Gara Nikah di KUAPart 3 : Mira Pamer Mobil“Assalammualaikum, Naima,” ujar Ibu.“Waalaikumsalam,” jawabku dengan masih terkejut sembari menciun tangan Ibu juga Bude dan Nenek.“Hmm ... jadi ini rumah kamu Naima?” Nenek mencebik dengan tatapan merendahkan.“Ayo, masuk, semuanya! Inilah rumah Naima,” ujar Ibu dengan senyum semringah sembari melangkah mendahului empat tamu kami.“Ini rumah? Mira kira kandang sapi tempat Yusril kerja, ups!” Sepupuku itu pura-pura keceplosan saat masuk ke dalam rumahku, tatapannya begitu merendahkan.Nenek terkekeh, dengan mata mengelilingi seisi rumahku. Aku masih menahan hati dan berusaha untuk tetap bersikap baik walau hati mulai jengkel dengan tingkah sengit tiga tamuku yang saat ini sedang berbisik-bisik dan menatap jijik rumah gubuk yang hanya ada tiga ruangan ini.“Ayo silakan duduk! Maaf ... rumah Naima nggak ada kursi, jadi duduknya Cuma di lantai,” ujar Ibu lagi.“Kami berdiri saja deh, soalnya nggak terbiasa duduk di lantai,” jawab Mira de
Baca selengkapnya
Sabtu-Minggu
Gara-Gara Nikah di KUAPart 4 : Sabtu-MingguBang Yusril masuk ke rumah, wajahnya terlihat semakin letih. Aku tahu, ia pasti tersinggung dan terhina atas perlakuan norak suami dari sepupuku itu. Aku jadi tak enak hati, padahal banyak juga orang kaya di desa ini tapi tak seheboh mereka.“Maafkan Ibu, Nai, Ibu tak tahu kalau mereka ke sini hanya untuk menghina kamu saja.” Ibu menatapku dengan sambil menyapu matanya yang terlihat basah karena air mata.“Nggak apa, Bu, ini bukan salah Ibu kok. Lain kali, Ibu jangan terpedaya oleh mereka lagi, tak perlu dekat-dekat mereka lagi,” ujarku dengan menghela napas berat.“Iya, Nai. Ya sudah, Ibu pulang dulu, ya!” jawab Ibu dengan sambil memasang sandal jepitnya lalu membalikkan badan dan keluar dari perkarangan rumahku.Kutatap punggung wanita paruh baya yang semakin menjauh itu, dia memang tak pandai berpikiran buruk kepada orang lain, juga saudara-saudaranya yang memang selalu menghina karena kemiskinan kami tapi aku tak mau seperti Ibu yang me
Baca selengkapnya
Para Penagih Hutang
Gara-Gara Nikah di KUAPart 5 : Para Penagih HutangBude Yani terlihat berusaha menenangkan tiga orang wanita di depan rumahnya itu, sedang Mira tak terlihat di sana. Ibu mengajakku untuk segera masuk kembali ke dalam.“Entar, Bu, Nai mau lihat adegan seru ini dulu. Siapa tahu nanti Bude Yani dijambak tiga tamunya itu?” ujarku dengan menahan senyum.“Emangnya kamu ngapain? Mau nolongin Budemu?” Ibu terlihat menautka alis.“Iya, mau nolong ... nolong buat nyorakin.” Aku terkekeh.“Hus, nggak boleh gitu, kualat kamu nanti!” Ibu melotototiku.Aku menutup mulut, menahan tawa. Kini mata kami kembali ke pemandangan depan rumah. Eh, suasana semakin memanas, Bude menyiram satu ember air kepada tiga tamunya itu.“Ya Tuhan!” Ibu memegangi dadanya menyaksikan kebrutalan Kakaknya itu.Tiga tamunya itu semakin meradang dan kini mengurubuti Bude Yani. Beberata tetangga yang kebetulan menyaksikan adegan itu hanya menonton saja.“Nai, ayo bantuin Budemu sana!” Ibu menarikku turun dari rumah.“Nggak u
Baca selengkapnya
Sama-Sama Hamil
Gara-Gara Nikah di KUAPart 6 : Sama-sama Hamil“Apa, kantor pengelolaan daging sapi? Kantor apaan itu? Ngarang aja deh kamu, Nai! Hahaaa .... “ Mira cekikikan dengan sambil memegangi perutnya, geli sekali hatinya itu.“Kasihan kamu, Nai! Makanya, kalau pingin punya suami yang kerja kantoran itu, jangan asal nerima lamaran pria gembala seperti Yusril. Pilih-pilih dulu, atau juga ceraikan saja di gembala miskin itu terus nyari suami baru lagi!” timpal Bude dengan mulut yang begitu lemasnya.“Mau bohong juga mesti pakai logika, Naima, masa gembala gak tamat SD gitu mau ngaku kerja kantoran! Hahaa ... orang kerja kantoran itu harus punya ijazah kuliah, S.1,” ujar Mira lagi dengan tatapan merendahkan, sedang aku hanya bisa gigit jari, tak bisa menjawab ejekannya.“Lucu kamu, Nai, suami ngga berpendidikan gitu mau dibilang kerja kantoran. Kalo suami Mira sih ... Sarjana Ekonomi, lulusan Ibu Kota, pantas sekali kerja di kantoran. Ya sudah, ayo pulang, Mir! Perut Mama sakit lama-lama di sini
Baca selengkapnya
Mangga Harga Sejuta
