Pembalasan Anak Laki-lakiku

Pembalasan Anak Laki-lakiku

By:  Ilyas One  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
67Chapters
17.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kisah seorang anak bernama Ali, dipaksa dewasa oleh keadaan. Ayahnya pergi bersama istri barunya. Meninggalkan ke 6 anak-anaknya yang masih kecil. Pergi dengan alasan tidak sanggup lagi menghidupi ke enam anaknya. Dia ingin menangis, tapi terpaksa tegar karena melihat Ibunya yang terpuruk. Akhirnya dia memilih bangkit dan menggantikan peran Ayah bagi adik-adiknya. Di umur 19 tahun dia harus bekerja banting tulang untuk menghidupi adik-adiknya. Dia juga bertekad untuk membalas semua sakit hati yang Ibunya rasakan. Bagaimana perjuangan Ali demi keluarganya? Yuk ikuti kisah ini sampai tamat.

View More
Pembalasan Anak Laki-lakiku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Sukrina Sukrina Buchari
ceritanya bagus ada hikmah yg bisa diambil dr cerita ini
2022-09-14 16:55:48
0
67 Chapters
Mengiba
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 1"Jangan cari aku lagi, anggap saja aku tidak pernah hadir dalam hidup kalian," usir Mas Rahman. Wanita yang ada di sampingnya tersenyum sinis dan terus menggamit erat lengan suamiku."Apa yang harus aku jelaskan pada anak-anak kita, Mas?" tanyaku mengiba, aku berharap Mas Rahman luluh dan mau pulang bersamaku."Apa peduliku, mereka hanya jadi beban dalam hidupku. Jika aku terus hidup bersamamu, aku harus kerja banting tulang untuk makan kalian. Aku capek!" teriak Mas Rahman garang, kini semua orang yang berlalu lalang di terminal melihat ke arah kami. Sebenarnya aku sangat malu jika harus memohon dan mengiba agar Mas Rahman mau pulang. Tapi aku tidak punya pilihan lain lagi, aku butuh dia untuk anak-anakku."Tapi siapa lagi yang akan memberikan mereka nafkah jika bukan ayahnya," lirihku pelan. Hancur perasaanku saat mengetahui suamiku menikah lagi, tapi hatiku terlebih sakit saat mengetahui jika dia mengakui pada semua orang yang ada disini jika dia
Read more
Masa lalu
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 2Setelah berbulan-bulan pergi, Mas Rahman masih mengirimkan uang untuk kami juga untuk membayar tunggakan rumah yang digadaikan. Tapi di bulan kelima, Mas Rahman sudah tidak ada lagi kabar. Aku pun sangat cemas, karena nomornya sudah tidak bisa lagi dihubungi. Aku mencoba menelpon ke temannya Adi, tersambung tapi tidak diangkat.Setelah sebulan berlalu tanpa kabar Mas Rahman, aku mulai kalut. Karena tunggakan rumah belum di bayar, dan uang simpananku sudah menipis. Berkali-kali aku menghubungi tapi tetap tidak bisa. Akhirnya aku memutuskan untuk ke rumahnya Adi, mungkin istrinya Adi tau kenapa mereka tidak bisa dihubungi.Aku menitipkan anak-anakku pada tetangga sebelah yang sudah aku anggap saudara, tapi si kecil Anto tetap aku bawa karena masih ASI.Aku pergi menggunakan ojek untuk sampai ke rumahnya Adi, ketika sampai disana kulihat rumahnya sepi, tapi pintu sampingnya terbuka, berarti ada orang, begitu pikirku.Akupun mengetuk pintu luar, dan bebe
Read more
Rencana Ali dan Salma
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 3"Astaghfirullah….""Astaghfirullah…."Aku beristighfar berkali-kali dan melempar silet yang kupegang tadi di lantai. Apa yang sudah aku perbuat, tidak, aku tidak boleh lemah. Anak-anak membutuhkanku sekarang, mereka mungkin akan kehilangan kasih sayang ayahnya, tapi mereka tidak boleh kehilangan kasih sayang Ibunya. Aku terduduk dilantai menangisi semua hal yang terjadi padaku, merutuki kebodohanku yang mempercayai Mas Rahman untuk menggadaikan rumah ini. Aku mengusap wajahku dengan kasar, sekarang apa yang harus aku lakukan. Aku pasti tidak sanggup membayar tunggakan rumah ini, dan rumah ini akan disita oleh Bank. Kemana aku harus membawa anak-anakku, mereka masih sangat kecil untuk menderita.Tok Tok Tok"Bu, sudah siap belum. Kami udah lapar ni," teriak Mia-- anak perempuanku yang bungsu. Aku menghapus air mataku dan menetralkan pernafasan, agar dia tidak menyadari jika aku sedang menangis."Hampir siap sayang, tunggu ya. Ibu pakai baju dulu," jaw
