Share

Bab 2. Perjodohan Awak Media

Dia meraba-raba bagian bagasi mobil perlahan, berharap ada hal yang bisa dia lakukan agar bisa keluar dari sana. Dia tidak bisa berlama-lama meringkuk dan juga bertahan di ruangan yang pengap. Sekarang saja terasa sesak untuk dia bernapas di ruangan sempit dan gelap, terlebih tubuh yang tidak bisa digerakkan dengan bebas mulai keram karenanya.

Bersusah payah dia mencari-cari apa pun yang bisa menolongnya. Bahkan, koper berukuran kecil yang ada di sampingnya juga dibuka. Tidak bisa dilihat jelas apa yang ada di dalam koper, tetapi dia bisa membayangkan apa yang dipegangnya saat ini. Pemilik koper itu sungguh licik karena menyimpan pakaian dalam wanita.

Dia berusaha memikirkan sesuatu yang positif mengenai hal itu. Mungkin pria pemilik koper memiliki seorang kekasih, apalagi mobil yang terparkir berada di hotel, maka bukan hal mengejutkan lagi. Tampaknya dia sudah salah bersembunyi di dalam bagasi mobil, meskipun begitu tidak menyesal karena berhasil kabur dari acara pernikahan.

Selain pakaian dalam dan alat kosmetik, tidak ada lagi yang bisa dia temukan di sana. Pencariannya berujung pada kata sia-sia. Dia pun menggerak-gerakkan tubuhnya di dalam bagasi dengan brutal, memukul-mukul penutup bagasi yang ada di atasnya dengan kuat, berharap seseorang bisa menolongnya. Dia juga berteriak agar bagasi mobil segera dibuka.

***

Arkan adalah seorang pebisnis ternama di kota tempat dia tinggal. Hari ini dia baru saja selesai menemui klien bisnis di sebuah hotel. Dia yang duduk santai di belakang bangku penumpang, menutup dokumen yang dibaca, lalu melepaskan kacamata yang dikenakan. Kedua benda itu ditempatkan di samping tempat duduknya. Dia bersandar dengan menopang siku di pintu kabin sambil memejamkan mata.

Sebentar saja dia ingin beristirahat sebelum alisnya mengernyit dalam. Dia diam sejenak sambil menelaah suara gaduh yang didengarnya barusan. Kepalanya menoleh untuk melihat bagian belakang mobil yang mana baik-baik saja. Tidak ada mobil lainnya di belakang mereka. Lantas kenapa ada suara gaduh dari arah belakang?

"Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Sekretaris Ham yang sedang mengemudikan mobil.

"Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

Arkan tampak ingin sekali mendengar sebuah jawaban memuaskan dari sekretarisnya, karena dia merasa aneh dengan dirinya saat ini.

“Tuan tampak sedikit pucat, maka dari itu saya bertanya apakah Tuan baik-baik saja?"

Arkan berdeham, melonggarkan dasinya. "Sepertinya aku perlu beristirahat sejenak," ucapnya, menyandarkan diri.

Saat suara berisik terdengar kembali, Arkan mengamati ekspresi sang sekretaris untuk memastikan kalau apa yang didengar hanya halusinasi saja. Sekretaris pribadinya itu tampak fokus mengemudi.

Pada akhirnya, dia bisa mengabaikan suara yang menurutnya sangat asing. Telinganya juga diurut perlahan dengan harapan suara berisik itu cepat pergi dari pendengaran.

Beberapa saat setelah itu dia sampai di depan gedung kantor. Di depan sana sudah banyak wartawan yang berkumpul. Memang berita pernikahannya sangat tiba-tiba sehingga banyak pihak yang ingin menggali informasi mengenai hal itu.

Tidak masalah baginya karena memang dia sudah memutuskan untuk menikahi Raya dalam waktu dekat. Hubungan mereka sudah berjalan lama, tetapi baru sekarang dia berani untuk mengumumkannya pada semua orang.

Sekretaris Ham turun lebih dulu dan membukakan pintu keluar untuknya. Dia turun dari mobil, lalu melangkah ke gedung kantor. Hanya beberapa langkah saja karena setelah itu tanpa diduga para wartawan datang mengerumuni.

Alhasil, dia harus mundur agar keamanannya terjaga. Membiarkan Sekretaris Ham menghadapi mereka di luar, sementara dia kembali masuk ke dalam mobil sampai situasi bisa ditenangkan.

