Share

BAB 2 PERTUNANGAN

TIGA BULAN SEBELUMNYA.

Tangan Kimmy masih berkeringat dingin selepas Hanif menyematkan cincin bertahta berlian di jari manisnya. Rasanya masih begitu ajaib dan lebih indah dari ketika ia sedang bermimpi menjadi Cinderella yang bertemu pangeran. Karena Kimmy si Upik Abu dan bang Hanif pangeran tampannya. Kimmy sudah mengagumi Hanif sejak masih anak-anak, karena itu rasanya dia memang sudah mencintai pria itu seumur hidupnya. Kimmy hanya tidak tahu bagaimana pria tampan itu bisa mengaku mencintainya, dan hari ini mereka resmi bertunangan.

Lima tahun yang lalu setelah Hanif lulus dari kuliahnya di Yale dan sedang pulang ke Indonesia, mereka kembali bertemu di sebuah acara keluarga. Hanif memang selalu tampan dan semakin tampan di usia yang semakin matang, benar-benar tipe menantu ideal yang pastinya akan di idamkan semua orang tua untuk putrinya. Muda, cerdas dan memiliki masa depan cemerlang.

Saat itu Hanif sudah berkerja di sebuah perusahaan besar di Seattle. Dia memang beruntung karena begitu lulus langsung disambut oleh perusahaan besar. Saat kembali melihat Kimmy, sebenarnya Hanif juga tidak menyangka jika gadis yang dulu tomboi dan tidak mau diam itu sudah berubah menjadi wanita anggun yang sangat manis. Sejak saat itu mereka mulai dekat, dan sempat menjalani hubungan LDR selama tiga tahun sebelum kemudian Hanif memutuskan untuk mencari pekerjaan di Indonesia demi kekasihnya. Jadi sudah jelas seberapa besar pria itu mencintai Kimmy dan akan segera menikahinya.

Kimmy dan Hanif baru saja bertunangan disaksikan seluruh keluarga besar mereka. Semua keluarga sudah ikut tidak sabar menantikan hari bahagia pasangan muda yang sangat serasi itu.

Hanif juga baru mendapatkan promosi jabatan di tempatnya bekerja. Hanif adalah seorang arsitek yang brilian dan layak untuk mendapatkan suksesanya seperti sekarang. Karena itu pernikahan mereka tahun depan sepertinya juga akan menjadi rencana yang sangat sempurna.  Hidup Kimmy juga terasa sempurna dan penuh mimpi indah, hingga sulit rasanya untuk berhenti tersenyum sendiri tiap kali mengingat pria tampan itu akan segara menjadi miliknya.

Itu adalah saat Kimmy masih belum tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Karena ternyata dia  bukan Cinderella yang bertemu pangeran tampan. Tapi Belle yang harus bertemu monster!

****

PESTA

Malam ini perusahaan tempat Hanif bekerja sedang mengadakan party atas prestasi luar biasa yang mereka raih tahun ini. Hanif mengajak Kimmy ke acara yang dikhususkan bagi para staf ekslusif perusahaan tersebut. Sekaligus Hanif juga ingin memperkenalkan tunangannya pada rekan-rekannya di kantor. Acara itu diadakan di sebuah klub elite yang juga merupakan milik dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Kimmy sudah sering mendengar dari  Hanif jika bosnya itu juga memiliki banyak klub hiburan elite di luar negeri, dan itu semua sudah merupakan bisnis warisan dari orang tuanya yang tidak akan pernah habis sampai tujuh turunan. Bisnis properti justru merupakan bisnis baru yang dikembangkan sendiri oleh Tristan Murai yang mungkin mulai jenuh dengan bisnis hiburan. Kabarnya pria berdarah Inggris-Prancis itu juga masih muda dan tampan. Kimmy sendiri belum bisa membayangkan seperti apa rupanya walaupun Hanif sering menceritakannya. Karena dalam pikiran Kimmy, Inggris dan Prancis itu lebih mirip musuh bebuyutan. 

"Bang, apa tidak apa-apa aku pakai gaun seperti ini?"

Kimy mengenakan gaun merah yang sangat cantik, merekat erat di badannya yang ramping dengan kulit eksotik yang menarik. Kimmy taku jika gaunya akan terkesan berlebihan karena dia sendiri merasa seperti orang asing ketika dalam baluta gaun satin tersebut.

"Kau cantik, aku suka." Hanif tersenyum membuat Kimmy ikut percaya diri berjalan di sampingnya.

