Share

Bab 7 Apa yang terjadi di sana, Ibu?

Perlahan- lahan kami tiba kota dengan pemandangan yang menarik dan menakjubkan. Kereta kuda ini berhenti, aku pun bergegas keluar bersama Aresha.

“Wah, menarik sekali! Apa nama kota ini?” tanyaku padanya.

“Ya tentu saja seperti kataku, sangat menarik kan? Nama kota ini adalah Kota Flower”

“Apa? Kota Flower?” tanyaku terkejut mendengar nama kota ini, aku merasa tidak asing dengan nama kota ini. Nama kota ini mirip dengan nama kota dalam novel karanganku.

“Ya, Kota Flower.”

“Oh, apakah mereka semua sedang melakukan festival?”

“Festival? Tidak, tidak ada festival di bulan ini. Kenapa kamu bertanya tentang festival?”

“Ah ya karena kupikir mereka seperti mengenakan pakaian festival, pakaian mereka semua menarik. Apa ini sebuah acara?”

Aresha terdiam, dia pun berucap dalam hatinya “Apa maksudmu? Tidak ada festival, tidak ada acara! Mereka memang berpakaian seperti itu gadis bodoh!” kesalnya sementara dirinya terlihat tersenyum manis pada An.

Aku dan Aresha pun pergi menuju tempat yang ramai. Kami menuju pusat perdagangan di kota ini. Semua barang- barang dijual disini. Saat melihat- lihat kegiatan semua ini disini, aku di buat terkejut dengan mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran. Mata uang itu tak lain adalah perak dan emas dalam bentuk kepingan kecil.

“An, apa kamu ingin membeli sesuatu? Ya jika kamu mau membeli sesuatu kita mampir ke tokonya dulu kan? Jadi katakan apa yang ingin kamu beli?!”

“Bisakah aku mendapatkan telpon yang dapat terhubung dengan ibuku? Aku ingin menghubunginya!” ucapku pelan tetapi Aresha dapat mendengarnya.

“Yah, baiklah tidak masalah. Aku bisa membawamu ke tempat itu. Tapi masalahnya kami tidak punya barang seperti itu!”

“Aku punya barangnya, aku ingin menghubungi ibuku!”

“Oh baiklah, kita kesana sekarang ya? Tapi kita harus pergi tanpa kereta sekarang, kita jalan dulu nanti akan ku tunjukan dimana tempatnya!”

“Ya terima kasih Aresha, aku sangat senang akhirnya aku bisa menghubungi ibuku.”

“Ya tidak masalah!”

Aku dan Aresha segera pergi meninggalkan kota ini. Aresha membawaku pergi ke sebuah hutan yang masih memiliki jalan kecil. Aku pikir hutan ini dengan jalan kecil ini adalah jalan satu- satunya pergi ke kota lainnya. Saat di tengah jalan, Aresha mengambil jalan berbelok hingga kami tidak lagi ada di jalan kecil itu. Beberapa kali aku melihat Aresha memandang ke atas, entah apa yang dilihatnya langit atau pohon yang menjulang tinggi.

Langkah kami terhenti di pohon besar yang tumbuh subur dan tinggi menjulang ke langit.

“Kita telah tiba, aku akan membawamu terbang ke atas. Setelah tiba di atas kamu duduk lah salah satu ranting pohon, bergengangan lah di sana, lalu hubungi keluargamu. Hanya pohon besar dan paling tinggi di tempat ini lah yang bisa menghubungkanmu dengan ibumu. Kunon pohon ini dipercaya dapat menghubungkan kita dengan orang yang ingin kita tuju meski terhalang jarak. Aku yakin kamu bisa mengerti akan pohon ini!”

Aku tersenyum manis pada Aresha walau pun aku tidak mengerti apa yang dikatakannya, tetapi aku memahami satu hal yakni disini tidak ada jaringan seluler sama sekali mungkin dengan naik ke atas pohon tertinggi ini lah aku bisa mendapatkan jaringan seluler itu.

“Apa kamu siap naik ke atas?” tanya Aresha.

“Ya tentu, tapi bagaimana caranya?”

“Kamu hanya cukup memastikan barang- barangmu aman saat hendak naik ke atas nanti, aku akan membawamu terbang ke atas. Tapi aku harap kamu tidak takut dengan perubahan anehku ini!”