Read more
Uang transferan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 4Pagi ini kumulai aktifitas seperti biasa, bangun subuh untuk menunaikan kewajiban dua rakaat. Lalu ke dapur untuk memasak dan membersihkan peralatan memasak dan piring kotor semalam. Sebenarnya aku sangat ngantuk dan lelah, beberapa minggu ini tidurku tidak lelap, aku terganggu dengan bayangan Mas Rahman dan wanita itu. Mereka sekarang pasti sedang berbahagia karena sedang menikmati masa pernikahan yang kedua. Maya pasti sedang berc*mbu kasih dengan Mas Rahman suamiku.Aku menangis tergugu sambil mencuci piring, tanganku sampai tidak sanggup lagi menopang piring yang ada di tangan. Hingga piring itu jatuh dan pecah, belingnya berserakan seperti layaknya hatiku kini. Aku bahkan tidak sanggup lagi bangun untuk membersihkan serpihan kaca beling, kuambil jilbab yang kupakai lalu menggumpalnya kedalam mulut, agar suara tangisku tidak terdengar anak-anakku. Mereka boleh kehilangan Ayahnya, tapi mereka tidak boleh melihatku semenderita ini."Ya Allah, Nduk.
Read more
Obat gatal untuk Maya
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 5Pov AliSemakin erat kamu memeluk, maka semakin sakit yang kamu rasa. Mungkin kata-kata itu sekarang tepat untuk kami, terutama Ibu. Setelah mengetahui semuanya tentang Ayah yang meninggalkan kami demi istri barunya, aku bersumpah, demi Ibu. Aku tidak akan pernah memaafkan Ayah seumur hidupku, dia bagaikan layangan yang sudah putus bagi kami. Tidak ada lagi tempat berlindung dan mengadu, kami yang sudah menggantungkan harapan dan hidup kami padanya, tapi Ayah lebih memilih pergi meninggalkan kami dalam tangis. Aku tidak pernah mengungkapkan apa yang aku rasakan sekarang kecuali pada Salma, adikku. Hanya dia tempat berkeluh kesahku, dulu hingga saat ini.Saat membuka mata aku selalu berharap jika ini hanya mimpi belaka. Seperti pagi ini, aku bangun tidur dan segera ke kamar Ibu dan Ayah untuk mengecek jika semua ini memang mimpi. Tapi belum sampai langkah kaki ini ke kamar Ibu, aku malah mendengar tangisan di dapur. Aku berjalan perlahan, ingin meliha
Read more
Ancaman Ali
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 6"Gimana, Aini? Udah ada kabar dari Salma atau Ali?" tanya Uwak saat aku sedang duduk di depan teras menunggu kepulangan kedua anakku. Dengan memangku Anto yang masih kecil, aku menunggu dengan cemas Salam dan Ali.Sudah hampir magrib, tapi mereka belum juga kembali. Ada begitu banyak hal yang mau kutanyakan pada mereka berdua."Belum, Wak. Apa sebaiknya aku nyusul aja ya kesekolah?" aku menanyakan pendapat Uwak, karena sebelumnya tidak pernah Ali maupun Salma pulang terlambat, apalagi jika sampai magrib begini."Boleh, sini biar Anto sama Uwak aja. Kamu cepetan nyusul kesekolah," ujar Uwak sambil mengambil alih Anto dari pangkuanku."Assalamualaikum…."Tiba-tiba saja Ali dan Salma sudah kembali menggunakan sepedanya, aku menghentikan aktivitasku yang sedang mengeluarkan motor."Waalaikumsalam," jawabku lirih."Kalian dari mana saja? Ibu khawatir," tanyaku pada mereka yang sedang memasukkan sepedanya kedalam garasi samping rumah."Tadi pagi kan kami u
Read more
Dibayar Lunas
