Kesombonganmu Kubayar Tunai

Kesombonganmu Kubayar Tunai

Oleh:  DeealoF3  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
150Bab
35.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tujuh tahun kami menikah, selama itu pula Mas Daffi tidak pernah sekali pun mengakuiku sebagai istrinya. Latar belakang sebagai anak pemulung dan bekas luka di wajah membuatnya jijik menatapku. Bahkan pria itu baru mau menyentuhku ketika papa mertua mengancam tak akan mewariskan hartanya jika kami tak memberikan cucu. Sampai suatu ketika aku mengajukan satu permintaan. "Aku ingin operasi plastik, Mas.” "Nggak usah aneh-aneh, kamu! Walaupun wajahmu sudah tidak semenyeramkan sekarang, perasaanku padamu tetap tidak akan berubah!” Sakit rasanya. Meski telah dikaruniai anak yang cantik, entah mengapa kebenciannya padaku semakin mengakar. Mas Daffi mulai mendoktrin anak kami, Liana, untuk ikut membenciku, ibu kandungnya sendiri. Tunggulah, Mas, hingga kesombonganmu kubayar tunai!

Lihat lebih banyak
Kesombonganmu Kubayar Tunai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Maciba
mampir ya thor semamgat
2023-02-21 14:20:02
1
user avatar
DeealoF3
Selamat membaca, Semoga bermanfaat ya..
2022-12-22 18:57:26
0
user avatar
Shofie Widdianto
keren banget novelnya.
2022-11-22 20:01:28
0
user avatar
Mblee Duos
semangat nulisnya kak... suka sama gaya bahasa juga alurnya...... jika berkenan, saling support yuk kak, dicerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-21 19:39:06
1
user avatar
DeealoF3
Bagus, Kak, ceritanya
2022-11-16 20:06:46
0
user avatar
D Lista
menarik nih dari judulnya
2022-11-02 06:13:29
1
150 Bab
Suami yang Membenciku
"Aku sudah selesai, kembali sana ke tempatmu!" hardik lelaki itu tanpa sudi melihatku sama sekali. Aku tersentak. Cukup mendengar nada bicara pria yang sudah tujuh tahun menjadi suamiku itu, aku langsung paham apa yang harus kulakukan. Aku langsung bangkit menjauhinya dan menuju sofa di dekat pintu, tempat yang biasa kujadikan peraduan setiap malam. "Tunggu!" Ia memutus langkahku yang baru saja akan menuju sofa. "Iya, Mas. Mau apa lagi?""Malam ini kamu tidur di luar! Aku lagi ingin sendiri.""Tapi, Mas, aku harus tidur di mana?""Terserah! Itu urusanmu!""Mas ....""Sudah sana pergi! Jangan lupa, tutup pintu!"Tanpa bisa kutahan, air mataku turun dengan deras. Sabar Riana, sabar. Kamu kayak nggak tau aja sikap dia. Kuhela napas dalam untuk membantu menenangkan dadaku yang mulai sesak. Dengan langkah gontai terpaksa aku keluar kamar, membawa selimut dan sebuah bantal, menuju ke kamar tamu. Jika ia sedang punya masalah di kantor, Mas Daffi memang kadang suka memintaku tidur di tempa
Baca selengkapnya
Perlakuan Mama Mertua
Tiba-tiba saja Mas Daffi sudah berada di belakangku. "Hei, kamu nggak denger anakku barusan bilang nggak mau? Ya sudah nggak usah dipaksa! Kalau punya telinga itu dipakai yang benar!" Dengan suara dinginnya, lagi-lagi Mas Daffi menghardikku kasar di depan Liana. Hih, rasanya ingin kuremas saja mulut suamiku itu, tapi tidak mungkin kulakukan. Karena biar bagaimanapun dia adalah lelaki yang harus aku hormati. "Liana sayang, cepetan selesaikan sarapannya, setelah itu kita berangkat. Papa tunggu di depan ya," ujar Mas Daffi lembut, sangat jauh berbeda dengan sikapnya padaku tadi. Aku masih sangat bersyukur, karena walaupun ia membenciku, tapi ia begitu menyayangi putri kami. Mas Daffi lalu beranjak dari meja makan, meninggalkan aku dan Liana berdua saja. Sepeninggal Mas Daffi, dengan mata kecilnya Liana menatapku tajam. "Ibu nggak usah lagi bikinin sarapan buat Liana, biar Bibik aja." Ia pun ikut beranjak pergi menyusul ayahnya. "Eh, tunggu, cium tangan dulu, dong." Kuulurkan punggung
Baca selengkapnya
Sainganku
