Dosen Killer Itu Suamiku

Dosen Killer Itu Suamiku

By:  Indah Idris  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
58Chapters
9.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Melisa terkejut saat mengetahui bahwa dia harus menikahi Azham, si dosen killer! Ini semua karena desakan kedua orang tua mereka yang telah menjodohkan mereka sejak kecil. Belum lagi, Azham tampak membenci Melisa karena sifat ceroboh dan tidak disiplinnya. Ingin tahu kisah, Melisa dan Azham? Yuk, silahkan ikuti terus keseruan mereka! Untuk yang berminat membaca, author ucapkan banyak terima kasih serta salam sayang buat kalian. Jangan lupa follow akun author, ya!

View More
Dosen Killer Itu Suamiku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Imgnmln
Permisi kk yang baik hati^^ mohon maaf sebelumnya, izin promosi yaa. Sambil nunggu update, mampir juga ke Novelku... Sang Penguasa dan Tuan Muda Konglomerat>>Tokoh utamanya cool, keren, beda dari yang lain ga gampang ditindas lohh. Terima kasih^^
2022-12-30 09:52:18
0
user avatar
Akmar Akmar
Bagus Sekali, Thor.......
2022-12-24 20:19:22
0
58 Chapters
Bab 01. Amanat Ayah
Suara ketukan terdengar di luar pintu kamar Melisa memaksanya membuka mata. Susah payah ia berusaha untuk terlelap, tapi kini ia harus kembali harus terjaga karena suara ketukan tersebut.Sedikit malas Melisa menyingkap selimut dan bangkit dari ranjangnya. Wajah Fitri sang ibu adalah yang pertama tertangkap pandangan saat Melisa membuka pintu."Ibu, ada apa?" tanya Melisa pada Fitri Ibunya.Wanita paruh baya itu tersenyum sebelum berkata, "Ibu bisa bicara sebentar, Mel?"Melisa mengernyitkan kening heran. "Bicara di dalam saja, Bu," ajak Melisa.Kedua perempuan beda generasi itu duduk di pinggiran ranjang. Melisa menatap ibunya yang terlihat sedang gelisah. Kerutan di dahi perempuan yang paling Melisa sayang, menjelaskan kegelisahan wanita itu."katanya ada yang ingin Ibu bicarakan?" tanya Melisa saat melihat ibunya hanya diam. "Kenapa sekarang hanya diam?"Fitri menghela nafas kasar. Seperti ia merasa berat untuk memberitahukan pada Melisa perihal kegelisahannya saat ini. Walau begit
Read more
Bab 02. Pertemuan
"Gua kesal banget," ujar Melisa sembari mengunyah bakso pesanannya.Saat ini, Ia sudah berada di kantin bersama dengan Dea sahabatnya. Mereka berdua tengah menikmati pesanan mereka masing-masing."Kesal kenapa, lo?" tanya Dea pada Melisa."Gua kesal sama si gunung es itu," jawab Melisa memanggil Azham dengan sebutan gunung Es."Lah, kenapa memangnya?" tanya Dea penasaran."Ish, gua di skors sama dia, Dea. Emang lo nggak tahu apa?""Hah, di skors? Kok, bisa?"Dea dan Melisa satu universita, tetapi beda jurusan. Dea mengambil jurusan Tataboga Sedangkan, Melisa mengambil jurusan Sastra.Melisa menghela nafas kasar. "Gua telat lima menit doang, dan gua udah diskors satu bulan sama dia nggak boleh masuk di kelas dia, nggak masuk akal banget, kan?!"Dea membulatkan matanya tak percaya. "Buset, sampai segitunya. Benar-benar, dah, tuh, orang. Cuman lima menit di skors satu bulan?!" Melisa mengangguk lemah."Maka dari itu, gua kesal banget sama dia." Melisa terus menyuapi mulutnya dengan bakso
Read more
Bab 03. Pernikahan
“Saya terima nikah dan kawinnya, Melisa Aderani binti Jaka Arwanto dengan mas kawin emas tiga puluh gram dan seperangkat alat shalat dibayar, tunai.”“Bagaimana para saksi, Sah?” .“Sah!”“Alhamdulillah.”Air mata Melisa tidak bisa tertahankan lagi setelah ijab qobul selesai diucapkan Azham. Pernikahan ini bagaikan mimpi buruk bagi Melisa. Bukan pernikahan seperti ini yang ia impikan. Menikah dengan bukan pilihannya jauh dari list hidupnya.Azham, dosen kiler yang paling Melisa benci. Kini, sudah menjadi suaminya. Melisa dengan terpaksa mencium tangan Azham atas paksaan ibunya. Tangan Azham begitu dingin saat Melisa menyentuhnya. Apakah, Azham juga secanggung itu?Berat sekali rasanya Melisa menerima pernikahan hari ini. Dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya, meski kata orang. Cinta akan datang dengan sendirinya. Seiring berjalannya waktu. Namun, tetap saja, Melisa merasa ini terlalu cepat dan mendadak untuknya.“Bu, bisa saya izin ke kamar duluan?” ujar Melisa meminta izin