Lagi-lagi dia mendengar suara gaduh dari belakang sana, padahal setelah dilihat tidak ada orang. Apakah suara itu berasal dari para wartawan? Sepertinya dia harus memeriksa kondisi kesehatannya setelah ini. Mungkin saja beban pekerjaan telah membuat halusinasinya meningkat.

Dia menoleh ke luar jendela, kerumunan orang yang tadinya riuh mendadak senyap. Mereka semua menghadap ke satu arah yaitu belakang mobil. Tidak hanya itu saja, karena mereka juga berjalan ke arah bagasi.

Arkan yang dilanda rasa penasaran menarik diri untuk turun dari mobil dan melihat apa yang terjadi.

Seketika semua orang beranjak ketika Arkan ikut di dalam kerumunan. Sekretaris Ham langsung membuka bagasi mobil, perlahan sumber suara semakin jelas terdengar. Mereka melebarkan mata ketika melihat seseorang berada di dalam sana, tidak terkecuali Arkan yang sangat terkejut karena mendapati orang asing berada di dalam bagasi mobilnya.

"Aku hampir saja ... mati ...."

Wanita asing itu terengah-engah dengan keringat yang bercucuran, tampak sedang berusaha mengambil napas, lalu turun dari dalam bagasi dengan gerakan tidak beraturan.

Arkan terpaksa memegangi tubuh yang seolah lemas itu ketika hampir saja terjatuh. Mengalihkan tatapan dari mata wanita itu, dia melirik ke arah bagasi mobil yang isi koper bawaannya sudah berserakan.

Sekretaris Ham yang ikut melihat pemandangan tidak terduga langsung menutup bagasi mobil, tidak membiarkan ada wartawan yang mengambil foto. Setelah itu, dia menarik wanita yang masih bersandar pada Arkan dan membuat wanita itu berdiri tegak kembali.

"A-apakah wanita ini calon istri yang di maksud?" tanya salah seorang wartawan usai selesai menilai penampilan yang dilihat. Tanpa ada yang mengira, pertanyaan itu telah menjadi bumerang dalam kehidupan dua orang yang terlibat dalam kesalahpahaman publik.

***

Siapa yang tidak terkejut dengan kemunculan seseorang dari bagasi mobil? Terlebih mengenakan gaun pengantin membuat berita pernikahan Arkan benar-benar terjadi, yang pasti tidak seperti rencana sebenarnya.

“Anda berpikir untuk menyembunyikan pernikahan dari semua orang?"

Pertanyaan lainnya dilontarkan kepada Arkan, sebuah tape recorder mini itu disodorkan padanya. Sekretaris Ham langsung mengambil peran untuk menghalangi para wartawan mengambil gambar ataupun mencari informasi, merentangkan tangan di depan Arkan agar orang-orang sulit menerobos.

"Apa kalian hari ini akan pergi ke tempat acara pernikahan?"

Para wartawan tidak mudah berputus asa, beralih mempertanyakan perihal pernikahan pada wanita bergaun pengantin yang masih terlihat kebingungan lantaran tidak mendapatkan jawaban dari Arkan. Mereka melontarkan pertanyaan yang sama berulang kali, berharap ada informasi penting yang bisa didapatkannya mengenai Arkan, seorang pria yang selalu menjadi sorotan perhatian setelah mengambil alih untuk mengelola perusahaan besar di kota itu.

"Bolehkah kami tahu siapa nama Anda?"

Suasana menjadi hening usai pertanyaan itu dilontarkan seolah mereka semua di sana sangat penasaran akan jawabannya. Lunar memperhatikan sekeliling dengan mata terbuka lebar. Semua orang mengelilinginya dan juga memelototi tanpa ingin memalingkan perhatian darinya.

"Lunar." Dia berpikir dengan mengatakan namanya, mungkin dia akan berhenti dipelototi.

Sayangnya, Lunar semakin diserbu dengan pertanyaan beruntun yang tidak ada habisnya. Wartawan menanyakan tentang hubungannya dengan pria yang bernama Arkan. Nama itu terdengar sangat asing di telinga Lunar, apalagi mereka baru pertama kali bertemu.

"S-saya tidak kenal dengan pria yang bernama Arkan."

Lunar melirik orang yang berdiri di belakang pria yang merentangkan tangan. Apakah Arkan yang di maksud adalah pria yang mengerutkan dahi tersebut? Dia baru sadar akan siapa orang yang dibahas.

