Susahnya Jadi Mas Joko

Susahnya Jadi Mas Joko

Oleh:  Ayusqie  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.6
24 Peringkat
231Bab
10.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Joko yang ganteng, berpostur atletis, dan jago bermain voli, banyak disukai oleh wanita-wanita di sekitarnya. Namun, wanita yang benar-benar ia sukai justru tidak menyukai dirinya. Ia terus berupaya untuk menaklukkan Ningsih, gadis cantik anak Pak Sadeli sang pegawai kecamatan yang ia taksir itu. Bahkan, demi mendapatkan hati Ningsih, ia sampai rela tubuhnya dipasangi susuk pemikat oleh Ki Ageng Gemblung. Malapetaka pun menimpa Joko, akibat sebuah kejadian ganjil yang serta-merta menjungkir-balikkan dunianya. Yaitu, “yang aku taksir, anaknya. Yang naksir aku, ibunya!” Kejadian yang menggegerkan orang sekampung itu membuat Joko terusir dari kota kelahirannya sendiri. Ia terpaksa pergi, meninggalkan ibu dan adik perempuannya untuk mencari kehidupan baru di tempat yang lain, sekaligus untuk menemukan cinta sejati dalam hidupnya. Berhasilkah dia? ******** “Kamu cinta aku, Mas?” “Iya, Sayang.” “Walaupun aku gemuk?” “Iya.” “Walaupun aku pendek?” “Iya.” “Walaupun aku punya varises?” “Iya.” “Terima kasih, Mas.” Ia pun tersenyum manis, dan memejamkan kedua matanya bersamaan dengan mengembuskan nafasnya yang terakhir. Aku yang melepasnya pergi di dalam pelukanku, menangis tanpa suara. ******** ********

Lihat lebih banyak
Susahnya Jadi Mas Joko Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
bagas al baihaqi
menanti sekuel Mas Joko AJA, semoga ada buku baru
2024-02-04 14:22:57
1
user avatar
Eɩma Zųɭŋaɩŋųɭ
Hadir slps baca Abang Ojek vs Ibu Polwan. makasih Ayusqie.. utk novel2 yg asyik
2024-01-28 16:19:13
1
user avatar
Nia Ummi Hasan
keren banget
2023-10-27 21:13:50
1
user avatar
Ayusqie
Segera tayang, karya saya yg berikutnya ABANG OJEK VS IBU POLWAN.. Yuk kaka2 reader yg cantik yg ganteng, asyik jg nih.
2023-04-06 08:40:04
1
user avatar
Ayusqie
Mudah2ah dipermudah n dipercepat urusannya ya kak. Kisah Ibu Polwannya..
2023-04-01 19:53:56
1
user avatar
produksidiperta
thor......jangan jadikan joko anak durhaka......udah berapa lebaran nggak pulang pulang
2023-02-28 06:39:47
3
user avatar
produksidiperta
thor.....nyampek mana bang aje ama bu polwannya???
2023-02-26 06:29:01
2
user avatar
produksidiperta
thor.......tàmbahin updetnya
2023-02-26 06:11:13
1
user avatar
produksidiperta
moga bisa sembuh angel.......do'a ku untukmu
2023-02-19 08:21:08
1
user avatar
Eva Novianti
rindu ibu polwannya...
2023-02-04 19:11:10
2
user avatar
Ayusqie
asyik disimak, lucu menggelitik sekaligus menyentuh hati
2022-09-22 15:17:18
3
default avatar
ina.23mei2012
ceritanya nyantai tapi nagih
2022-09-16 19:00:17
1
user avatar
Yanti Keke
wah sptnya sad ending..... hmmmm
2022-09-16 13:58:20
1
user avatar
Ayusqie
Dirgahayu RI ke 77. Semoga makin maju dan makmur NKRI-ku. Terima kasih utk kk2 reader yg telah mengikuti kisah romance Mas Joko ini. Jika suka, jangan lupa vote ya kak, spy saya makin semangat nulisnya. Terima kasih, matur nuwun, syukron katsiron, thank you, xie-xie.. ...
