Share

Hari Ujian

      Hari yang sudah dinanti-nanti oleh puluhan peserta ujian masuk spesialis akhirnya tiba, Raina datang sedikit terlambat, tadinya dia ingin berangkat bersama Yasmin, tapi seperti biasa Raina terlambat bangun sehingga Yasmin lebih dulu berangkat.

      Sampai di tempat ujian, Raina menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari sosok sahabatnya lalu tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang "Hai, apa kabar?" sapa seseorang dari belakang, dia menyentuh bahu Raina. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki dengan senyuman termanis menyapanya pagi ini. 

      "Hai!" sapa Raina membalas dengan senyuman lebar, hatinya senang karena hari ini dia bertemu lagi dengan Radit.

     "Siap ujian?" ucap Radit, sambil tersenyum. Awalnya dia merasa canggung karena tidak mengenal seorang pun disini, hatinya lega saat melihat kehadiran Raina. Setidaknya ada yang bisa Radit ajak berbicara selama menunggu waktu ujian. 

     "Kapan pun juga pastinya ga bakal siap sih," sambut Raina sambil tertawa kecil."

     "Yuk masuk, ruangannya udah dibuka" ajak Radit, Raina menjawab dengan anggukan setuju. Mereka berdua masuk dan duduk dibarisan yang sama.

    "Na!" panggil Yasmin. Raina mengalihkan pandangannya mencari sosok sahabatnya. 

      "Lu disini, gue udah tempatin buat elu disana" ucap Yasmin, ternyata Yasmin tadi sudah masuk lebih dahulu sebelum Raina dan Radit masuk.

     "Ah, gue keburu duduk disini, gue pikir lu ga ambilin tempat untuk gue" ucap Raina dengan tatapan sedikit bingung. Dia ingin duduk disamping Radit, tapi Yasmin sudah mengambilkan tempat untuknya, tentu Raina tidak ingin membuat Yasmin kecewa kalau dia menolak. Dia melirik ke arah Radit. 

    "Halo, gue Radit" sapa Radit, dia memperkenalkan dirinya sendiri tanpa dikenalkan oleh Raina. Yasmin menyambut uluran tangan Radit sambil tersenyum kecil. 

    "Yasmin" balas Yasmin.

    "Ah, iya, sampai lupa. Radit, kenalin, ni Yasmin, sahabat aku" ucap Raina, mengenalkan Yasmin kepada Radit. 

    "Yas, ini Radit, kita psikotes bareng waktu minggu lalu" cerita Raina lagi.

     Yasmin meneliti wajah Radit dengan seksama, dia yakin ini lelaki yang membuat Raina begitu bahagia minggu yang lalu. Setelah melihat wajah Radit, Yasmin langsung mengerti mengapa Raina bisa langsung tertarik. Radit bukan lelaki yang sangat tampan, tapi wajahnya terlihat sangat hangat dan ramah, belum lagi kacamata yang menghiasi wajahnya membuat lelaki itu terlihat sangat pintar. Satu hal yang paling menarik dari lelaki ini adalah senyuman manisnya dihiasi dengan lesung pipi dikedua sisi pipi Radit, yang membuat senyuman lelaki itu bertambah manis. Yasmin yakin sekali  hal ini pasti yang membuat Raina semakin menyukai Radit, tebak Yasmin dalam hati.

   "Duduk disana aja" ucap Radit kepada Raina. Dia sepertinya mengerti kalau Raina pasti merasa tidak enak hati meninggalkan dirinya sendiri. 

   "Iya, sori ya Dit, aku ikut sama Yasmin ya" balas Raina dengan wajah sedih. 

    "Kenapa enggak gue aja yang pindah kesini?" ucap Yasmin tiba-tiba, memberi sebuah ide supaya Radit dan Raina tidak kecewa.

    "Itu kosong kan?" lanjut Yasmin lagi, menunjukkan sebuah kursi disamping tempat duduk Radit, yang langsung dibalas dengan anggukan semangat dari Radit dan Raina. Sebuah solusi yang sangat tepat dari Yasmin.

    "Oke, tempatin ya, gue ambil barang-barang gue dulu" ucap Yasmin lagi. Gadis itu langsung pergi menuju kursi tempat dia sebelumnya dan kembali dengan segera.