Para wartawan tampak saling berbisik satu sama lain. Mereka yang mendengar pengakuan itu berpikir kalau sang wanita bergaun pengantin hanya membual saja atau bisa jadi siasat agar pernikahan tidak diketahui.

Arkan sudah berusaha keras untuk menyembunyikan siapa calon yang akan dinikahi. Sekarang semuanya telah terbongkar karena mereka akhirnya menemukan siapa calon tersebut. Itu adalah menurut pemikiran mereka.

"Lunar adalah calon pengantin yang disembunyikan oleh Arkan. Kita harus menyebarkan beritanya sekarang juga."

Arkan yang kian marah di belakang sana karena situasi semakin memburuk pun segera menarik Lunar masuk ke dalam mobil bersamanya. Hari itu benar-benar bencana, semua rencana yang disusunnya secara rapi harus berantakan karena kehadiran wanita yang tidak diketahuinya siapa.

Bagaikan hama yang mengganggu, dia sama sekali tidak menginginkan pengacau dalam hidupnya, terlebih di dalam hubungannya dengan Raya.

Arkan ingin melampiaskan segala kemarahannya pada Lunar saat itu juga, tetapi para wartawan masih berada di sana, menggedor-gedor jendela seperti kawanan gagak. Sekretaris Ham sendiri bergegas menyusul dan melajukan mobil, meninggalkan kekacauan yang masih meradang di kerumunan.

"Ke-ke mana kalian akan membawaku? T-turunkan aku!" Lunar berteriak, mencondongkan tubuh ke depan agar bisa menghentikan pria yang mengendarai mobil, menarik lengan pria itu agar berhenti secepatnya. "Berhenti sekarang juga!" teriaknya lagi.

Arkan yang tidak ingin terjadi bencana lainnya menarik Lunar agar menjauh dari Sekretaris Ham. Perlawanan terjadi sehingga dia terpaksa menggunakan kekuatan agar kekacauan tidak bertambah.

Arkan merengkuh wanita yang tidak ingin diam itu menggunakan kedua tangan, menahan berontak sampai Lunar lelah dengan sendirinya. Meskipun begitu, dia tidak melepaskannya, bisa saja Sekretaris Ham diganggu lagi. Itu hanya akan membuat mereka berada dalam bahaya.

"Kalian bisa terkena hukuman penjara karena telah memaksa seseorang untuk pergi bersama kalian. Ini sama saja dengan penculikan!"

Arkan semakin terpancing kemarahannya karena orang yang membuat kekacauan sama sekali tidak memikirkan kesalahan yang dibuat. Dia mengangkat kedua bahu wanita itu agar bisa tampak bagaimana kemarahannya dengan jelas.

"Kau sudah membuatku berada dalam masalah besar! Apa kau sedang bermain petak umpet dan menjadikan bagasi mobilku sebagai tempat persembunyian?"

"A-aku hanya ...."

"Kau pasti seorang wanita gila yang bermain petak umpet dengan gaun pengantin. Dan kenapa kau melibatkan aku dalam permainanmu?"

Lunar meringis kesakitan karena bahunya diremas dengan kuat. Dia dilepaskan setelah itu dan membuatnya mundur ke belakang. Sepertinya memang benar kalau dia telah salah memilih tempat persembunyian. Ternyata dia yang berniat menghindari Nico dan Sora sampai pada melibatkan kehidupan orang lain.

Setelah perdebatan tadi tidak ada kata-kata yang terucap. Suasana di dalam mobil begitu tegang dengan kemarahan Arkan yang semakin terasa. Sekretaris Ham saja tidak berani untuk melirik ke bangku penumpang, sedangkan Lunar hanya bisa diam saja sambil mengurut bahunya yang masih sakit.

Hingga mereka sampai di depan sebuah rumah, Arkan menarik Lunar untuk ikut bersamanya. Tidak menggubris penolakan yang diterima. Dia tetap berjalan sampai mereka bisa berada di dalam sebuah ruangan. Tempat itu adalah ruang duduk yang sering dipakai Arkan ketika ada tamu penting yang datang ke rumahnya. Hari ini dia memakai ruangan itu untuk wanita asing yang telah mengacaukan hidupnya.

Kini mereka hanya berdua saja di dalam sana. Di sana baru Arkan melepaskan cengkeraman tangannya. Dia beralih duduk di sofa tunggal tanpa memedulikan Lunar lagi.

