“Jalani seperti air mengalir, kadang kala ada benturan tapi air itu akan terus mengalir menuju muara seharusnya.”Hari kedua menikmati jadi pengangguran. Pagi-pagi sudah ditelpon mama, menanyakan apakah pekerjaanku lancar atau tidak. Dengan berbohong lantas kujawab iya saja, biar buntutnya tidak panjang ke mana-mana. Mama juga mengingatkan aku soal Tefan, mengingatkan untuk kesekian kalinya kalau Tefan sudah menjadi milik Karenina. “Iyah Mama, aku tahu.”“Riana sayang, Mama tidak mau kamu sampai mengorbankan banyak hal hanya karena Tefan. Kamu harus sadar posisi kamu. Orang tuanya membenci keluarga kita sayang.”“Iyah Ma.” Jawabku lemah. Dan aku mulai jengah kalau harus mendengar ini berulang kali, meski maksud mama itu baik tapi tidak juga harus dijelaskan seribu kali. “Ma, sudah dulu ya, aku mau mandi mau berangkat kerja.” Jawabku berkilah, m
Read more