Share

Chapter 1

Hiufff, aku menghembuskan nafas lega berdiri didepan gerbang masuk  kampusku,Mahasiswa baru'welcome to new world'. Jogja hari itu bertemankan cuaca pagi nan cerah. Kampus sudah ramai dikunjungi penghuninya sesuai jadwal kuliah mereka masing-masing. Aku menyapu keadaan dengan mataku, untuk apa? untuk ngabesenin mahasiswa dengan berbagai karakter menjadi penghuni kampus. Si kutu buku, mereka  identik dengan selalu membawa buku kemana-mana, terkadang memakai kacamata, ada pula yang tidak sih, yang pasti bahan obrolan mereka berkaitan dengan hal-hal yang berbau pelajaran.

Sipembuat onar, entah itu cewek atau cowok, mereka tipikal hidup berkelompok, mencari perhatian orang lain dengan berbagai cara, terkadang suka membuli atau hanya sekedar membuat kehebohan. Si selebritis, yah sekumpulan mahasiswa yang membuat diri mereka menonjol, mungkin karena mereka cantik atau tampan, kaya, berkuasa atau lain halnya. Dan si kaum kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang),seperti diriku salah satunya. Kuliah untuk menuntut ilmu sekaligus menikmati jenjang baru dalam masa penjelajah kehidupan. Tidak terlalu menonjol ataupun tertutup. Intinya netral menyikapi dunia kampus.

“Ahh akhirnya sekarang kita mahasiswa, ospek yang penuh deg-degan itu, apalagi ajangnya cinlok berlaluuuu” ucap Rani merangkul lenganku. Dia sahabatku sedari TK, sekaligus tetanggaku yang bakalan abadi deh kayaknya dalam hidupku. Tidak peduli seberapa besar pertengkaran yang kami lalui, kita bahkan pernah tidak saling tegur selama 1 bulan, nyatanya memang ikatan persahabatan ini sudah seperti saudara.

“Hmmm ran, Gw bingung nih, kampus serame ini, kok gw ngerasa sepi yah?” keluhku memasang wajah lesu, seperti menunggu jodoh yang tak kunjung datang.

“Lo jangan bikin kampus berasa kuburan dong nay, Ini tu fase penting nih dalam kehidupan, sebentar lagi kita bakalan menempuh perjalan baru, lembaran baru yang bakalan kita isi sama sejarah peremajaan menuju kedewasaan. Okeyy? Fakultas kedokteran aku akan datangggg” Teriak rani antusias, membentangkan tangan keudara, tidak peduli akan orang lain yang memasang tatapan heran melihatnya. Ahh dia bukan sahabatku,heheh iya aku nggak kenal.

Aku dan rani melangkahkan kaki mantap menuju kelas kami sesuai jadwal. Kedokteran itu jurusan yang memang sudah menjadi cita-citaku sedari dulu, beruntung sekali rasanya aku dan rani lulus dikampus yang sama dengan jurusan yang sama pula, ini bisa dibilang takdir nggak sih?. Daripada mikir berat, seberat melepas gebetan sama yang lain, mending dijalanin aja deh takdirnya.

Sebelum kelas, kami menyempatkan diri keliling kampus, menandai tempat yang dirasa enak untuk dijadikan tempat berlabuh dari penatnya belajar. Ini ritual wajib sih, Asli.Sekilas ketika aku berbaur dengan penghuni kampus lainnya aku merasa diriku sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang dewasa, percaya diri menyelesaikan masalah dan mandiri dalam menghadapi hidup. Niatnya sih begitu yah, semoga aja.

“Pokoknya gw harus tandain makhluk-makhluk ganteng, terus nanti mereka gw masukin ke list Memburu kekasih untuk dikarungin ” Rani antusias setiap kali bertemu cowok tampan yang berlalu lalang, dasar mata genitnya tidak bisa diajak bersikap elegan

“Tapi ran? Ntar kalau lo nemu sama yang udah punya pacar gimana?” aku mengejek

“Tikungan gw lebih tajam nay, Bisa apa tu hubungan” jawab rani percaya diri. 

“hahahaha dasar sakit jiwa parah sih lo” aku tertawa sembari menjitak kepala rani, sementara rani tersenyum nyengir tanpa merasa bersalah. Sesederhana itu hal yang membuat kami tertawa, kegilaan dari sikap masing-masing.

Aku terbuai menikmati candaan rani, sampai tanpa kusadari mataku sudah tidak memperhatikan jalan dan membuat tubuhku menghantam sesuatu “Awwww” pekikku. Aku menggengam lenganku sendiri dan berpaling untuk melihat sipelaku yang membuatku menjerit manja.

Dia cowok tampan yang turun dari khayangan, kini menatapku dengan bola matanya beriris coklat “Sory ya?” ucapnya. Aku menggangguk begitu saja dan diapun berlalu pergi. Kejadian sekilas itu seperti dejafu bagiku, rasanya aku sempat bermimpi pernah mengalami hal ini, Tiba-tiba lamunanku tersentak karena samar-samar mendengar musik ditelingaku , dari liriknya aku bisa tau tema lagu itu adalah orang yang sedang jatuh cinta.

