Share

Chapter 1: Trio Harry Potter

Rose POV bagian 1

   “Hmm, apa sudah sempurna ya?”

   Kata seorang gadis cantik berambut pirang di depan cermin kamarnya, beberapa kali gadis itu masih merapikan tatanan rambutnya dan baju yang ia kenakan. Ia memutar-mutar tubuhnya di depan cermin berkali-kali sampai ia tidak menyadari kalau jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh pagi.

   Tiin.. tiin..

   Suara klakson motor di depan rumah terdengar sangat nyaring, aku segera menengok keluar jendela kamar. Ku lihat dari atas balkon kamar seorang lelaki muda melambaikan tangan dengan senyum cerah di kedua sudut bibirnya. Lelaki muda itu memberikan syarat padaku untuk tidak terburu-buru.

   “Rose, Leo sudah datang menjemputmu! Cepatlah turun sebelum kau terlambat” teriak seorang wanita yang sangat aku kenali dari luar kamar.

   “Iya Bu, aku akan segera turun”

   Aku mengambil beberapa keperluannya untuk sekolah dan sekali lagi melihat diriku sendiri di depan cermin, aku masih belum yakin kalau aku sudah terlihat sangat sempurna.

   “Hmm, aku cantik” ucapku menenagkan diri.

   Aku menuruni tangga rumah menuju ruang tengah, ku lihat ayah dan ibu sedang sibuk mengemasi barang-barang milikku yang akan dikirim ke asrama. Yup, setelah liburan panjang, aku akan kembali belajar di sekolah lagi.

   “Aiih, anak gadis ayah kok cantik banget” goda ayah saat melihatku turun dari lantai dua.

   “Iih ayah, bikin Rose malu deh, masih cantik ibu kali yah” kataku tersipu malu.

   “Ayah rasa memang nggak ada yang lebih cantik dari ibu, tapi anak gadis ayah lebih cantik dari artis di televisi, hahaha” ayah menggodaku makin sadis.

   “Udah, udah. Ayah ih nggak lihat itu wajah Rose sudah kayak kepiting rebus” kata ibu menenangkan suasana hatiku yang akan meledak karena malu.

   “Ya sudah, kamu cepat temui Leo di depan. Kasihan dia sudah nungguin anak cantik dari tadi” goda ayah lagi.

   “Iya, hari ini kamu ke sekolah bareng dia aja ya. Nanti barang-barangmu ayah dan ibu antar ke asrama kamu” ucap ibu menambahkan.

   “Tapi Rose mau bareng kalian” kataku kecewa.

   “Aduuh anak gadis ayah imut banget sih kalo lagi merajuk?” kata ayah gemas sambil tertawa.

   “Ayaaah..” rengekku manja.

   “Pergilah dulu, tidak apa-apa” pinta ibu.

   “Baiklah” jawabku pelan.

   Aku segera memakai sepatu dan menemui Leo yang sedari tadi sudah menungguku di atas motor sport miliknya. Aku keluar dari rumah langsung disambut dengan senyuman manis khas milik Leo.

   Namanya adalah Leonardo, dia teman satu sekolah denganku sedari kami masih duduk di bangku taman kanak-kanak hingga masuk SMP. Papanya seorang Kepala Kepolisian besar di kota ini dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sama seperti ibuku. Leo adalah anak lelaki yang sangat baik dan hangat, ia selalu ada di sampingku dan tidak mau berpisah sedikitpun sejak kami kecil.

   Dia memiliki warna mata gelap, rambutnya berwarna hitam kebiruan dengan kulit seputih salju. Sebenarnya Leo adalah salah satu flower boy di sekolah dan menjadi incaran gadis-gadis dengan tampang rupawannya. Oh jangan lupakan tinggi badan Leo yang sudah mencapai 167cm.

   "Selamat pagi Rose" sapa Leo ramah.

   "Selamat pagi" jawabku menunjukkan senyum terbaikku padanya.

   “Sudah siap untuk hari pertama masuk sekolah?” tanya Leo ramah.

   “Iya, aku sudah sangat menantikan saat ini Leo. Menjadi petugas kesehatan saat masa orientasi murid baru pasti sangat menyenangkan bukan?”

   “Hahaha, kamu harus berada di garda terdepan untuk menyemangatiku Rose” kata Leo menggoda.

   “Aah kamu ini,..” kataku tersipu.

   Tiinn.. tiin..

   Seorang anak laki-laki datang menghampiri kami dengan mengendarai motor merk tiger super besarnya. Lelaki itu melepas helm dan menyibak rambut blonde miliknya. Ia memandang kesal kearah Leo.

   “Aarg .. aku keduluan lagi sama babi ini” tunjuknya pada muka Leo.

   “Sudah kubilang tunggu aku, malah berangkat duluan” lelaki itu masih kesal dan memandang Leo penuh kebencian.

   “Idih, siapa bilang aku mau nungguin kamu, tiang listrik?” kata Leo sewot.

   “Kamu yaaa..” jemari Nicky sudah siap menjitak kepala Leo.

