Share

One Sided Love (Kisah Cinta Raina)
One Sided Love (Kisah Cinta Raina)
Penulis: Rizka hami

Pulang Kembali

     Raina baru saja turun dari pesawat terbang yang membawanya pulang. Hari ini dia memutuskan untuk kembali lagi ke kota Bandung. Kota dengan sejuta kenangan dan harapan, tapi kota ini juga menyimpan banyak kepedihan dalam kehidupan cintanya. Kota yang dia tinggalkan selama dua tahun terakhir.

     Raina mengambil kopernya dan berjalan menuju luar. Langit di luar bandara sudah meredup, sedikit mendung, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Raina mempercepat langkahnya, dia harus bergegas bila tidak ingin terkena hujan. Dia berjalan sambil mengaktifkan kembali ponselnya.

    BBaru saja satu menit ponsel itu aktif, banyak notifikasi yang masuk. Raina menghentikan langkahnya, dan memeriksa notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya. Belum sempat ia membuka pesan, ponselnya sudah berdering, dari Ibunya. 

     "Halo?" Sapa Raina. 

     "Sudah sampai Na?" Tanya Ibu.

     Suara ibu terdengar cemas. Bagaimana tidak, sudah hampir 5 jam wanita paruh baya itu tidak mendapat kabar dari putri satu-satunya. Raina lupa mengabari orang tuanya kalau pesawatnya mengalami keterlambatan selama dua jam. Pantas saja kalau Ibu Raina merasa khawatir. Selama lima jam ini tidak terhitung sudah berapa pesan yang ibu kirim ke ponsel Raina. 

     "Sudah, lupa bilang kalau ada delay" jawab Raina dengan tenang. 

     "Kenapa enggak kirim pesan, Ibu sama Ayah cemas sekali" keluh Ibu lagi. Anak gadisnya ini memang pandai sekali membuat dia merasa cemas. 

     "Ya.., ya.. Maaf Bu" balas Raina lagi. Dia benar-benar lupa, tapi tidak merasa bersalah, pantas Ibu sering jengkel pada anak gadisnya ini. 

     "Ibu jeput ya?" Ucap Ibu, berharap Raina mengiyakan bantuan sekaligus permintaannya.

      Dua tahun tidak pernah bertemu langsung dengan anak gadis semata wayang, jelas Ibu merasa rindu ingin cepat bertemu.

     "Enggak perlu Bu, aku udah sama Yasmin, nanti paling makan malam sebentar sama Yasmin" balas Raina, dia tidak suka diperlakukan seperti anak kecil seperti ini.

     Bandung adalah kota kelahirannya sampai dia lulus sekolah, mana mungkin Raina tidak mengenal kota ini walaupun sudah dua tahun tidak pernah pulang.

      "Tapi setelah itu langsung pulang kan?" Tanya Ibu lagi, tetap berusaha bersabar. Raina baru saja sampai, jangan sampai mereka berdua langsung beradu pendapat saat baru saja bertemu setelah dua tahun berpisah. 

      "Emm, " balas Raina pendek. 

      "Hati-hati" balas Ibu. Raina tidak menjawab, dia hanya mengiyakan lalu mematikan ponselnya.

      Ibu hanya bisa menatap layar ponselnya yang sudah tidak terhubung lagi. Memang menyebalkan, tapi dalam hatinya senang, karena anaknya akhirnya kembali, walaupun keras kepala, setidaknya Raina pulang dan menuruti permintaan dirinya kali ini untuk melanjutkan sekolah spesialis.

      Masih lekat diingatan Ibu, saat dia dan Raina ribut besar, beberapa minggu sebelum kepergian Raina untuk bertugas di pulau Kalimantan sebagai dokter umum, apalagi daerah tempat bertugasnya termasuk daerah terpencil.

      Ibu marah sekali, karena Raina tidak memberitahukan kepada orang tuanya mengenai rencana kepergiannya itu, dia merencanakannya dengan diam-diam, padahal saat itu Raina sudah mendapatkan pekerjaan yang cukup baik di kota Bandung. Rasanya tidak ada seorang Ibu di dunia ini yang sampai hati melepas anaknya seorang diri ke tempat terpencil. Raina sebelumnya hanya berada di Bandung saja, dia jarang keluar kota sendirian, wajar kalau Ibu langsung protes saat mengetahui rencana kepergiannya.