    Radit sudah bergeser tempat duduk ke tempat yang kosong supaya Yasmin bisa duduk disamping mereka. Raina langsung memeluk lengan sahabatnya itu dengan sayang, sebagai rasa terimakasih karena sudah sangat pengertian dengan dirinya. Yasmin hanya memutar bola matanya dengan wajah malas, dia sudah hapal kelakuan sahabatnya ini kalau mulai suka dengan seseorang, Raina cenderung sering mengorbankan dirinya. 

     Beberapa menit kemudian, tempat ujian mulai dipenuhi oleh seluruh para peserta ujian, dan ujian pun dimulai. Raina memijat-mijat pelipisnya, kebiasaan Raina setiap habis ujian.

     "Kamu kenapa? Sakit kepala?" tanya Radit dengan khawatir. Raina baru akan membuka mulutnya untuk menjawab, tapi Yasmin sudah lebih dahulu memotong. 

     "Udah biasa itu, anak ini suka gitu kalau abis ujian, enggak usah dipikirin" ucap Yasmin sambil menggerakkan telapak tangan kanannya, seakan menguatkan perkataanya kalau Raina baik-baik saja. 

      Sementara itu, Raina hanya bisa melirik sebal ke arah Yasmin. Tapi dia tidak berkata apa-apa. Dia memang selalu seperti itu.

      "Hehe, iya Dit, enggak kenapa-napa kok" ucap Raina dengan segera kepada Radit, yang dijawab dengan "oh" saja dari Radit, tapi wajah Radit terlihat cemas. Hati Raina langsung bahagia saat melihat sorot cemas dari tatapan mata Radit.

       Setelah ujian selesai, Raina keluar paling terakhir, sedangkan Radit dan Yasmin keluar bersamaan lebih dahulu. Mereka berdua menunggu Raina di luar. 

      "Asalnya darimana?" tanya Yasmin dengan canggung. Dia merasa tidak enak hanya berdiam diri selama beberapa menit dengan Radit. Yasmin terpaksa mulai berbasa-basi.

     "Surabaya, kalau Yasmin?" balas Radit sambil tersenyum manis. 

     "Oh, aku sih sama kaya Nana, dari Bandung" jawab Yasmin pendek. Kembali dibalas senyuman dari Radit. Yasmin kembali meneliti senyuman lelaki dihadapannya, sial, manis sekali, ucapnya dalam hati. Pantas saja sahabatnya sampai kesengsem setengah mati, batin Yasmin lagi.

     Kalau saja Yasmin tidak ingat kalau dia punya kekasih hati yang sudah 7 tahun memacarinya, pasti Yasmin bisa ikutan kesengsem sama lelaki ini.

     "Di Bandung nge kos?" Yasmin lanjut bertanya. Radit menggelengkan kepala.

     "Ayah ibu pindah ke Bandung, menjelang pensiun, Ayah maunya balik ke Bandung, kebetulan nenek kakek sudah tua semua, jadi enggak ada yang urus, saya tinggal di daerah buah batu" jawab Radit lagi. 

     "Radit tinggal di buah batu?" sebuah suara yang terdengar sangat bahagia muncul di belakang mereka. Raina sudah berada disana. Matanya terlihat berbinar saat mengetahui kalau Radit bertempat tinggal di dekat rumahnya. Rumah Raina juga didaerah buah batu.

     "Eh, udah selesai ya. Iya, aku daerah sana, kenapa?" tanya Radit, terkejut melihat Raina yang tiba-tiba datang dan langsung menanyakan tentang tempat tinggalnya. 

     "Aku juga tinggal daerah sana" ucap Raina dengan senang. 

     "Beneran? Wah, kalau gitu pulang bareng aku aja" pinta Radit. 

     "Oh, boleh banget kalau ditawarin" canda Raina.

       Mendengar itu, Yasmin ingin protes, karena sebelumnya Raina sudah berjanji akan pulang bersama dengan dirinya, tapi sahabatnya itu seakan lupa akan janjinya itu. Tapi melihat betapa bahagianya Raina saat diajak oleh Radit, Yasmin langsung membatalkan niatnya. Dua tahun ini sahabatnya itu selalu saja sedih, rasanya tidak apa membiarkan mereka hanya berdua saja.

      "Gue duluan ya kalo begitu." ucap Yasmin sambil melambaikan tangannya, berpamitan dengan Radit dan Raina. 