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 7"Bu, ini uang yang lebih aku tarik kemarin sama Salma di ATM," ucap Ali sambil menyodorkan beberapa uang berlembaran merah. Aku refleks mengambil uang itu dan menebak jika itu uang yang dimaksud oleh Maya kemarin malam."Jelaskan ini uang apa?" tanyaku, padahal aku sudah tau jika ini adalah uang yang dikirimkan oleh Mas Rahman padaku. Namun aku sengaja menanyakan lagi sama Ali, aku mau ihat seberapa jujur dia."Itu uang yang dikirim sama Ayah ke ATM, Ibu. Sebesar lima juta, tapi waktu aku ke kota kemarin aku mengambilnya dua juta, dan itu uang lebihnya," jelasnya. Alhamdulillah, ternyata anakku jujur."Baiklah, Ali. Jangan ulangi lagi ya, Ibu gak mau kamu dan Salma kenapa-kenapa. Kamu tidak tau sifat asli tante Maya gimana," terangku lagi. Aku hanya khawatir dengan anak-anakku, tidak lebih. Karena aku yakin, Maya akan melakukan semua cara agar bisa membalas semuanya."Bu, dua bulan lagi aku lulus SMA. Jadi aku mau minta ijin, buat ke kota nyari kerja
Read more
Marah
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 8Pov Maya"Kamu gila atau bodoh sih, Mas? Kamu sadar gak udah ngambil duit aku sebesar lima ratus juta! Lima ratus juta!" teriakku pada Mas Rahman yang sedang menyetir mobil. Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang ke kota, aku pikir hari ini aku akan mendapatkan tontonan gratis. Ternyata aku yang malah jadi tontonan si Aini dan anaknya yang kurang ajar itu."Jadi mau gimana lagi, Sayang. Mereka ngancamnya pakai pisau," elak Mas Rahman dengan wajah lesu. Aku sungguh muak melihat wajahnya seperti ini, dulu sebelum aku bisa merebutnya dari Aini wajahnya yang sangat tampan dan berwibawa. Sekarang entah mengapa, setelah menjadi suamiku seutuhnya wajahnya malah seperti pengemis di jalanan."Kamu kan bisa melawan, setidaknya jangan gegabah. Emangnya kamu bisa ganti uangku lima ratus juta, hah!" makiku kesal. Mas Rahman menggelengkan kepalanya, dasar tidak berguna."Kamu tahu kan? Anakku Yudha lagi butuh uang buat kuliah bulan depan? Gila kamu Mas!" aku
Read more
Masa lalu Aini
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 9Aku pernah berada dititik terendah dalam hidup, aku menangis dan meraung meratapi nasib. Tapi setelah itu, Allah juga pernah memberikan aku kebahagiaan sehingga aku lupa bagaimana rasanya sedih. Semua orang memiliki masa lalu, tapi tidak semua orang bisa belajar dari itu. Banyak orang yang hilang kendali dalam mencintai, sehingga ketika hati dilukai, hilang sudah hidup yang berarti. Dan pada akhirnya, sakit hati tidak mengajarkan kita untuk berhenti berharap. Namun sakit hati akan mengajarkan kita untuk tidak terlalu menaruh harapan.Karena luka yang paling sakit adalah ketika kamu dilukai oleh seseorang yang kamu kira tidak akan pernah melukaimu.Seperti diriku saat ini yang melihat pantulan diriku di cermin. Wajah kusam ini dulu pernah mulus dan putih, tubuh kurus ini, dulu pernah menjadi dambaan setiap pria. Tidak, aku tidak pernah menyesal menikah dengan Mas Rahman. Bukan karena aku masih mencintainya, melainkan karena aku sudah memiliki mereka y
Read more
Masa lalu Aini 2
Aku kembali menatapnya tajam, dan melangkahkan kaki menuju Uwak yang mungkin sudah menungguku dari tadi."Kamu darimana saja, ini Anto rewel," ucap Uwak lalu memberikan Anto padaku. Sedangkan Mia, aku turunkan dan di gandeng oleh Uwak."Nyari Mia, dia mainnya jauh banget tadi," jawabku menjelaskan. Tidak mungkin aku mengatakan jika aku kembali bertemu dengan Handoko, bisa-bisa Uwak akan mencari dan mengajaknya kerumah. Wajar, selain dekat dengan Ibu dan Ayah, Handoko juga sangat dekat dengan Uwak. Karena Uwak dulu ikut tinggal dengan Ibu setelah nenek meninggal. Jadi setiap kali Handoko datang kerumah, dia selalu membawa makanan kesukaan Uwak."Kamu kenapa melamun?" tanya Uwak sambil menepuk bahuku."Eh, nggak. Aku cuma lagu bayangin aja, gimana kalau uang lebihnya kita jadikan moda untuk membuka butik sendiri sekaligus membuka les privat menjahit?" jelasku pada Uwak. Padahal aku berbohong, bukan itu yang ada dalam pikiranku tadi."Wah, ide bagus. Kamu memang ingat, Aini. Pantas saja
Read more
DMCA.com Protection Status