2022-08-17 19:38:20
1
user avatar
Ahmad Rifai
Thor BCIP kapan ? 🥲, apakah BCIP tidak bisa lanjut lagi?
2022-07-28 18:50:21
1
  • 1
  • 2
231 Bab
Bab 1: Libero
Bab 1: Libero “Maaf, ini serius? Ini beneran? Asli?” “Iya, Bu, itu memang nama saya.” “Joko Aja?"“Betul, Bu.” Ibu Joyce, manajer perusahaan tempat aku melamar ini serentak mengalihkan pandangannya dari berkas lamaranku. Ia menatap wajahku seperti sedang berusaha mengenali seseorang. “Saya kira nama kamu bakalan seperti Lee Min Ho, atau Kim Soo Hyun, begitu.” Berarti Ibu Joyce ini hobi nonton drakor alias drama Korea, batinku. “Atau, bakalan seperti Tom Cruise, atau Leonardo Dicaprio, begitu.” Hobi nonton film Barat juga, batinku lagi. “Atau paling tidak, seperti Shah Rukh Khan.” Suka film India juga. “Yah, minimal yang mirip-mirip dengan Mr. Sugimoto-lah.” Mister Sugimoto, siapa lagi ini? Menyadari aku yang hanya kikuk dan serba salah, Ibu Joyce kembali mencermati berkas lamaranku. Ia kemudian menggumam seakan tidak percaya dengan pandangannya. “Joko Aja…, hemm, Joko Aja. Ngomong-ngomong, tinggi badan kamu berapa?” “Seratus sembilan puluh senti, lebih kurang.” “Tinggi
Baca selengkapnya
Bab 2: Bohlam Lampu
Bab 2: Bohlam Lampu “Sebelum melamar ke sini, kamu bekerja di mana, Ko?”“Di kampung, Bu.” “Bukan, bukan itu maksud saya. Tapi, di perusahaan apa?” “Di perusahaan perkebunan, Bu.” “Sebagai?”“Buruh harian lepas.”“Bisa diperjelas?”“Tukang semprot hama.”“Keren tuh.”Mungkin Ibu Joyce ini bermaksud “meninggikan” aku yang memang telah “rendah” ini. Jika benar begitu, maka pintar juga dia berbasa-basi.“Saya suka disemprot kok.” Katanya lagi, sembari menumpangkan sebelah kakinya ke kaki yang lain.Fiuhh, untung kursi yang aku duduki ini memiliki roda sehingga dengan sedikit dorongan menggunakan ujung kaki aku bisa menyelamatkan lututku yang sekarang persis berada di ujung sepatu si Ibu Manajer ini.“Ibu punya kebun juga?” tanyaku, sembari melirik ke arah jam dinding.“Punya, di perbatasan kota.”“Kebun apa, Bu?”“Kebunnya kosong, Ko. Tidak pernah dicocok-tanami lagi.”“Seberapa luas, Bu?”“Tidak terlalu luas sih. Sempit saja, k
Baca selengkapnya
Bab 3: Susuk Pemikat
Bab 3: Susuk Pemikat Ini adalah sebuah anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada diriku. Yaitu—aku ingin bilang ganteng, tetapi khawatir nanti disebut sombong. Baiklah, sebagai ilustrasi, begini saja; kalau aku tinggal di Jakarta, aku bisa menjadi artis sinetron meskipun tidak punya bakat akting. Wajahku memang pantas untuk dipampang di kalender atau papan reklame. Minimal, di pintu belakang bak truk. “Tapi, wajah kamu kok ada mirip-miripnya sama orang Korea ya?” Itu kata Bu Joyce, manajer di perusahaan penyalur tenaga kerja tadi siang.“Kalau diperhatikan, wajah kamu agak mirip orang India, Ko.” Itu kata Tante Resmi. Orang India? India dari Hongkong, komentarku dalam hati. “Kamu seperti aktor Hongkong, Mas.” Itu kata Arini, dulu, dulu sekali.“Kamu mirip Robert Pattinson, Mas.” Qori yang bilang.Robert Pattinson, pemeran utama di film Twilight?Oh, sudahlah. Singkatnya, di kota kelahiranku sana banyak gadis-gadis yang menyukai aku. Mereka semua punya penafsi