Read more
Bab 04. Sisi Lain di Hati Azham
Selama perjalanan menuju rumah Azham, mereka hanya diam tanpa ada yang mau mengalah untuk memecah keheningan. Mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Azham yang fokus dengan kemudinya. Sedangkan Melisa menatap jauh keluar jendela memperhatikan jalanan yang cukup ramai oleh kendaraan.“Masih jauh lagi nggak ini?” Tiba-tiba Melisa bertanya menghilangkan kesunyian di antara mereka.Azham melirik sebentar, lalu kembali fokus ke depan. “Dikit lagi,” jawabnya singkat.Melisa menghela nafas kasar. “Kenapa nggak menginap saja, sih, di rumah Ibu buat malam ini saja?” tanya Melisa melirik Azham yang masih fokus pada kemudinya.“Saya ada urusan mendadak hari ini, terus pulangnya malam. Nggak bisa jemput kamu,” jelas Azham.“Ya sudah, nggak usah dijemput. Biarin saja saya di rumah Ibu,” usul Melisa.Azham mendengus sebal sembari lirik Melisa melemparkan tatapan tajam. “Itu juga saya mau. Tapi, mama bakalan bikin telinga saya sakit karena diceramahin,” ketus Azham.“Bodo amat,” gu
Read more
Bab 05. Malam Pertama
Sejak tadi, Melisa tidak bisa tertidur. Ia terus mengubah posisi berbaringnya agar bisa terlelap, tapi tetap saja tidak bisa. Entah apa alasan pastinya, tapi mungkin salah satunya karena ada Azham di sampingnya yang tidur dengan pulas.Untuk pertama kalinya, Melisa tertidur di ranjang yang sama dengan lawan jenisnya. Membuat dirinya merasa canggung. Meskipun, Azham tidak meminta yang macam-macam, dan langsung tidur begitu saja di samping Melisa setelah makan malam. Namun tetap saja, Melisa merasa canggung dan gelisah. Karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya tidur bersama laki-laki. Untuk kesekian kalinya, Melisa mengubah posisi tidurnya yang tadinya tertidur miring sekarang telentang menghadap langit-langit kamar. "Berhenti bergerak, Melisa. Kamu membuatku tidak bisa tidur kalau terus saja bergerak tidak bisa diam," ujar Azham tiba-tiba membuat Melisa terkejut. Ia melirik ke samping melihat Azham yang juga sedang menatapnya. Netra mereka berdua saling beradu satu sama lain. Mem
Read more
Bab 06 Salat Subuh Pertama
“Pak?” tanya Melisa kembali. Tak lama, Azha pun menggeleng, lalu menyahut singkat, “Tidak.” Gadis itu seketika bernafas lega karenanya. Padahal, sedari tadi jantung Melisa sudah berdegup kencang karena takut.“Ouh.. kirain,” kata Melisa lega. “Kalau begitu, Bapak tidur lagi saja. Saya mau salat dulu,” kata Melisa pada Azham sembari bergerak turun melanjutkan niatnya salat lima subuh.“Melisa,” panggil Azham.Baru juga Melisa turun, Azham sudah memanggilnya menghentikan gerak Melisa. Melisa menatap kaget pada Azham yang memanggilnya tiba-tiba.“Ada apa, Pak?” tanya Melisa bingung.Azham bangkut dari berbaringnya dan memilih posisi duduk di atas ranjang menghadap Melisa yang menatapnya dengan alis terangkat sebelah menunggu apa yang akan dikatakan Azham padanya.Azham merasa malu dan gugup untuk mengatakan pada Melisa kalau ia ingin ikut Salat dengan gadis itu, apalagi mengatakan kalau dirinya ingin menjadi imam Melisa.“Kenapa diam, Pak?” tanya Melisa lagi saat lama menunggu Azham b
Read more
Bab 07. Pamitan pada Suami
