Dibalik Bayangan Masa Lalu

Dibalik Bayangan Masa Lalu

Oleh:  Win  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
41Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Selama enam belas tahun Adina Bandiani sendirian membesarkan keponakannya, Bobby. Dan berharap kalau cintanya dapat menggantikan figur ayah yang tidak pernah di kenal anak itu. Tapi suatu siang, Derek Emir mendatangi Adina. Seorang pilot yang terkenal playboy itu sebetulnya adalah ayah kandung dari Bobby. Tapi Derek baru mengetahuinya setelah dia mendapatkan surat kaleng yang mengancam akan membeberkan rahasianya. Derek sama sekali tidak menyangka kalau percintaan iseng musim panasnya dengan Deolinda, kakak Adina ternyata membuahkan seorang anak laki-laki. Dan untuk kedua kalinya Derek Emir memasuki hidup Adina, tapi kali ini Adina tidak mau lagi jadi pihak yang tidak berdaya dan cuma bisa menerima. Sekarang dia harus membuat Derek tahu kalau cinta dan hidupnya bukan untuk di permainkan pria itu. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Derek melihat bahwa tidak semua wanita bisa di perlakukan seenaknya.

Lihat lebih banyak
Dibalik Bayangan Masa Lalu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
41 Bab
Bab 1
Mobil HRV itu meluncur di jalan seperti seekor gajah yang ramping. Mobil itu menikung tajam di belokan, suara mesinnya mendengung rendah dan dalam hingga terdengar seperti seekor hewan pemangsa.Adina Bandiani sedang berlutut di kebun bunganya yang subur, menggali tanah di antara semak-semak di bawah bunga lili dan memaki serangga-serangga kecil yang sedang berpesta pora melahap tanamannya, ketika deru mesin mobil itu menarik perhatiannya. Dia menengok ke belakang mengamati mobil itu, lalu mulai panik ketika mobil itu berhenti berhenti di depan rumahnya."Ya ampun, apakah sudah sesiang itu?" Gumamnya. Dia meletakkan sekopnya lalu berdiri dan mengibaskan tanah basah yang menempel di lututnya.Tangannya terangkat untuk mengusap poni dari keningnya sebelum Adina menyadari kalau dia mengenakan sarung tangan berkebunnya yang tebal. Adina segera melepaskannya dan menaruhnya di samping sekop, sambil terus memperhatikan si pengemudi keluar dari mobil itu dan mulai berjalan memasuki halaman
Baca selengkapnya
Bab 2
Dalam keheningan yang mencekam, Adina bisa mendengarkan detak jantungnya sendiri. Dia berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan putranya, meskipun itu sulit. Setelah beberapa detik, diam-diam dia melirik ke arah Derek Emir. Pria itu sedang memandang Bobby. Rasa tidak percaya sangat jelas terlihat di wajah tampan pria itu.Bobby akhirnya mulai berbicara. "Kau Derek Emir!""Bobby, sopan sedikit kalau berbicara." tegur Adina."Maaf ma, tapi ini adalah Derek Emir! Derek Emir ada di rumahku." Kata Bobby tanpa mengubah nada suaranya.Sang pilot mengubah ekspresi kebingungan di wajahnya dengan senyumnya yang khas, dia terlihat sudah kembali tenang. "Bobby? Senang berkenalan denganmu." Derek melangkah maju dan menjabat tangan anak remaja itu.Di seberang ruangan Adina mencengkeram sisi meja kerjanya untuk menopang tubuhnya. Tinggi tubuh Bobby nyaris sama dengan Derek. Rambut cokelatnya persis sama, matanya juga sama birunya. Hanya saja Bobby masih terlalu kurus. Tapi pada akhirnya, dia
Baca selengkapnya
Bab 3
Derek mencengkeram lengan atas Adina. "Aku akan mengantarmu.""Kau tidak perlu melakukannya." Kata Adina."Kita perlu bicara." Kata Derek tajam."Tidak ada yang perlu di bicarakan." Balas Adina."Tentu saja ada." Kata Derek, dia mendekatkan wajahnya hanya beberapa senti di depan wajah Adina. "Kau baru saja mengakui kalau anak remaja itu adalah anakku. Aku akan menempel terus padamu sampai aku mendapatkan jawaban. Sekarang, aku akan mengantarmu."Adina tidak bisa memberontak, pria itu mencengkeram lengannya dengan sangat kuat saat mereka menuruni tangga. Selain itu, Adina merasa kalau sudah saatnya Derek mengetahui semuanya. "Kunci rumahmu." Kata Derek. "Kau tidak punya alarm untuk mencegah pencurian?""Tidak." Jawab Adina malu."Kau seharusnya memasangnya. Rumah ini besar dan mudah di dobrak." Kata Derek.Mereka berjalan menuju trotoar tempat mobil Derek terparkir. Adina masuk ke kursi penumpang sementara Derek mengitari mobilnya untuk duduk di belakang kemudi."Lewat mana?" tanya De