“Ya, semoga saja begitu!” ucapku.

Aresha yang mendengar ucapan itu tidak begitu yakin dengan An, ia mengerutkan keningnya dan menurun alis atas kecurigaan dirinya pada An. Aresha pun mulai melangkah mundur, dan entah bagaimana dia mengubah dirinya menjadi sosok monster kelelawar besar yang mengerikan. Monster kelelawar itu memiliki gigi yang tajam seperti taring, sorot tatapan tajam, telinga lancip yang tajam serta cakar yang panjang. Monster ini seperti siap memangsaku sekarang. Tapi melihat siapa yang telah berubah, aku tidak mungkin harus getar sekarang dan aku yakin Aresha tidaklah berniat membunuhku di saat seperti ini.

Secara mendadak, Aresha mencengkam kedua pundakku tetapi ia tidak melukaiku. Ia membawaku terbang tinggi ke ranting pohon teratas yang masih bisa untuk pegangan. Ia menurunkanku, lalu aku segera berpegangan pada pohon besar. Setelah melepaskanku, ia tersenyum padaku dengan memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Lalu monster kelelawar besar ini berubah menjadi kelelawar kecil. Kelelawar kecil ini hinggap di ranting pohon samping diriku berada. Lalu merubah wujudnya kembali menjadi Aresha. Aresha tersenyum manis padaku. Ia bahkan tertawa kecil.

“Hahahahaha.... aku pikir kamu akan ketakutan. Ternyata kamu gadis pemberani ya? Hahaha....”

“Apa maksudmu? Eh iya apa kamu akan tetap disini selama aku menghubungi ibuku?”

“Ya tidak juga, aku tidak mau membuat ranting pohon ini jadi patah. Ya aku akan pergi, aku akan kembali lagi beberapa menit.”

“Ya baiklah, terima kasih banyak ya Aresha.”

“Ya tidak masalah!” jawabnya yang kemudian berubah menjadi kelelawar kecil dan terbang jauh.

Kini hanya ada aku seorang diri disini, suasana sepi dan sedikit hening mulai menghampiriku. Aku tersenyum manis dan tak harus khawatir disini, dari sini aku bisa melihat pemandangan yang indah. Suara burung- burung berkicau dari dalam hutan jelas terdengar dari sini. Mereka semua berada di bawah, dan aku tak perlu melihat ke bawah untuk saat ini.

Cuacanya pun cerah saat ini, tidak ada tanda- tanda akan turun hujan ataupun kumpulan awan hitam pembawa petir. Jadi aku memang tidak perlu mengkhawatirkan keadaan seperti itu disaat seperti ini.

Aku pun mulai mengeluarkan handphone dari dalam tasku, lalu mulai menghubungi ibuku. Deringan telpon berbunyi, menunggu beberapa saat untuk terhubung yang tidak lama kemudian telponku diterima oleh seseorang yang tidak lain adalah ibuku.

“Hallo, An!”

Aku mendengar suara ibu, aku merasa senang bercampur sedih.

“Ibu, ini aku An. Aku ingin bicara dengan ibu. Apa ibu punya waktu sebentar untukku?”

“An! Syukurlah kamu baik- baik saja, dimana kamu sekarang? Ibu harap kamu tidak kembali. Jangan pernah kembali kemari An. Pergi lah sejauh- jauhnya, jangan pernah kembali An” ucap ibu dengan nada bicara senang bercampur sedih.

“Ibu, apa yang terjadi? Katakan padaku, apa yang terjadi?”

“Maafkan ibu, An? Ibu sudah tidak bisa menahannya lagi. Pergilah sejauh mungkin yang kamu bisa! Jangan khawatirkan ibu. Ibu akan baik- baik saja disini. Kamu jangan pernah kembali. Aku tidak mau kamu mengingat tentang keluarga ini lagi. Lupakan kami, An. Carilah keluargamu, carilah kehidupanmu sendiri. Kami akan baik- baik saja!” ucap ibu.

“Ibu, aku ingin menanyakan sesuatu padamu ibu. Benarkah ibu membuangku?” tanyaku padanya.

Tetapi mendadak aku tak lagi mendengar suara telepon terhubung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status