"Masak yang enak, ya. Sebentar lagi, Friska, calon mantu saya yang cantik, mau datang. Ia mau ikut makan siang di sini bersama Daffi dan Liana."Degup jantungku bertabuh kencang mendengar kalimat Mama Juwita barusan. Friska--wanita cantik itu--mau makan siang di sini? Walaupun selama ini aku selalu berusaha untuk bersikap santai, tapi tak kupungkiri kehadiran Friska di rumah ini selalu mampu membuatku merasa ingin menghilang saja. Pesonanya selalu saja membuat pandangan Mas Daffi tidak dapat beralih. Bahkan ia juga sudah mampu mengambil hati Liana, anakku.Mama Juwita yang paham betul bagaimana sikap Mas Daffi dan Liana, semakin gigih saja memperjuangkan agar Mas Daffi bisa segera memperistri Friska, terlebih sepeninggal Papa Asmoro. Friska yang dulu tidak pernah berani datang ke rumah, kini bisa dengan leluasa datang ke sini, sesuka hati. Tak dipedulikannya status Mas Daffi yang masih beristri. Ia merasa mendapatkan dukungan penuh dari Mama Juwita. "Iya, Nyonya," jawab Bik Sumi seray
Baca selengkapnya
Mengantar Liana
Mas Daffi dan Friska. Mereka berdiri angkuh sambil memandang rendah ke arahku. Hei, apa-apaan si Friska? Dia itu kan cuma tamu. Ah, tapi apa yang bisa kulakukan? Aroma parfum khas feminin yang berbau vanila, bercampur dengan aroma floral seketika terhidu olehku. Penampilan Friska kali ini juga lagi-lagi mampu membuatku seakan langsung terhujam ke dalam kerak bumi. Kulit seputih pualam yang khas seperti dewi kayangan dan hidung bangir, terpahat begitu cantik di wajahnya. "Tante Friska, yuk, masuk!" Liana lalu menggandeng tangan Friska, kemudian mengajaknya ke dalam rumah. Ia melewatiku begitu saja."Eh, cucu nenek sudah pulang. Pasti capek, ya, habis pulang sekolah?" tanya Mama Juwita yang ikut bergabung bersama kami. "Iya, Nek. Liana capek banget," jawab Liana manja. Ah, kenapa ia tidak bisa juga bermanja seperti itu padaku?"Tapi Nek, tadi Liana seneng, deh, Nek. Tante Friska ikutan jemput, terus ngasih Liana boneka. Bagus banget.""Oh, ya? Mana coba nenek lihat bonekanya."Gadis
Baca selengkapnya
Sedikit Perhatiannya
"Kamu, kan, cuma ingin tau Liana les di mana. Buat apa pake nganter ke pagar segala? Di sini itu banyak preman, Aku gak mau kalau nanti mereka ganggu kamu." Mas Daffi bicara lagi, mengalihkan sejenak pikiranku akan isi pesan di ponselku. Tapi, tunggu, apa yang dia bilang tadi? Aku nggak salah dengar, kan? Kenapa kata-katanya manis sekali? Membuatku serasa seperti disiram air es, sejuk sekali. Benarkah ia sekhawatir itu padaku?"Lagian kasian kalau sampai teman-teman Liana nanti sampai melihat wajahmu. Nanti dia malu," ucapnya kasar di depan Liana. Bahuku melorot. Baru saja ia membuatku serasa terbang tinggi ke langit, dalam sekejap ia menghempaskanku lagi ke bumi. Menyebalkan! Aku sadar memang wajahku ini membuat takut sebagian orang, makanya aku tak pernah lupa untuk menutupinya dengan selendang saat sedang berada di luar rumah. Termasuk saat ini, aku juga mengenakan selendang di kepala. Sebenarnya Papa Asmoro dulu pernah menawariku untuk melakukan operasi plastik di wajah. Tapi a
Baca selengkapnya
Keinginanku
"Mas mau melarangku menunggui Liana dan malah menyuruh Friska? Enak saja."Di tengah teriknya mentari hari ini, mataku memandang tepat ke arah pagar pembatas ruko tempat Liana kursus piano, memperhatikan kawanan anak-anak seumuran Liana keluar dari pagar. Kunantikan buah hatiku keluar dari sana. Akhirnya penantianku selama kurang lebih dua jam usai sudah. "Ah, itu, dia!" Kakiku melangkah cepat menghampiri Liana. "Liana! Sini, Sayang!" pekikku seraya melambaikan tangan dan berjalan mendekatinya. Liana seketika terdiam, raut wajahnya yang semula ceria berubah pias. "Liana, itu siapa? Ibumu, ya?" tanya seorang gadis kecil di sebelahnya."Itu, itu, bukan-bukan siapa-siapaku, kok. Aku, gak, kenal," ucap Liana dengan mulut mungilnya yang sukses membuat perasaan senangku seketika memudar. "Ibuku itu cantik, bukan seperti ibu itu."What? "Liana, Hai!" Tiba-tiba saja Friska sudah berada di sebelahku. Liana langsung berlari menghampiri Friska yang baru saja tiba. Ia menarik tangan wanita
Baca selengkapnya
Rencanaku
