Share

Tugas Perdana

    "Untung kalian enggak terlambat, kalau terlambat bisa-bisa kita satu kelompok langsung kena hukuman" ucap lelaki dengan wajah dingin dan datar itu lagi saat melihat kehadiran Radit dan Raina. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah angkuh, memberikan tatapan dingin sedingin es batu. Raina membalas dengan tatapan sebal, siapa orang sombong ini, mukanya datar sekali, tanya Raina dalam hati.

    "Ayo ke kamar jaga, jangan sampai kita yang dicariin" lanjut lelaki dingin itu lagi.

     Raina masih mengatur napasnya, tiba-tiba dia sudah diminta berjalan lagi. Gadis itu langsung merutuk di dalam hati sambil memandang sengit lelaki itu. Rasanya dia baru berhenti selama beberapa detik saja untuk mengambil napas, tapi lelaki itu seperti tidak mau menunggu lama. Dasar lelaki tidak punya hati, maki Raina lagi.

    "Siapa sih dia? Baru juga pertama ketemu udah super jutek sama bossy bener" bisik Raina pada Yasmin dengan wajah kesal. Kalau saja dia tidak terlambat dan membuat kesalahan bodoh dengan salah memakai sepatu mungkin tidak seperti ini jadinya, batin Raina. Memang awalnya semua kesalahannya, tapi tetap terasa menyebalkan.

   "Ketua angkatan terpilih kita, kabarnya dia tuh nomer 1 di universitasnya pas dokter umum dulu, IPK nya super fantastis, semua nilai nyaris A! Malah yang gue denger pas dia daftar semua penguji udah langsung ngelulusin tanpa perlu tes tulis dan wawancara lagi. Ujian masuk peringkat nomer satu di semua program studi, nilai TOEFL paling tinggi, nilai wawancara juga kabarnya terbaik" Cerita Yasmin, sedikit berbisik, memuji habis-habisan lelaki yang menyebalkan itu.

    Seingat Raina, Yasmin satu kelompok wawancara saat tes masuk dulu, jadi pantas saja Yasmin kenal lelaki itu. 

    "Emang beneran sepinter itu ya? Tapi tetap aja, nggak suka gue, sok banget gayanya, super bossy," keluh Raina sambil cemberut. 

     Raina melirik lelaki yang berdiri tepat di hadapannya itu. Secara fisik, harus Raina akui, tidak ada yang salah dengan lelaki itu. Wajahnya jelas tampan, suara bass nya membuat lelaki itu tampak lebih berwibawa, belum lagi tampilan fisiknya, dengan tinggi badan lebih 180 cm, menambah kesempurnaan raganya. Apalagi mendengar kalau dia juga adalah seseorang yang pintar secara akademis, menambah nilai tambah lelaki itu, tapi kekaguman itu hilang setelah lelaki itu membuka mulutnya, semua itu menghilang. Tidak ada senyum hangat, ramah apalagi kalimat halus, berbeda dengan Radit, batin Raina. Tanpa sadar gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah sebaliknya. Disaat yang bersamaan, Radit juga menatap dirinya. Mereka saling tersenyum, melihat senyum Radit, hati Raina menjadi lebih baik. 

   "Lelaki ini jauh lebih baik dari sisi mana pun!" ucap Raina dalam hati.

   "Aslinya baik kok" bela Yasmin, tiba-tiba. Seakan mendengar suara hati Raina.

    Raina mencibir kesal mendengar sahabatnya ini malah membela lelaki sombong itu. Jelas-jelas lelaki itu menyebalkan, pikir Raina, masih tidak percaya Yasmin malah membela lelaki itu dibanding dirinya.

    Mereka semua berjalan menuju ruangan jaga residen penyakit dalam, masing-masing merasa perasaan campur aduk, senang, penasaran, tidak sabar dan pastinya sedikit takut. Residensi adalah dunia yang baru bagi dokter umum. Tidak semua dokter umum mempunyai kesempatan menjadi residen yang nantinya akan lulus menjadi dokter spesialis, semua butuh pengorbanan, kerja keras dan tentunya, waktu yang tidak sedikit. 