Baca selengkapnya
Bab 4
Sudah ada yang menunggu Derek saat dia tiba di rumahnya. Dua-duanya perempuan. Satunya berambut pirang dan satunya berambut hitam pekat. Keduanya berwarna cokelat. Yang satunya berkaki dua, dan yang satunya berkaki empat. Yang satunya terlihat sangat marah dan yang satunya terlihat gembira.Seekor anjing bernama Luna, berlari menyeberangi pekarangan yang di tata rapi oleh tukang kebun yang belum pernah Derek lihat. Mereka datang saat dia sedang pergi bekerja dan pergi dengan meninggalkan tagihan di kotak surat. Seorang pengurus rumah membereskan rumahnya dengan cara yang sama. Tempat tinggalnya tidak seperti tempat tinggal seorang pria lajang.Luna nyaris membuatnya jatuh ketika anjing itu melompat pada Derek dan mencoba menjilat wajahnya. "Hai Luna." Kata Derek sambil mendorong anjing itu dengan penuh sayang. Derek membungkuk lalu memungut koran sore dan menggaruk belakang telinga anjing itu. Kemudian dia melempar koran dan Luna dengan gerakan melompat langsung mengejar koran itu.De
Baca selengkapnya
Bab 5
"Selamat malam ma." Bobby berdiri di depan pintu. Hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala di atas meja gambar Adina, Dia sedang berusaha menumpahkan semua ide yang ada dalam kepalanya untuk sebuah iklan perusahaan."Sudah mau tidur?" Tanya Adina setelah menengok menatap Bobby."Pelatih memberi latihan yang keras tadi sore. Aku capek." Jawab Bobby.Adina tidak akan memarahi cara bicara Bobby. Malam ini dia memilih untuk mengacuhkan Bobby karena dia tahu kalau Bobby berbicara seperti itu untuk menguji kesabaran dan reaksinya. Kadang cara yang paling baik adalah dengan tidak bereaksi."Tidurlah kalau begitu. jangan lupa, kau harus memotong rumput besok." Kata Adina mengingatkan Bobby."Dua puluh ribu?""Lima puluh ribu kalau kau merapikan dan menyapu." Jawab Adina."Baiklah." Kata Bobby tapi dia tidak segera pergi dari sana. Dia memegang kayu di kusen pintu, pertanda kalau dia akan memulai sebuah pembicaraan yang sensitif. "Sebenarnya apa yang di lakukan di sini Derek Emir tadi siang?"
Baca selengkapnya
Bab 6
"Cola dingin satu." Kata Adina."Dua."Mendengar suara Derek, Adina memutar tubuhnya dan melihat Derek sedang berdiri tepat di belakangnya. "Apa yang kau lakukan di sini?""Beli cola." jawab Derek sambil tersenyum santai. "Dan Popcornnya satu."Pria di balik stan makanan memberikan pesanan mereka sambil terus menatap Derek. "Sepertinya aku mengenalmu."Derek tersenyum lebar sambil menyerahkan uang. "Mungkin kau memang mengenalku."Pria itu terus memperhatikan wajah Derek sambil menghitung uang kembalian Derek. Adina berusaha untuk membayar sendiri minumannya tapi tangannya di tahan oleh Derek."Oh astaga!" Kata pria remaja itu sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau bekerja di supermarket, kan? Di bagian peralatan olahraga?"Senyum Derek memudar, tapi hanya separuh. "benar." Pria itu tersenyum lebar dan terlihat bangga karena telah mengingat seorang pekerja yang bekerja di supermarket sambil menyerahkan uang kembalian pada Derek. "Terima kasih." Kata Derek lalu menuntun Adina keluar dari
Baca selengkapnya
Bab 7