Aku berpaling dan ternyata, Oh tuhan, rani sudah berdiri disampingku sembari menghidupkan musik dari hanpdhonenya dan mendekatkan speker handphone itu ditelingaku, aku menyilangkan tangan di dada memutar bola mataku malas menatapnya kesal penuh amarah, dia baru saja membuyarkan lamunan konyolku

“Kenapa nay? Gw bantuin ini,biar kayak di sinetron-sinetron nay. Kalian tabrakan, terjadi tatapan pertama, saling diam menikmati rupa masing-masing lalu jatuh cinta, berjuta rasanya “ oceh Rani membuatku kesal

“Bodo amat” gurutku singkat dan pergi meninggalkan rani, jelas ia tertawa terbahak-bahak sembari menyusulku. Sejujurnya aku tidak bisa terlalu menikmati kebebasan dalam hal perasaan, seseorang sudah terlebih dulu mengambil hatiku. Aku dan dirinya sudah membuat janji untuk saling mengenang, meskipun aku tidak yakin sih janji yang terucap ini akan tertepati.Tapi mengontrol perasaan untuk menyukai seseorang itu kelihatannya tidak mudah.

*************

Risih. Sebenarnya aku punya kebiasaan sulit untuk masuk ke lingkungan baru, lebih tepatnya aku selalu takut keluar dari zona nyamanku sendiri. Itulah sebabnya aku membutuhkan Rani di sisiku, menjadi tempat untukku bergantung, yang pada akhirnya hanya membuatku bergantung pada orang lain tanpa harus keluar dari zona nyaman ku sendiri.

Aku terpana ketika memasuki kelas, wow ini lingkungan barunya?,beberapa mahasiswa sudah masuk dan memilih tempat duduk sesuai selera mereka. Aku dan rani memilih duduk didepan sebelah kanan. Sekilas dari pandanganku ragam mahasiswa lengkap dikelasku, sikutu buku, situkang rusuh, dan ada beberapa yang duduk berkelompok sembari mengobrol. Tidakkah awal-awal semester untuk pertama kali kuliah itu menegangkan?

“Hai, kenalin gw monik?”  sapa seorang cewek yang duduk dibelakangku, sontak membuat aku dan rani membalikkan badan, penasaran melihat wajah dari sipemilik suara

“Dan gw laura” ucap cewek yang duduk disebelahnya. Aku dan rani saling bertatapan kemudian tersenyum  menyambut tangan mereka.

“Gw nayna dan ini Rani” balasku memperkenalkan diri

“Gw denger dosen di SKS ini killer abis, ini fakta yah. Gw denger dari kakak senior soalnya” ucap monik membuka topik pembicaraan. Jujur saja aku masih mencoba menyesuaikan diri untuk situasi ini.Bukankah itu wajar kita bertemu orang baru dilingkungan baru. Berbeda dengan Rani yang lebih santai menyikapi situasi ketimbang diriku.

“serius?, Yahh sial dong. Hari pertama ketemu dosen killer, ini efek si nayna nggak mandi nih ngampusnya” Rani menyenggolku, spontan aku menjitak jidatnya. Enak saja memfitnahku sekalipun itu kenyataan, aku kan lumayan malu.

“hahaha enggaklah, tergantung kita ngadepin aja. Kalian satu SMA ya?” balas laura. Dari nada bicaranya ia terdengar bijak

“Ah iya, gw sama rani Satu SMA” jawabku singkat

“gw sama dia sahabat bebuyutan, udah dari TK kita barengan terus” lanjut Rani menambahkan. Wajah monik dan laura terpana mendengar ucapan rani. Apakah mereka sedang mengagumi persahabatanku dan rani?

“Oh ya? Wah beruntung sekali. Gw malah lebih sering ditinggal sahabat. Katanya gw nggak asik diajak nongkorng” ucap laura. Ia memasang wajah ibanya. Setelah itu percakapanpun mengalir begitu saja. Kami saling berbagi cerita satu sama lain, Laura dan Monik saling kenal ketika masa ospek, dari situlah mereka merasa cocok satu sama lain dan berteman

Sejenak aku bersyukur memiliki rani sebagai sahabatku,Dia pandai masuk kedalam situasai dan membuat aku yang awalnya canggung menjadi tidak lagi. monik dan laura memang masih pendatang baru dalam hidupku, tapi mereka juga punya posisi dalam kisah ini sesuai porsinya masing-masing, mereka ikut andil menjadi sejarah dalam kisah ini, dan hubungan yang aku jalin selanjutnya bersama mereka berada dalam fase pertemanan.

Sejujurnya hal yang paling menarik selain teman baru diawal perkuliahan ku adalah, cowok yang tanpa sengaja bertabrakan denganku juga dalam kelas yang sama denganku.Hmm aku biasa aja sih. Aku bahkan dijaili habis-habisan sama rani ketika cowok itu masuk dengan gagahnya kedalam kelas,Usah seperti model yang jalan di red karpet. uniknya sepanjang kelas, cowok itu berhasil membuat situasi penuh tawa ditengah kami yang tegang karena belajar bersama dosen yang terkenal killer. Inilah awalnya cowok yang kuketahui bernama Reno itu dicap sebagai si humoris dikelas.

Kalian ingin mengenal diriku lebih jauh? Atau mengenal Reno???

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status