   Beberapa orang senior sudah menunggu mereka di kamar jaga. Ada dua orang pria dan seorang wanita, mereka tampak ramah. Seingat Raina saat dia dulu masih koasisten, penyakit dalam adalah salah satu departemen yang paling ramah, hubungan antara senior dan junior di departemen ini juga cukup baik. Semoga saja saat menjadi residen memang sebaik yang dia lihat saat masa koasisten dulu, doa Raina dalam hati.

   "Selamat pagi, Kang, Teh, perkenalkan saya Tama, kami angkatan residensi yang baru" ucap lelaki yang baru saja membuat Raina cemberut sebelumnya. 

   "Oh, namanya Tama, hhahh.. Nada bicaranya langsung berubah sekarang, menjadi ramah dan manis sekali, dan astaga, laki-laki itu tersenyum, dasar" batin Raina dalam hati. 

   Para senior itu mengangguk, lalu mempersilakan mereka untuk duduk. Mereka terlebih dahulu berkenalan, mulai dari nama, angkatan lulus, asal daerah, pekerjaan sebelumnya dan juga status pernikahan. Para senior itu juga ikut mengenalkan diri mereka. Ternyata salah satu diantara dua lelaki itu adalah ketua angkatan seluruh residen, atau sebutannya chief of resident yang biasa disingkat dengan sebutan CR, namanya Indra, dia sudah semester 7, atau boleh dibilang sebentar lagi akan lulus. Indra menjelaskan apa-apa saja yang mereka butuhkan selama residensi ini, apa yang boleh dan apa yang tidak. 

     "By the way, saya lupa tadi mau sampaikan kalau minggu depan kita ada pemilihan CR baru, nanti acaranya diadakan di rumah seorang residen kita, saya minta bantuan kalian untuk mempersiapkan acaranya ya, karena kita nanti sekalian gathering angkatan. Panitianya untuk acara ini dari semester 4 dan 5, kalian hubungi Doni ya, dia ketua panitianya" ucap Indra diakhir pembicaraannya. Setelah selesai Indra meminta mereka semua untuk pulang. 

    "Pulang, nikmati hari-hari terakhir sebelum beneran jadi residen, karena kalau nanti sudah jadi residen, jangan harap bisa bebas kaya sekarang" canda Indra sebelum mereka semua pergi dari kamar jaga. 

    "Lumayan baik ya seniornya" ucap Yasmin saat mereka semua sudah keluar dari ruangan. Raina mengiyakan. Hari ini berlangsung baik walaupun sempat ada kebodohannya yang hampir merusak pertemuan perdana dengan senior.

    "Guys, gue rasa kita perlu adakan chat grup dan jarkom (jaringan komunikasi), supaya enggak ada informasi terlewat jadi enggak kaya tadi pagi,bisa berabe kalau ada yang terlambat lagi" ucap Tama. Dia masih melirik Raina, seakan menyindir kembali kesalahan Raina. Sementara itu gadis yang disindir itu hanya bisa mendengus kesal. Bisa-bisanya lelaki ini berulah lagi, pekik Raina dalam hati, kesal.

   "Gue minta maaf, jujur salah gue enggak baca pesan dari Yasmin" ucap Raina dengan wajah kesal. Dia terpaksa minta maaf karena memang kesalahan ada pada dirinya. 

   "Oke, jangan diulangi lagi" ucap Tama. Raina tidak menjawab, hanya mengangguk saja.

   "Ampun deh tu laki, sensi bener sama gue" bisik Raina pada Yasmin, masih kesal.

   "Ssssttt.. Udah jangan mulai berantem deh" lerai Yasmin, mengingatkan sahabatnya itu untuk tidak memancing keributan.

  "Iya, iya.." balas Raina lagi.

  "Oke, gue rasa jarkomnya, abis dari gue langsung lanjut ke elu dan Yasmin, supaya elu enggak lagi ketinggalan informasi, jadi kalau ada yang ketinggalan jarkom, berarti kesalahan ada di salah satu dari kalian, nanti urutan jarkom gue kabari di chat grup, setuju?" tanya Tama lagi. Raina kembali mendengus kesal. Lagi dan lagi, lelaki yang baru diangkat menjadi ketua angkatannya ini benar-benar menguji kesabarannya, batin Raina dalam hati. 

________

Halo, ditunggu sekali komentar dan review dari cerita saya

Semoga suka ya..

  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status