Sudah puas aku menangis, rasa kecewa yang teramat sangat. Dadaku terasa sesak, fikiranku kacau dan nafsu makan ku hilang sudah. Yang aku tau hanyalah berbaring diatas kasur dan menangis melepaskan rasa sakit ini. Sedari tadi Rani, Monik dan Reno sudah mencoba menenangkanku. Tapi aku menganggap mereka tidak ada. Aku berlari pulang dari kampus, meninggalkan pelajaran dan menangis hingga malam datang. ayolah, kenapa rasanya se sakit ini?
Aku merubah posisiku duduk, hanya ada aku di kamar. Yang lain pasti memilih menunggu di ruang santai. aku melangkah menuju cermin, penasaran melihat seperti apa pantulan wajahku. Mataku sudah bengkak, rambutku kusut, bibir dan hidungku memerah seperti buah tomat, dan tubuhku bergetar karena seharian tidak ada makanan yang masuk ke perut. Penghuni perutku pasti sudah menyumpahiku sekarang.
Usai mencuci muka, dan memastikan wajahku tidak kusut lagi aku keluar kamar, berniat menemui teman
Sore yang sejuk dengan hujan yang cukup deras. Aku duduk di balkon kamar, membiarkan angin membawa percikkan hujan dan mengenai rambutku. Aku tidak peduli, yang kurasakan damai dalam sejuk yang dingin. “Y ampun Nayna, masuk dong. Ini hujannya deras banget loh” ucap Monik datang padaku. aku tertegun menatap Monik sembari tersenyum “kalian udah pulang? kuliah hari ini full nggak?” tanyaku, bersikap baik-baik saja. Monik menganggukkan kepalanya “iya, untung Rani bawa mobil lo, kalau nggak udah susah buat pulang. hmmm Nay, ada yang mau ketemu sama lo. Mereka baru aja datang, tadi rani udah cegah, tapi,,,” ucapan Monik terhenti saat aku mendadak berdiri menatap Monik dengan tidak sabar “mereka siapa maksud lo?” tanyaku. Monik menghela nafas panjang menelan kasar salivanya. Raut wajah tidak enak terukir di wajahnya “Laura sam Aldi” jawab monik terbata-bata. Aku langsung berjalan menuju ruang tamu, meskipun Monik sempat menahan tanganku tapi eku menepis tangan itu dengan ka
Aku fikir diriku yang akan menjadi canggung, ternyata tidak. Reno mendadak berubah, ia menjadi lebih menjaga jarak denganku. Terkadang meskipun kita saling bertatapan mata, dengan cepat Reno mengalihkan pandangannya, itu membuat sedikit desiran kehilangan untukku. Aku kira Reno akan kembali ceria seperti dulu, tapi dua minggu berlalu Reno justru semakin menjauh.Sementara Aldi dan Laura?, entah sejak kapan itu dimulai,mereka sudah berani untuk mengumbar kemesraan mereka, aku sempat mencuri dengar panggilan sayang yang mereka buat, ketika Laura memanggil Aldi dengan BO dan Aldi memanggil Laura dengan BI.“Ran, gue beneran nggak nyaman nih. Kok Reno jadi ngejauh gitu ya?” tanyaku ketika aku dan yang lainnya makan dikantin. Sekarang hanya aku, Rani dan Monic. Kami kehilangan Laura, tapi gadis itu sekarang sudah memiliki teman baru, diujung kantin ia tertawa lepas bersama teman barunya.“Hah, kayaknya dia ngerasa bersalah sama kejadian waktu itu. D
Rose sedang memulihkan diri di rumah karena patah tulang ringan. Itu hanya seminggu setelah masa-masa indah, karena Sean terstimulasi oleh hasil akhir ujian tengah semesternya dan mengantarnya ke sekolah. Satu-satunya keuntungan adalah dia memiliki sopir untuk menjemput dan mengantarnya selama cedera. Rose belum beradaptasi dengan kehidupan awal. Dia tidur grogi untuk dua kelas. Dalam keadaan linglung, dia samar-samar merasakan seseorang di depan matanya. Ketika dia membuka matanya, ruang kelas kosong. Hanya Matthew dari Kelas 5 yang berdiri di depannya dan menatapnya dengan cemberut. Rose ingat bahwa Matthew dan Andrew menekannya seperti bukit hari itu, hampir sekarat, dan merasakan lengannya sakit lagi. Dia mendongak dan saling menatap miring. "Mengapa kamu di sini?" Matthew memandang rendah Rose, yang cuek dan frustrasi. Senang melihatnya tanpa jalan memutar, tetapi tidak mungkin. Siapa yang membiarkan dirinya memuk
Hai, aku Shanin. Buat kalian yang baru baca, aku mohon pengertiannya yah, maksudnya ini cerita masih dalam revisian. Baru sempat aku kelarin sekarang, jadi kalau masih banyak yang berantakan dimaklumin yah. Ditunggu updatenya, makasih sayangku *****
Hiufff, aku menghembuskan nafas lega berdiri didepan gerbang masuk kampusku,Mahasiswa baru'welcome to new world'. Jogja hari itu bertemankan cuaca pagi nan cerah. Kampus sudah ramai dikunjungi penghuninya sesuai jadwal kuliah mereka masing-masing. Aku menyapu keadaan dengan mataku, untuk apa? untuk ngabesenin mahasiswa dengan berbagai karakter menjadi penghuni kampus. Si kutu buku, mereka identik dengan selalu membawa buku kemana-mana, terkadang memakai kacamata, ada pula yang tidak sih, yang pasti bahan obrolan mereka berkaitan dengan hal-hal yang berbau pelajaran.
Apasih arti persahabatan bagi kalian?. masing-masing ikatan hubungan bagiku beda bentuk dan beda rasa. Jika ditanya hal terkonyol, manakah yang lebih penting bagiku, sahabat atau pacar?. Hmmm jujur saja aku kesulitan untuk menjawab ini. Sesulit ngejawab cepat kalau ditanya 1453x123, Kenapa? Karena aku punya sifat jelek yaitu hanya bergantung dan merasa nyaman untuk satu orang saja tanpa bisa berpindah ke orang lain.Maksduku, jika aku sudah nyaman dengan satu orang maka aku akan tetap bersama orang itu. inilah kelemahanku yang tidak bisa aku kendalikan. Meskipun aku sadar kelak kelemahan ini akan merusak diriku sendiri, percayalah aku sudah mencoba untuk menghilangkan hal ini. Entah mengapa rasanya aku tidak bisa.
"Gimana nih, gw udah kebelet nih, ayukk temenin dong ran" keluhku usai keluar kelas. Aku sudah kualahan menahan panggilan alam ini, sesuatu yang mendesak sudah diujung. Sial rasanya menahan keingginan untuk buang air kecil"yah nay, gw udah laper banget malahan. males ah musti naik lagi ke toilet atas, pake toilet diujung aja ya" saran rani padaku. Bulu kudukku sedikit bergidik mendengar toilet ujung, yah ini toilet yang terletak dipojok kampus, agak sepi dan pastinya suasana rada menyeramkan."yah ran, kan disana itu,,,,"
'kadang ingin, kutinggalkan semua, letih hati menahan dusta'"diatas pedih ini, aku sendiri. Selalu sendiri'