“Jadi, apa Ma?” potong Azham.“Ish, Mama sama Papa mau kamu datang ke rumah. Jangan lupa ajak Melisa. Entar malam,” kata Raina memberitahu.Azham menghela nafas kasar. “Tapi Ma. Az—““Nggak ada alasan, Zham. Mama tunggu nanti malam ya. Ya sudah Mama tutup dulu,” kata Raina mematikan sambungan telfon sepihak.Azham yang baru saja membuka mulutnya ingin menyela, tapi belum selesai Mamanya sudah mematikan sambungan telfonnya. Azham mengusap wajahnya kasar sembari melempar ponselnya ke atas ranjang.“Mama memang menyebalkan.”***Melisa baru saja selesai mandi, ia membuka pintu kamar mandi hendak keluar dan berhias tipis di meja rias yang ada di dalam kamarnya. Melisa melirik ke arah Azham yang duduk di tepi ranjang sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Melisa mengernyitkan kening heran. “Ada apa, Pak?” tanya Melisa. “Bapak sakit kepala?” Azham yang tidak menyadari kehadiran Melisa sontak terkejut.“Kamu mengagetkan saja, Melisa.,” protes Azham sebal. Melisa hanya nyengir kuda
Read more
Bab 08. Hati Yang Tertutup
“Lupakan saja! Sepertinya, saya sudah telat.” Kegugupan jelas tercetak di raut wajah Azham.Azham menggaruk ceruk lehernya yang bisa dipastikan tidak gatal sama sekali. Wajahnya memanas menahan malu.Melisa menatap Azham dengan mata yang mengerjap lucu. Jujur saja, Azham sangat gemas dengan tatapan itu. Namun karena sangat malu, ia pun pergi begitu saja.Melisa masih terdiam, belum bisa mengontrol kondisi saat ini. Benarkah, Azham mengatakan itu barusan? Ah, entahlah, Melisa tidak ingin memikirkan itu.Melisa bangkit dan membereskan meja makan, serta mengutip piring bekas makannya dan Azham.Melisa baru saja ingin mengunci pintu untuk berangkat ke kampus, tetapi geraknya terhenti kala dering di ponselnya.Melisa lantas merogoh tas dan memeriksa siapa yang sedang menghubunginya. Nama ibunya yang tertera di layar ponselnya. Melisa mendesah, tapi tetap mengangkatnya.“Ada apa, Bu?” tanya Melisa saat sambungan telepon tersambung.“Ck, sekalinya sudah menikah. Ibunya dilupakan,” ujar Fitri
Read more
Bab 09, Pernyataan Cinta Zera
“Jadi, bagaimana Pak. Anda setuju dengan kontrak kerja sama kita?” tanya Azham pada kliennya. “Tidak ada alasan untuk menolak, Pak Azham,” ujar pria paruh baya yang menjadi patner kerja sama Azham kali ini. Pria itu tersenyum, tapi seperti biasa Azham hanya akan membalasnya dengan anggukan pelan tanpa adanya senyum ramah di sudut bibirnya. Memang apa yang akan kalian harapkan dengan seorang Azham si gunung salju itu? Senyum ramah? Atau sapaan yang ramah serta kata yang hangat? Ah, sudahlah! Jangan terlalu berharap. Zera sebagai sekretaris yang mendampingi Azham meeting hanya menghela nafas kasar. “Baik kalau begitu. Itu artinya kita deal Tuan Deon?” tanya Azham. Pria paruh baya yang bernama Deon itu mengangguk seraya mengulas senyum manis sekali lagi. “Deal, Pak Azham.” Pria paruh baya itu berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan tanda mereka sudah sepakat. Spontan Azham ikut berdiri dan menyambut jabat tangan dari kliennya. Deon sepertinya senang sekali mendapat kese
Read more
Bab 10, Otak Mager
Zera masih diam dan manik matanya sudah dipenuhi bulir bening yang sekali saja Zera berkedip. Bulir bening itu akan jatuh membasahi pipinya.“Dengarkan aku, Zer. Kamu harus tahu ini. Kenapa aku memilih menjadikanmu sebagai sahabatku selamanya. Karena, aku tidak mau menjadikan hubungan yang sudah lama kita jalani hancur hanya karena cinta yang mungkin tidak akan pernah abadi,” lanjut Azham. “Tidak ada yang tahu, Zer. Perasaan cinta kita akan abadi sampai kapan? Jadi, tolong terima keputusanku ini. Tetaplah menjadi Zera sahabatku yang aku sayangi dan jangan berubah hanya soal cintamu yang tak terbalas. Sebab, hubungan persahabatan lebih murni dibanding kau harus memaksa cinta tumbuh di hati yang memang bukan untukmu,” sambung Azham panjang lebar.“Aku akan tetap berada di sampingmu kapan dan di mana kau mau. Bahkan, dalam keadaan apa pun. Aku janji,” tambah Zera. Zera mengangguk mengiyakan. Meski sakit tapi Zera tidak dapat berbuat apa-apa. Ini keputusan Azham, dan dia tidak bisa mema
Read more
DMCA.com Protection Status