   Nama lelaki yang barusan datang ini Nicky McFallen, dia juga sahabat terbaikku sejak duduk di taman kanak-kanak. Dulunya Nicky adalah anak yang sangat penakut sekaligus cengeng, ia selalu bersembunyi di balik punggungku saat dikerjai anak-anak lainnya. Alhasil Leo lah yang menjadi tameng dan membela kami meskipun Leo sendiri ketakutan.

   Dulu ukuran badan Nicky jauh lebih kecil dibanding denganku, tapi entah apa yang terjadi mulai kami masuk Sekolah Dasar ukuran tubuhnya jauh lebih besar dan makin tinggi. Dia juga sangat pemberani, Nicky akan menghajar siapapun yang berusaha mencelakai aku.

   Penampilan Nicky sangat wajar bila dikatakan sebagai playboy sekolah, dia memiliki bentuk tubuh bak dewa dan wajah khas bule ganteng. Meskipun kami masih SMP, tapi otot-otot milik Nicky sudah terbentuk kekar dan gagah dengan tinggi badan 175cm, tinggi yang sangat jauh denganku yang hanya sekitar 155cm. Warna rambut dan mata Nicky hampir sama denganku, rambut blonde dan mata biru tapi miliknya lebih gelap dariku.

   Mengenai orangtua Nicky, keluarganya memiliki usaha butik besar di kota kami. Butiknya sudah mmeiliki cabang di kota-kota lain, ibu dan ayahnya sangat sibuk tapi selalu memperhatikan Nicky dengan baik. Yang ku dengar dari ibu, dulunya Nicky memiliki kakak perempuan tapi semua orang tidak tahu kabarnya lagi sejak kakak Nicky lulus SMA, tidak ada yang pernah mendengar kabar darinya maupun melihatnya lagi di kota ini. Keluarga Nicky hanya memberikan informasi kalau kakak Nicky kuliah diluar negeri.

   Kami bertiga berasal dari kota yang sama, tempat tinggal yang berdekatan dan bersahabat erat layaknya trio Harry Potter. Bedanya dalam persahabatan kami tidak ada sosok Harry Potter yang selalu memasang mimik wajah serius dengan sifatnya yang tidak jauh berberda. Nicky dan Leo lain, mereka bagai duo Ron Weasley yang tidak pernah akur. Mereka akan akur kalau sedang bertanding basket.

   “Haha, sudah sudah, kalian ini nggak bisa akur ya?” tanyaku sambil menahan tawa.

   “ENGGAK BAKAL” jawab mereka berdua bersamaan.

   “Rose, ke sekolah bareng aku aja. Kita kan sudah lama nggak boncengan” ucap Nicky menggoda sambil mengedipkan sebelah mata birunya padaku.

   “Eh enak aja, aku yang datang jemput Rose duluan berarti aku yang barengin dia!” kata Leo tak terima.

   “Siapa cepat dia dapat” jawan Nicky santai.

   “Rose, jangan mau dibonceng sama playboy kayak dia” ucap Leo mempengaruhi aku.

   “A-apa? Pla-playboy? Playboy kamu bilang? Aku cuma pacaran sama beberapa cewek udah kamu bilang playboy?” tanya Nicky geram.

   “Beberapa, huh? Baru satu bulan masuk SMP aja kamu udah punya delapan orang mantan, sekarang kita kelas dua. Cewek satu sekolah udah hampir sudah pacaran sama kamu, kamu masih bilang cuma punya beberapa?” kata Leo panjang lebar mengingatkan jumlah mantan Nicky.

   “Itu-“

   “Wah, wah. Sudah lama nggak ketemu kalian” sapa ayahku mengagetkan kami.

   “Halo om Kelvin” sapa mereka bersamaan.

   “Jadi anak gadis ayah mau bareng siapa?” tanya ayah lagi.

   “Sama saya om” jawab mereka bersamaan dan sukses membuat ayahku bingung.

    “Ahaha, ayah hari ini Rose diantar sama ayah aja. Bye guys, see you at school”

    Tanpa pikir panjang aku berlari masuk ke dalam mobil ayah, Leo dan Nicky terlihat adu mulut lagi di belakang mobilku. Sekilas aku lihat kelakuan dua sahabat karibku dari spion mobil sangat mirip dengan tingkah anak-anak rebutan mainan.

   “Nggak apa-apa Rose ninggalin mereka?” tanya ibu dari kursi depan.

   “Kamu sih ngacauin rencanaku boncengin Rose!” omel Leo kesal. Aku masih bisa mendengar pertengkaran mereka dari balik mobil.

   “Au ah, kamu ngeselin” omel Nicky balik.

   “Jangan khawatir bu, hahaha. Aku sudah terbiasa dengan tingkah mereka” jawabku jujur sembari menahan tawa.

   Ayah masuk ke dalam mobil lalu menghidupakan mesin, ayah merubah rencana untuk mengantar barangku ke asrama. Tapi mengantarkan aku terlebih dulu ke sekolah.

   Ku dengar deru suara motor sport milik Leo dan Nicky bersahutan, mereka melambaikan tangan pada kami dan melaju kencang mendahuli kami.

   “Bye Rose” teriak Nicky kencang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status