Baca selengkapnya
Bab 4: Balada Si Tukang Semprot
Bab 4: Balada Si Tukang Semprot Sumpah mati aku jadi penasaran. Apakah susuk yang ada pada diriku ini ampuh untuk memikat Ningsih? “Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang bisa berlaku kecuali atas izin Tuhan.” Begitu kata Ki Ageng Gemblung padaku. “Jadi, mau pakai susuk ataupun tidak, berarti sama saja dong, Ki.” “Nah, ini, ini..,” Ki Ageng Gemblung menuding-nuding wajahku.“Ini yang salah kaprah.” “Maksudnya, Ki?” “Takdir, itu ketentuan Tuhan, Mas Joko!” Ki Ageng Gemblung memang sering meninggikan aku dengan panggilan “mas”. Namun, jari telunjuknya yang kemudian mendorong keningku seolah kembali merendahkan aku. “Kewajiban kita sebagai manusia hanyalah berusaha, berikhtiar, dan berdoa!” Aku mengangguk-angguk. “Masalah keinginan kita nanti dikabulkan oleh Tuhan, itu soal belakangan. Di situlah perlunya sikap tawakkal, yaitu berserah diri pada Tuhan.” “Lalu, bagaimana hukumn
Baca selengkapnya
Bab 5: Pergulatan
Bab 5: Pergulatan Aku lupa, ketika itu sedang hari apa. Pastinya, itu adalah hari libur sekolah. Aku dimintai tolong oleh Bu Suratih untuk membetulkan genteng yang bocor di rumahnya. Aku senang sekali, sebab ada kemungkinan aku bisa melihat dan bertemu dengan Ningsih. Di suatu kamar di bagian belakang rumah Pak Sadeli itu, aku naik ke atas plafon untuk mengecek kebocoran. Sampai di atas, aku merasa heran karena tidak menemukan tanda-tanda kebocoran di ruangan itu. Aku turun kembali dan bermaksud untuk memeriksa genteng dari luar. Sampai di bawah, jejakan kakiku di lantai bersamaan dengan ceklek! Bu Suratih menutup pintu kamar. Ia bersedekap di depanku dengan kedua kaki yang sedikit direnggangkan. “Tapi, di sini tidak ada yang bocor, Bu.” Kataku dengan tetap lugunya. “Iyakah?” “He-eh. Aku mau coba periksa di luar.”“Tidak usah, Ko.”Bu Suratih menghalangi maksudku yang ingin keluar. Ia bahkan menangkap tanganku yang hampir menyent
Baca selengkapnya
Bab 6: Segelas Teh Manis
Bab 6: Segelas Teh Manis  Hari sudah menjelang pukul delapan malam ketika Alex sampai di rumah. Ketukan yang ia lakukan di pintu membuatku kembali tertarik dari perenunganku akan masa lalu. Aku tak sempat berpikir bagaimana tadi aku tidak mendengar suara motornya ketika sampai dan diparkir di teras depan. Aku bahkan tidak ingat apa-apa saja yang aku tonton di televisi sedari tadi.           “Kamu sudah makan, Ko?” tanya Alex, begitu sosok kurus dengan rambut keritingnya muncul di ambang pintu.           “Sudah,” jawabku sembari mengecilkan volume televisi.           “Tumben kamu pulang malam. Lembur ya?” tanyaku pula.           “Iy
Baca selengkapnya
Bab 7: Hikayat Tentang Sapi