Kimmy sebenarnya juga belum pernah datang kesebuah klub malam karena itu dia takut kalau sampai salah kostum. Walau kelihatanya agak tomboi sebenarnya Kimmy penakut dan nol urusan laki-laki. Karena itu Kimmy belum pernah memiliki teman laki-laki yang berani membawanya ke klub malam. Jika bukan karena tunangannya yang membawanya kali ini, pasti Kimmy juga tidak akan berani. Hanif terus mengenggam erat tangan Kimmy utuk tetap berada di sampingnya.

"Bang, ini luarbiasa." Kimmy terkagum-kagum dengan klub malam yang baru dilihatnya.

"Ini juga milik Tristan."

Sama sekali tidak seperti klub malam yang sering Kimmy lihat di film-film. Kimmy pikir klub malam hanya dipenuhi orang-orang berdesakan dan berjoget sambil mabuk. Klub malam yang mereka datangi kali ini memang terlihat sangat elegan dan berkelas. Banyak lampu chandelier Cristal yang bergantung seperti rintik hujan yang memenuhi langit-langit. Semua orang yang berkeliaran juga berpakaian sangat elegan dengan fashion yang pastinya mahal. Tidak ada wanita yang tidak cantik dan tidak ada pria yang tidak terlihat berkelas, semuanya rapi sempurna dari ujung kepala sampai unjung kaki.

Kimmy masih terkagum-kagum ketika kemudian Hanif berbisik. "Itu Tristan Murai." Kimmy langsung mengikuti arah pandangan Hanif.

Tristan Murai terlihat sedang duduk di sofa kebesarannya layaknya singgasana, sangat mencolok di tengah keramaian dengan karisma yang sulit untuk diungkapkan meskipun masih sangat muda.

Itu adalah kali pertama Kimmy melihatnya, dan memang benar Tristan Murai masih sangat muda dan tampan. Ada seorang wanita super cantik bak super model Victoria Secret yang menempel duduk di sampingnya, mereka terlihat beberapa kali saling berbisik. Kimmy masih melihat ke arah mereka saat Hanif sudah kembali menariknya berjalan, dan saat itulah matanya bertemu dengan Tristan Murai yang kebetulan juga sedang tidak sengaja menangkap matanya yang lancang. Kontak mata itu memang hanya beberapa detik sebelum kemudian pria itu kembali berpaling dingin. Kimmy hanya merasa mereka mungkin terlalu beda level untuk saling menghiraukan. Tapi bukankah menurut sebagian orang, 'seorang pemimpin memang seharusnya terlihat keji dan ditakuti.' Karena hanya dengan melihatnya sekilas saja Kimmy langsung bisa menilai jika dia pria yang mengerikan dan tanpa hati. 

"Aku merasa bosmu agak mengerikan," bisik Kimmy pada Hanif. 

"Sebenarnya dia cukup baik. "

"Karena dia terus memberimu promosi jabatan, " balas Kimmy. 

"Anggap saja begitu, " Hanif hanya mengedip jahil saat menoleh kekasihnya. 

Untung prianya itu tampan, karena meskipun sering jahil Kimmy ternyata tetap menyukainya. Kimmy memikirkan hal itu untuk Hanif tapi matanya sedang tertuju pada sosok Tristan Murai.

Hanif kembali membawa Kimmy untuk dia perkenalkan dengan rekan-rekanya. Hanif adalah pria yang mencolok di mana pun, dia tampan dan selalu disukai banyak orang. Jadi saat kali ini dia mengumumkan sudah bertunangan, jelas banyak rekan-rekanya yang segera mengucapkan selamat padanya. 

"Kimmy? " sapa salah seorang rekan Hanif sambil menunjuk Kimmy yang ikut segera menyambut uluran tangannya. 

"Kau beruntung Hanif, " tambah pria berkacamata itu sembari menepuk punggung rekannya. 

"Selamat juga ya, Bang ," sapa seorang wanita super seksi yang baru saja mendekati Hanif dengan langkah gemulai. 

"Gue Gisel, " katanya ketika mengulurkan tangan pada Kimmy. 

"Kimmy, " sambut Kimmy ikut memperkenalkan namanya dengan agak canggung, karena wanita yang kelihatanya super percaya diri itu sedang mengoreksi penampilannya secara terang-terangan dan tiak berkomentar apa-apa setelah itu dia langsung pergi. 

Teman-teman Hanif mulai berebut untuk memperkenalkan diri dan mengucapkan selamat sampai membuat suasana sedikit berisik karena lelucon yang dibuat beberapa rekanya untuk menggoda pasangan muda yang baru bertunangan itu. 

Entah kenapa Kimmy yang jadinya malah seperti kurang yaman karena merasa asing berada di tengah becandaan rekan-rekan Hanif. Walau demikian dia tetap berusaha untuk tersenyum menyambut antusiasme mereka. Sepertinya Hanif memang disukai banyak orang dan hal seperti itu membuat Kimmy merasa semakin canggung.