Derek mengangkat ke dua bahunya. "Tapi para direktur masih saja cemas. Mereka tidak mau membuat kesalahan lagi. Jelas mereka tidak mau ada skandal lainnya. Dan kalau sampai foto seorang anak yang tidak sah atau anak haram yang tidak pernah aku ketahui keberadaannya muncul di tabloid atau majalah atau koran dan internet, apa kau kira aku masih akan punya kesempatan untuk bekerja di maskapai lagi?""Memangnya kau masih ingin pergi bekerja setelah semua yang terjadi?" Tanya Adina.Derek memandangnya dengan ekspresi yang mengatakan kalau itu adalah pertanyaan yang paling bodoh yang pernah dia dengar. "tentu saja. hanya masalah waktu, aku hanya mengambil cuti beberapa minggu untuk istirahat. Aku ingin menerbangkan pesawat sebanyak yang bisa aku lakukan sebelum aku di anggap terlalu tua atau sebelum ada masalah kesehatan terjadi padaku atau sebelum pilot-pilot muda menggantikanku. jadi, tentu saja aku ingin terbang lagi.""Kau benar-benar suka pekerjaanmu, ya" Tanya Adina sambil menggelengk
Baca selengkapnya
Bab 8
Saat berjalan pelan menuju ke tempat parkir, mereka bertiga berdebat tentang kendaraan yang akan ada di restoran pizza. Akhirnya Adina kalah, dua lawan satu. "Seperti skor pertandingan saja." kata Adina mengaku kalah."jangan sinis begitu." kata Derek, dia tidak berniat menyembunyikan rasa senangnya atas hasil pemungutan suara yang mereka lakukan.Adina dan Bobby di tuntun menuju ke sebuah mobil mewah yang keren berwarna hitam. "Berapa banyak mobil yang kau punya?" Seru Bobby dari kursi belakang penumpang mobil setelah mereka mulai turun ke jalanan."hanya dan yang satu kemarin." jawab Derek."Aku minta maaf, tadi teman temanku mengeroyokmu seperti itu. Mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan orang keren yang terkenal." Kata Bobby tidak bisa menyembunyikan rasa terganggu yang sengaja dia buat-buat dan membuat ke dua orang dewasa di depannya itu tersenyum bahagia. "Tidak ada dari mereka percaya kalau kau datang hanya untuk melihatku bertanding sepak bola.""Aku tidak keber
Baca selengkapnya
Bab 9
"Rumahmu?" Tanya Adina."Aku pikir mungkin kalian mau berenang dan beristirahat." Jawab Derek datar."Benarkah?" Tanya Bobby kegirangan."Sekarang sudah larut." Kata Adina dengan nada peringatan."Besok libur, boleh, kan?" Rengek Bobby.Karena Derek yang menyetir mobil, keputusan jelas bukan di tangan Adina, tapi dia sama sekali tidak menyukai ide untuk pergi ke rumah pria itu. Dia tidak mau Bobby menjadi terlalu akrab dengan orang terkenal yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan sewaktu-waktu bisa pergi begitu saja begitu kegembiraan memiliki seorang anak sudah luntur.Dan kalau rasa tanggung jawab Derek membuatnya merasa wajib untuk mengasuh Bobby, bagaimana rumah tuanya, yang genteng belakangnya sangat perlu di perbaiki, dapat menandingi rumah modern yang indah dengan kolam renang di halaman belakang dan akuarium di dinding ruang makan?Akuarium itu hanya salah satu dari ratusan benda lain yang di sebut Bobby "Keren!" ketika dia berjalan dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Anjing
Baca selengkapnya
Bab 10
Dengan penuh percaya diri, Adina berjalan menuju kolam renang dan dengan perlahan masuk ke dalam air yang dingin. Derek yang sudah ada di dalam kolam bertepuk tangan untuk Adina sambil mengapung di punggungnya menuju ke pinggir kolam, dia menendang-nendang kakinya agar membuatnya tetap mengapung."Kau terlihat luar biasa." Kata Derek."Terima kasih." Balas Adina dengan malu-malu.Adina berenang menuju tangga yang berada di seberangnya dan ketika sudah setengah jalan menaiki tangga itu dan tangan Derek menangkap pergelangan kakinya. Derek menarik Adina kembali masuk ke dalam air dan menekan punggung Adina ke dinding kolam.Saat kaki pria itu menyentuh kaki Adina, Adina menatapnya dengan terkejut. "Derek, kau...""Aku suka berenang telanjang, Rasanya lebih nyaman." Kata Derek membenarkan perkataan Adina yang belum sempat dia selesaikan."Itu adalah prinsip hidupmu, kan? Kalau kau merasa nyaman, lakukan saja." Kata Adina berusaha untuk tetap tenang."Dan prinsip hidupmu adalah kalau rasa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status