       "Ya udah, yuk!" ajak Radit pada Raina, setelah Yasmin pergi.

       "Oke" sambut Raina, berjalan dengan hati berbunga-bunga. Seakan-akan semesta mendukung dirinya bersama Radit hari ini. 

       "Kamu mau makan dulu ga?" tanya Radit saat mereka berdua sudah di dalam mobil. Hari memang sudah hampir siang, perut mereka berdua pun sudah terasa lapar.

        "Boleh" jawab Raina lagi. Dia juga kelaparan.

       Tanpa terasa waktu berlalu sangat cepat, mereka makan dan mengobrol sampai hari menjelang sore. Obrolan mereka terhenti saat ibu Raina menelpon. Raina langsung menjawab dan dengan cepat mengatakan kalau dia akan segera pulang.

       "Kayanya kita harus pulang deh" ucap Raina, dia tidak mau membuat orang tuanya cemas, karena lagi-lagi Raina lupa mengabari orang tuanya.

        "Iya, udah sore ya," balas Radit, dia tidak menyangka waktu terlalu cepat berlalu. Bersama Raina sangat menyenangkan, pikir Radit. 

        Mereka berdua pun segera pergi. Radit mengantarkan Raina sampai ke depan rumahnya. 

       "Nana," panggil Radit, mencegah Raina yang sedang membuka pintu. Raina terdiam, alisnya terangkat sedikit karena merasa terkejut. Nana adalah panggilan sayang keluarganya, panggilan itu memang hanya untuk orang-orang tertentu yang memang dekat saja, seperti Yasmin.

       "Oh, maaf, aku dengar kamu dipanggil Nana, enggak apa kalau aku panggil Nana?" tanya Radit. 

       "Emmm.. Tentu" jawab Raina. Entah mengapa wajahnya terasa panas saat mendengar panggilan itu keluar dari mulut Radit. 

       "Ujian nanti, aku boleh ya jeput kamu, Na?" ucap Radit lagi. 

       "Jeput?" Raina balik bertanya. Radit mengangguk. 

       "Apa enggak ngerepotin?" Raina bertanya lagi. Mendadak jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.

       "Tentu enggak, rumah kita sejalan, lagian, menyenangkan sama kamu" ucap Radit lagi. Kata-kata itu langsung membuat pipi Raina semakin memerah, dia menahan senyumannya sekuat tenaga, tidak ingin Radit mengetahui betapa dia senang mendengarnya. 

      "Bisa aja, oke, aku tunggu ya" balas Raina, dia segera turun tanpa melihat wajah Radit lagi.

       Ponsel Raina berdering saat baru masuk ke dalam kamarnya. Dia buru-buru masuk untuk menghindari omelan ibunya. Ternyata itu dari Yasmin. 

      "Halo?" sapa Raina. 

      "Lu dimana?" tanya Yasmin. 

      "Ini udah dirumah" jawab Raina, dia heran mendengar nada suara Yasmin.

      "Na, lu dari mana aja?" tanya Yasmin dengan suara khawatir. Sebelumnya dia ditelpon ibu Raina karena anak gadisnya tak kunjung pulang. Ibu pikir Raina bersama dengan Yasmin. 

      "Makan siang sama Radit" jawab Raina dengan santai. Yasmin hanya bisa menghela napas dengan kesal. Percuma saja khawatir, pikir Yasmin. Ternyata hanya bersama kecengan barunya. 

       "Ya udah deh, inget jangan terlalu deket, kan belum pasti dia masih single apa enggak, kalau udah keburu naksir bahaya" pesan Yasmin sebelum mematikan sambungan ponselnya. Raina hanya bisa mencibir, walaupun ada benarnya, tapi omelan Yasmin kadang seperti Ibunya sendiri.

       Di luar, Radit masih berada di dalam mobilnya, dia tersenyum. Gadis ini bisa membuat dia lupa waktu, sangat menyenangkan. Tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponselnya, dari Irna, pacar Radit.

      "Sayang, gimana ujiannya?" Tulis Irna.

      "Lancar" tulis Radit. Senyumnya menghilang, seharian bersama Raina membuat Radit lupa pada kekasihnya, Irna.

_______________

Jangan lupa komentar dibawah ya..

Happy reading

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status