Saat Hanif sudah kembali asik terlibat obrolan dengan teman-temannya, mata Kimmy justru tidak sengaja bertemu lagi dengan Tristan Murai yang kebetulan juga sedang menatapnya. Masih dari tempat duduk kebesarannya pria itu sedikit mengangguk sembari mengangkat gelasnya, mungkin untuk ikut mengucapkan selamat untuk pertunangannya. Kimmy hanya membalasnya dengan sedikit senyum dari ujung bibirnya  yang masih kaku, karena ternyata Kimmy ragu apa benar pria itu bermaksud menyapanya. Karena setelah itu Tristan sudah kembali berpaling dan berbisik pada wanita cantik yang dari tadi duduk di sampingnya. 

"Kapan kita pulang, Bang?" bisik Kimmy dengan sedikit berjinjit.

"Sebentar lagi."

Semakin malam Kimmy merasa semakin tidak nyaman dengan tempat tersebut. Kimmy merasa semakin seperti  orang asing yang sedang berada di tempat yang salah, tidak peduli semewah apa tempat tersebut rasanya tetap tidak sesuai dengan dirinya tapi Hanif masih terlihat asik bicara dengan tekan-rekannya.

Kimmy kembali memperhatikan Chandelier-Chandelier kristal yang berayun seperti rintik hujan sembari sesekali menggosok punggung lengannya sendiri yang mulai merinding. Pakaian yang dia pakai malam ini sepertinya juga agak berlebihan. 

Kimmy mengunakan gaun merah tanpa lengan dengan punggung rendah menggantung dan merekat erat di pinggangnya yang ramping. Jujur saja Kimmy mulai menyesal sudah memakai baju agak kurang bahan seperti itu.

Kulit eksotik Kimmy yang dipadu dengan gaun merah itu membuatnya terlihat seperti wanita jalang penggoda dengan dada padat menonjol dan pinggul bulat berisi yang tercetak jelas dari satin lembut yang melilit erat tubuhnya. Tapi Hanif mengaku menyukainya, karena itu tadi Kimmy masih cukup percaya diri memakainya. 

Rambut panjang gelap Kimmy juga hanya dibiarkan terurai, tapi memang kesederhanaan lah yang membuat keindahannya semakin menonjol. Gadis itu memiliki kulit eksotik yang cantik dengan rona alami kemerahan dari gen keluarga besar mereka yang memang masih berdarah Turki. 

"Apa kau mau pulang sekarang?" kali ini Hanif yang berbisik.

"Ya." Kimmy langsung mengangguk.

"Kita harus berterimakasih dulu kepada Tristan." Hanif sudah kembali menarik tangan Kimmy untuk berjalan mengikutinya menemui Tristan Murai.

Tristan terlihat memperhatikan Kimmy sejenak sebelum kemudian kembali bicara dengan Hanif. 

"Selamat untuk pertunangan kalian, " katanya sembari mengangkat gelas anggur merah  bergagang ramping di tangan kanannya. Tristan  menggoncang-goncang sisa anggur di gelas tersebut sebelum kemudian meneguknya kembali. 

Tristan sebenarnya hanya respect terhadap orang yang menurutnya layak, dan Hanif  merupakan salah satu karyawan favoritnya. Bahkan Tristan sudah dua kali memberi pemuda itu promosi jabatan hanya dalam kurun waktu beberapa bulan.

Sepertinya Kimmy juga baru benar-benar memperhatikan jika Tristan Murai memiliki sepasang Netra biru pekat yang dibingkai oleh mata cekung yang dalam. Siapapun pasti akan merasa gentar hanya untuk sekedar menatapnya, walaupun dia sangat luar biasa tampan tapi kesannya memang agak keji dan mengerikan untuk didekati. Mungkin juga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa dekat dengannya. Karena dari tadi Kimmy juga tidak melihat Tristan bicara dengan siapapun kecuali wanita cantik di sebelahnya yang juga baru dia tahu bernama Pamela. 

Sepertinya Pamela dan Tristan memang memiliki kedekatan yang spesial. Dari tadi wanita itu terlihat beberapa kali berbisik pada Tristan dan bergelayut manja di bahunya tanpa membuat Tristan merasa keberatan. Pamela adalah wanita yang sangat cantik, berambut pirang dan bermata biru pucat seperti langit di siang hari. Kimmy tahu jika wanita itu hanya sedang pura-pura tersenyum padanya karena sama sekali tidak nampak ketulusan dari bibir kakunya yang terlalu dipaksa. 

Kimmy hanya bersyukur Hanif segera membawanya pergi setelah itu. Kimmy lega karena tidak harus merasa canggung lagi di lingkungan yang sama sekali tidak cocok dengannya. 