      Kalau saja Ibu tahu alasan kepergian Raina, tentu saja Ibu akan lebih bisa menahan emosinya hari itu. Raina baru saja patah hati dengan Rian, cinta pertamanya sejak masih SMA. Sahabatnya itu baru saja menikah kala itu. Raina patah hati dan memutuskan untuk pergi dari Bandung untuk menata perasaannya. Hanya ada seorang lelaki yang Raina idamkan sejak SMA, Rian, tapi lelaki itu hanya menganggap Raina sebagai sahabatnya saja, dia menikah dengan sahabat Raina, Mischa.

       Ibu tidak mengerti mengapa Raina tetap menyukai Rian bahkan setelah mengetahui Rian secara terang-terangan sudah berpacaran dengan Mischa, kadang Ibu merasa ada yang salah dengan otak anak gadisnya itu, hanya orang aneh yang memendam perasaan selama 9 tahun, seperti Raina. 

      "Nana sudah sampai Bu?" Tanya Ayah, tanpa Ibu sadari, Ayah sedari tadi berada disampingnya. Ibu mengiyakan.

      "Dia mau kita jeput?" Tanya Ayah, bersemangat, dia rindu sekali dengan anak gadis satu-satunya itu. Ibu menggeleng. 

      "Katanya mau pulang sama Yasmin" jawab Ibu.

       Yasmin adalah sahabat Raina sejak kecil. Raina bergantung sekali dengan sahabatnya itu. Apapun kesulitan yang sedang Raina alami, Yasmin adalah orang pertama yang akan dia hubungi, kadang Ibu kesal dengan kenyataan itu, bagaimana bisa hubungan dirinya dan Raina tidak seperti hubungan ibu dan anak perempuan lain, batin Ibu. 

      "Ya udah, kita tunggu aja" balas Ayah, mengerti dengan perasaan kesal istrinya. 

      Raina mempercepat langkahnya, dia memandang ke segala arah, mencari sosok Yasmin, sahabatnya itu belum muncul. Padahal semalam Raina sudah menghubungi Yasmin, dan setuju untuk menjeput dirinya di Bandara. Raina juga sudah memberi tahu Yasmin kalau pesawatnya mengalami keterlambatan, dia justru lupa memberi tahu Ibu, tapi mengapa batang hidung Yasmin justru belum terlihat. Raina mendongak, menatap langit yang semakin gelap. Dia mulai mencari nomor ponsel Yasmin dan menghubungi sahabatnya itu. 

      "Halo?" Sapa Raina. 

      "Na, udah sampai?" Tanya Yasmin. Suaranya terdengar terengah-engah, seperti sedang berjalan cepat.

      "Udah, lu dimana?" Tanya Raina lagi. 

      "Sori banget Na, gue baru kelar jalan sama cowok gue buat cari kado ultah nyokapnya, ini udah on the way sana kok" jawab Yasmin.

      Raina menghela napas panjang, menahan emosinya karena Yasmin tidak menepati janjinya untuk menjemput tepat waktu.

      "Kita langsung ketemuan ditempat biasa aja" balas Raina. Dia malas menunggu.

       Daerah menuju bandara Husein Sastranegara adalah daerah yang penuh kemacetan, apalagi sore adalah jam-jam sibuk di jalanan Bandung. Bisa-bisa Raina harus menunggu selama satu sampai dua jam.

      "Beneran enggak apa-apa?" Tanya Yasmin, langkahnya berhenti. Dia merasa bersalah sekali terlambat datang menjeput karena mengiyakan ajakan pacarnya untuk membeli kado, tapi mau bagaimana, itu juga masalah masa depannya. 

      "Enggak apa, lu langsung jalan ke tempat ketemuan aja" jawab Raina. 

      "Oke, makan malam harus gue yang traktir ya" balas Yasmin, hatinya lega karena Raina tidak merajuk seperti biasanya. Sahabatnya itu dulu sering sekali merajuk untuk hal-hal kecil. Sepertinya sekarang sudah sedikit berubah, pikir Yasmin.

      "Oke" balas Raina, menutup sambungan telepon dan mulai mencari taksi.

      Raina sedikit menyesali keputusannya, harusnya dia minta dijeput saja oleh Ayah dan Ibunya kalau tahu akan seperti ini jadinya, batin Raina.

      Baru saja beberapa menit kembali ke Bandung, dia sudah merasa kesepian lagi, batin Raina. Dia cepat-cepat menepis rasa itu, dia harus berubah menjadi lebih baik, untuk mendapatkan cinta baru yang mengisi hatinya agar tidak lagi merasa kesepian. 

_________


Halo.. perkenalkan saya Rizka, penulis baru disini, semoga suka cerita saya ini ya..

Jangan lupa untuk menuliskan komentar di bawah ya.. dan follow IG saya di rizka_author


Happy reading

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status