Bab 7: Hikayat Tentang Sapi  Setelah mandi, Alex mengajakku keluar dengan motornya. Kami membeli sembako dan beberapa barang lain yang terkait kebutuhan dapur. Setelah sampai kembali di rumah, Alex memintaku memasak mie instan untuk kami berdua.“Jadi, bagaimana interview kerja kamu tadi siang, Ko?” tanya Alex sembari mengutak-atik ponselnya.           “Agak aneh, Lex.”           “Agak aneh? Aneh bagaimana?”           Aku yang tengah merajang bawang dan cabai rawit, membagi konsentrasiku supaya bisa menceritakan perihal kejadian yang aku alami tadi siang bersama Bu Joyce.           “Sampai begitu? Dia duduk di meja? Di
Baca selengkapnya
Bab 8: Foto Profil
Bab 8: Foto Profil Aku ingat sekali. Dulu, beberapa hari sebelum ayahku meninggal dunia, di saat-saat sakitnya beliau pernah mengatakan sesuatu kepadaku.           “Joko, Bapak titipkan dua orang wanita ke kamu.”“Yang pertama, ibu kamu. Hormati dia, sayangi dia, dan berbaktilah kamu padanya.”“Yang kedua, adik kamu. Sayangi dia, lindungi dia, dan jagalah kehormatannya.”Mungkin, ketika itu Bapak telah mendapat firasat bahwa ia akan pergi, sehingga ia pun menyampaikan amanah itu kepadaku. Aku diam saja, dan tidak tahu harus menjawab apa. Bapak selalu ingin menjadikan aku sebagai laki-laki yang “laki-laki”, berani, tegas, dan bertanggung-jawab. Untuk itulah, Bapak juga selalu menuntutku untuk menjawab pertanyaannya itu.“Kamu bersedia, Joko?”“Iya, Pak,&r
Baca selengkapnya
Bab 9: Muka Ganteng
Bab 9: Muka Ganteng  Besok-besok saja aku bayangkan lagi, akan bagaimana pertemuan Alex dengan gebetannya itu. Karena sekarang, hari ini, jam sebelas siang ini, aku harus memfokuskan perhatianku pada semua keterangan Ibu Joyce.           Syukurlah, akhirnya aku diterima bekerja, bersama sekitar selusinan orang yang semuanya sedang duduk takzim di meeting room ini. Satu hari setelah obrolanku dengan Alex tentang Lo Rena yang ia kenal dari facxbook itu, aku mendapat telepon dari seseorang bernama Ibu Dewi, yang mengaku sebagai asisten Ibu Joyce. Ia memberitahuku untuk bisa hadir pada pertemuan ini, ya hari ini, ya saat ini, ya malangnya aku ini karena terlambat setengah jam dari waktu yang telah ditentukan.           Kelihatan sekali wajah Ibu Joyce segera masam begitu melihat sosokku
Baca selengkapnya
Bab 10: Sebidang Kebun
Bab 10: Sebidang Kebun “Nasib baik kamu sekarang, saya masih punya hati. Kalau tidak, kamu sudah langsung saya pecat sekarang juga!” Aku mengangkat wajah pelan-pelan, memberanikan diri menatap wajah Ibu Joyce untuk menebak kesungguhan dari semua kata-katanya barusan. Sungguh, sikapnya sekarang ini bertolak belakang sekali dengan sikapnya beberapa hari yang lalu. Aku ingin mengatakan sesuatu. Namun, karena bingung, akhirnya mulutnya terbuka dan tertutup dengan sendirinya, seperti dumang, alias duyung mangap. “Hayo! Kamu mau ngomong apa??” sentak Bu Joyce. Akhirnya, aku menemukan cara untuk mendinginkan hati ibu manajer ini, dan mudah-mudahan ia tak pernah berpikir lagi untuk memecat aku. “Anu, Bu, eee,” “Anu, apa??” “Kalau Ibu masih kepengin saya smash…,”“Whaatt??”“Ups, maaf, maaf, Bu. Maksud saya, sebagai ucapan terima kasih karena Ibu telah menerima saya bekerja di perusahaan ini, maka saya bersedia meng
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status