Selama ini Kimmy bekerja di sebuah perusahaan distributor. Sebagai seorang bendahara, dia nyaris menghabiskan delapan jam kerjaannya dengan hanya duduk di belakang meja. Tempatnya bekerja juga tidak pernah mengadakan pesta ataupun sekedar ucapan terimakasih pada para karyawan yang rajin bekerja. Selama ini Kimmy bekerja nyaris seperti robot tanpa mobilitas karir atau pun lingkungan sosial yang sehat. Sebagian besar karyawan di tempat Kimmy bekerja adalah laki-laki, kadang Kimmy juga heran bagaiman dirinya bisa tahan bekerja di tempat tersebut selam tiga tahun. Mencari pekerjaan di jaman sekarang ini memang agak sulit, kecuali untuk orang seperti Hanif yang jenius dan lulusan Yale. Itulah kenapa semakin hari Kimmy merasa ketimpangan mereka semakin melejit jauh seperti jarak bumi dan bulan bolak-balik tiga kali. 

Kadang Kimmy juga masih sulit percaya bagaimana orang seperti bang Hanif bisa memilih wanita seperti dirinya. Jujur saja saat bertemu teman-teman Hanif barusan Kimmy juga sempat merasa 'insecure'. Bayangkan saja bagaimana Kimmy tidak cemas  jika ada begitu banyak wanita cantik yang terlihat  sengaja memperhatikan tunangannya dengan sangat terus terang. 

"Bagaimana dengan pekerjaanmu, Kim, " tanya Hanif saat dalam perjalanan pulang, " benarkah kau masih belum tertarik untuk mencoba peluang lain. "

"Sepertinya aku tak seberuntung dirimu, Bang"____" bisa bebas memilih pekerjaan yang kita suka. "

Hanif hanya mengerutkan dahi saat menoleh Kimmy, yang selalu saja pesimis seperti itu mengenai kemampuannya. 

"Aku akan membantumu mendapat peluang yang baik jika kau mau mempertimbangkan tawaranku. "

Dari beberapa bulan yang lalu Hanif memang sudah membujuknya untuk resign, tapi Kimmy nampaknya masih berat meski tahu pekerjaannya seperti sama sekali tidak memberinya nutrisi untuk hidup sehat. 

Kalau Hanif sendiri sebenarnya tidak masalah Kimmy mau bekerja di manapun asalkan tunangannya itu nyaman, dia hanya kurang suka dengan lingkungan kerja Kimmy yang banyak di dominasi oleh kaum laki-laki. Sebenarnya Hanif juga tidak mengharuskan istrinya nanti untuk bekerja. Cuma di jaman sekarang ini sepertinya agak sulit untuk meminta wanita hanya diam di rumah saja untuk dirinya. 

"Abang tidak mampir? "tanya Kimmy   karena Hanif hanya meraih tangan dan mengecupnya. 

"Istirahatlah saja, ini sudah malam. "

Kimmy mengangguk dan tersenyum sebelum turun dan membiarkan pria itu menciumnya sebentar. 

"Terimakasih untuk malam ini, " dia kembali mencium punggung tangan Kimmy. Baru membukakan pitu untuk ia turun. 

"Ingat besok aku akan menjemputmu," kata Hanif, "sudah dua minggu aku tidak membawamu ke rumah, Mama sudah mulai mengancam akan menjemputmu sendiri jika aku tidak segera membawa calon anak perempuannya. "

Hanif adalah dua bersaudara adik laki-lakinya baru duduk di kelas tiga SMA, dan memang tidak pernah ada anak perempuan di keluarga mereka. Wajar jika calon ibu mertua Kimmy itu kadang agak berlebihan juga memanjakannya. 

Sebenarnya keluarga Kimmy dan Hanif juga masih memiliki hubungan kekerabatan, meski bukan kerabat dekat tapi mereka semua sudah sering berkumpul dan saling mengenal keluarga masing-masing. Kimmy juga sudah mengenal calon ibu mertuanya itu sejak ia masih anak-anak. Jadi saat mengetahui putranya hendak melamar Kimmy mereka semua tentu menyambutnya dengan suka cita, karena selain itu keluarga besar mereka memang masih sangat memegang tradisi perjodohan di antara lingkungan keluarga. 

Sampai di sini semuanya masih terasa begitu sempurna, Kimmy dan Hanif adalah pasangan yang serasi. Kimmy juga tidak pernah merasa ada yang salah dengan tunangannya, bahkan rasanya pria itu terlalu sempurna untuk dimiliki. Hanya agak aneh saja jika pria seperti Hanif mau memilih wanita seperti dirinya, yang tidak pernah memiliki prestasi apa-apa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status