Gara-gara Nikah di KUAPart 7 : Mangga Harga Sejuta“Nai, jaga ucapan kamu!” bentak Ibu tiba-tiba. “Minta maaf sama Budemu!” sambungnya dengan melotot ke arahku.Aku menggaruk dahi, merasa bersalah juga dengan ucapan yang meluncur begitu saja itu. Rasanya memang tidak pantas aku berkata demikian, duh ... Mulut ini kok mendadak jadi gini, suka nggak bisa dikontrol kata-katanya.“Maaf, Bude,” ujarku lirih.“Huh, penyakit iri dengki itu memang selalu menjadi penyakit yang berbahaya yang hanya bisa diobati jika sudah kaya benaran. Kamu sih bisa jadi kaya, cuma mimpi aja, Nai! Palingan cuma bakal kaya hati saja! Hahaaa .... " cibir Bude Nani lagi dengan sambil menetertawaiku lalu membalikkan tubuhnya. “Kasihan calon anakmu itu, dia akan terlahir dan hidup dalam kemiskinan karena bapaknya cuma gembala kere,” sambungnya dengan sinis kemudian menyeberang jalan untuk pulang ke rumahnya.Ya Allah, jahat sekali mulutnya Bude Nani. Aku tak pernah iri dengan Mira, sepupuku itu, walau nasib kami be
Baca selengkapnya
Tujuh Bulanan
Gara-gara Nikah di KUAPart 8 : Tujuh BulananKututup kembali kardus buah-buahan itu dan berusaha menahan diri untuk tak memakannya sebab tak tahu itu milik siapa, barangkali saja punya orang nitip sama Bang Yusril sebab rasanya mustahil suamiku yang hanya gembala itu bisa membeli buah-buahan mahal. “Assalammualaikum.” Terdengar suara Bang Yusril dari depan pintu.Aku segera melangkah keluar dari dapur, di depan pintu terlihat suamiku dengan setelan khas saat menjadi gembala, yaitu baju dan celana panjang serta topi.“Waalaikumsalam, Bang,” sambutku dengan tersenyum ke arahnya, walau orang melihat Bang Yusril itu dekil dan awut-awutan, tapi bagiku dia tetap tampan dengan kulit kuning langsat itu juga perawakan yang tinggi tegap.Bang Yusril masuk ke dalam dengan membawa sepatu botnya, aku mengekor di belakang. Aku memberikan handuk agar ia mandi dan membersihkan diri, sedang aku membuatkannya kopi seperti biasanya.“Bang, itu kardus buah punya siapa?” tanyaku tak sabar saat Bang Yusr
Baca selengkapnya
Mira Pergi Lahiran
Gara-gara Nikah di KUAPart 9 : Mira Pergi LahiranHari terus berlalu, aku mulai jarang keluar rumah karena malas dengan ghibahan para tetangga yang sengaja membesarkan volume suara jika melihatku lewat di jalan. Walau berusaha untuk tak memasukkan kata-kata mereka ke relung hati, tapi nyatanya aku terasa juga.“Jangan banyak melamun, Sayang!” Suara Bang Yusril mengagetkanku.Aku mendongakkan kepala saat melihat pria jangkung itu muncul dari balik pintu dengan tampilannya yang baru saja pulang dari mengembala. Dengan berpegang ke dinding, aku berusaha bangkit sebab beban semakin berat sehingga aku selalu kesusahan jika hendak bangun dari duduk atau juga bangkit dari berbaring.Dengan sigap, Bang Yusril memegang lenganku dan membantu untuk berdiri. Aku tersenyum dan hendak memeluknya.“Jangan, Dek! Nanti saja kalau Abang udah wangi.” Bang Yusril mundur ke belakang.Aku menahan tawa melihat tingkahnya yang kini malah setengah berlari menuju dapur. Aku mengekor di belakangnya untuk menyi
Baca selengkapnya
Mengenaskan
Gara-gara Nikah di KUAPart 10 : MengenaskanAku duduk di lantai dapur Ibu sambil menunggu kue lempeng yang sudah di dalam kuali, tinggal menunggu mateng aja. Berkali-kali aku menelan liur karena sudah tak sabar untuk menyantap kue yang tadi malam masuk ke dalam mimpi."Ini, Nai, udah mateng kue lempengnya." Ibu meletakan kue dengan bentuk lempengan itu di hadapanku."Wangi sekali, Bu." Aku mengendus bau wangi kue berbahan dasar tepung terigu itu."Ibu bikinin air teh dulu, ya, biar nggak seret makannya," ujar Ibu sambil bangkit menuju meja kayu di pojokan, tempat penyimpanan kopi gula."Maaf, Bu, Nai merepotkan." Aku nyengir dengan sambil mencomot kue lempeng buatan Ibu."Hmm ... Jarang-jarang nggak apa, jangan setiap hari saja," jawab Ibu sambil tersenyum.Aku menahan tawa dan terus menikmati kue yang memang sudah lama ingin kumakan, bahkan sampai terbawa ke alam mimpi.***Saat membuka mata subuh ini, aku langsung terbayang kue putu kuning yang dijual Mak Long Salwa di ujung jalan.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status