Teringat kembali bagaimana Mas Daffi sering kali mengatakan kalau ia sebenarnya berencana untuk menceraikan dan berusaha mengenyahkanku dari kehidupannya, hanya saja ia masih terikat janji pada almarhum Papa Asmoro dan juga memikirkan nasib putrinya. Biar bagaimanapun, Mas Daffi masih memandangku sebagai ibu kandung Liana. Ia menyadari bahwa Liana masih membutuhkan bimbingan dari seorang ibu di usianya yang masih belia seperti sekarang ini. Sebenarnya aku tahu, kalau keinginan Mas Daffi masih belum terlaksana hingga saat ini, seandainya saja dulu Papa Asmoro tidak pernah memaksanya menikah denganku, ia pasti sudah berbahagia bersama Friska, wanita yang sudah sejak lama ia cintai. Aku tahu selama tujuh tahun pernikahan kami, Mas Daffi sering menemui Friska secara diam-diam, terlebih saat Papa Asmoro masih hidup. Dulu Friska tidak pernah berani datang ke rumah ini. Mas Daffi dan Mama Juwita pun juga tidak pernah berani membuka pintu rumah ini lebar-lebar untuk menyambut Friska seperti
Baca selengkapnya
Lagi-lagi Diabaikan
"Eh, Ibu ngapain di sini? Papa, papaa!" pekik gadis kecil itu seakan baru saja melihat sosok yang sangat menyeramkan. Dia masih terus memekik sampai hampir menangis. Ya Allah, Liana. ***Siang itu saat sedang membersihkan kamar Liana, tanpa sengaja aku menemukan undangan untuk orang tua dalam rangka penyerahan piagam bagi peraih tiga besar terbaik di kelas. "Lianaku ternyata menjadi peringkat kedua di kelasnya," ucapku dengan mata yang mulai berkabut. Kubaca lagi selembar kertas putih yang tertoreh nama putriku di atasnya secara perlahan. Acara penyerahan piagam akan dilaksanakan Hari Sabtu besok. Bersamaan dengan pengambilan raport semester pertama. "Ah, tapi, mana mungkin Liana dan Mas Daffi mau mengajakku. Sampai sekarang saja mereka tidak membahas mengenai ini, padahal acaranya tinggal besok," gumamku lebih kepada diri sendiri. Mereka lupa atau memang sengaja tidak memberitahuku? Selama ini aku memang tidak pernah mengetahui apapun tentang kegiatan sekolah Liana, karena semua d
Baca selengkapnya
Siang yang Menegangkan
Saat sedang membantu Bik Sumi mencuci piring di dapur, tanpa sengaja kujatuhkan piring hingga hancur berantakan. Suara pecahannya sedikit membuatku tersadar akan lamunan. "Ya Allah, Ibu nggak papa? Udah sini biar saya aja yang nerusin, Bu.""Ga papa, Bik. Biar saya lanjutin aja, tanggung tinggal dikit lagi, kok.""Ibu kenapa? Kok kayak lagi ada yang dipikirin gitu?" tanya Bik Sumi. Sepertinya ia memperhatikan kegusaranku sedari tadi. "Hari ini Liana terima raport, Bik. Dan akan ada penyerahan piagam juga karena dia berhasil meraih peringkat kedua di kelasnya. Saya ingin sekali datang untuk melihatnya menerima piagam," ceritaku pada akhirnya kepada Bik Sumi. "Ya udah, ibu ke sana aja. Ibu, kan, orang tuanya Non Liana, pasti diundang.""Iya, Bik. Tapi dia nggak ngomong apa-apa ke saya." "Hmm, kok aneh? Seharusnya, kan, Non Liana bilang ke ibu," ujar Bik Sumi lagi. "Itulah, Bik. Saya tau karena gak sengaja menemukan surat undangannya waktu kemarin lagi membersihkan kamarnya, Bik. Say
Baca selengkapnya
Terlalu Sakit
Selamat membaca**Kulihat anak yang tadi bicara denganku sudah bergerak menjauh. "Ibu ngapain ke sini, sih?" bentak Liana."Ibu cuma pengen lihat Liana menerima piagam aja, kok, Sayang," jawabku lalu mencoba untuk tersenyum. "Ini ibu juga sudah mau pulang.""Kamu bukan ibuku. Berhenti manggil aku sayang!" Mas Daffi menatapku dengan pandangan setajam keris. Rasa segan hingga membuat tubuhku sedikit gemetar tak kuhiraukan. Tatapanku masih tertuju pada Liana yang memeluk pinggang Friska sambil menangis.Gadis kecil itu hanya menggeleng kencang sambil membenamkan wajah pada tubuh Friska. "Pergi, Bu. Pergi!""Liana dengar ibu! Ibu nggak bermaksud bikin Liana malu. Ibu cuma pengen lihat Liana menerima piagam, itu aja!" ucapku berusaha tegas hingga membuat Mas Daffi dan Friska terdiam. "Tapi Liana nggak mau! Kenapa sih ibu nggak seperti Tante Friska? Liana nggak suka ibu deket-deket sama Liana! Liana nggak suka ibu itu jadi ibunya Liana!"Aku hanya bisa terdiam mendengar pernyataan putrik
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status