Arkan mengambil ponselnya yang bergetar, seperti dugaan kalau berita mengenai mereka sudah sampai ke telinga ayahnya.

"Sekarang aku berada di rumah bersama wanita yang telah membuat kekacauan,” ucapnya dengan geram tanpa melepaskan tatapan dari Lunar.

Lunar hanya memandang apa yang tampil di hadapannya. Pria itu tidak melepaskan tatapan darinya sejak tadi dan membuatnya diliputi rasa takut seolah dia sedang terdampar di pulau asing seorang diri, tanpa ada orang yang bisa dimintai bantuan. Ke mana dia harus mencari tempat aman untuk berlindung?

"Apa? Aku tidak akan melakukannya, Ayah."

Arkan tidak lagi melihat ke arahnya. Dari sudut pandang Lunar, pria itu kini terlihat gelisah. Tidak tahu hal apa yang membuat kegelisahan tercipta karena dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang menelepon.

Arkan mematikan ponselnya secara total tidak lama kemudian, lalu meletakkannya di atas meja sebelum menatap wanita pembuat kekacauan yang dia sebutkan tadi pada ayahnya. Sekali lagi dia memperhatikan penampilan Lunar dari atas sampai bawah, sangat kotor sebagai seorang pengantin yang akan menikah.

"Apa kau orang gila?"

Lunar menggelengkan kepala sebelum menegakkan tubuhnya yang setengah beringsut. Apa yang dikatakan Arkan padanya jelas sangat menghina. Bagaimana bisa dia yang berdandan cantik dengan gaun pernikahan sebagai penampilan luar biasa, di mana hari ini seharusnya membuat semua orang berdecak kagum dikatakan sebagai orang gila? Dia masih waras!

"Kau yang sudah gila!"

"Baguslah."

Arkan sangat bersyukur akan hal itu, meskipun keputusan sang ayah masih tidak bisa diterima dengan baik. Dia tidak bisa membayangkan akan hidup bersama orang gila untuk ke depannya jika Lunar menganggukkan kepala tadi.

Pintu ruangan yang tadinya tertutup rapat tiba-tiba terbuka sepenuhnya memunculkan sosok pria yang sudah keriput kulitnya, tetapi tetap bugar untuk berjalan dengan tegap. Pria itu adalah Damien, ayahnya Arkan.

Jalannya cepat hingga bisa duduk di kursi yang ditempati anaknya dalam waktu singkat. Damien memperhatikan wanita yang termenung duduk dengan posisi sama sejak dia memasuki ruangan.

"Apa alasanmu tiba-tiba muncul dalam kehidupan anakku? Kau membutuhkan uang?" Damien langsung berucap tanpa ada basa-basi. Dia melirik perut yang tidak terlihat datar. "Arkan menghamilimu?"

Mendengar hal itu membuat Arkan langsung menyanggah, "Aku tidak melakukan hal itu, Ayah."

Bagaimana dia menghamili kalau bertemu saja baru beberapa jam yang lewat. Lagi pula dia tidak mungkin melakukan perbuatan itu pada Lunar yang sama sekali bukan tipenya.

"Kau tidak bisa menjawab?" Damien tampaknya tidak ingin mendengar sanggahan apa pun.

Lunar bingung harus menjawab pertanyaan tersebut bagaimana. Dia sudah tidak lagi mempunyai rumah dan tentu saja dia membutuhkan uang. Tetapi, terlalu licik jika dia memanfaatkan situasi hanya untuk mendapatkan tempat tinggal. Dia harus ingat kalau posisinya saat ini telah membuat kekacauan di kehidupan seseorang yang seharusnya tidak terlibat dalam pelariannya.

"Saya kabur dari pernikahan dan tidak sengaja menjadikan bagasi mobil Ar-kan,"—dia melirik pada orang yang memiliki nama sejenak, memastikan kalau dia tidak salah dalam menyebutkan nama—"sebagai tempat persembunyian. Sungguh, saya tidak tahu kalau situasinya akan menjadi rumit seperti ini. Maafkan atas apa yang telah saya lakukan, T—tuan."

Tanpa dikira keputusan Lunar adalah duduk di lantai sambil memohon. "Tolong jangan usir saya, Tuan. Tidak ada lagi tempat yang bisa saya datangi. Apa saja akan saya lakukan sekalipun harus menjadi pelayan di rumah ini."

Lunar tidak bisa memungkiri kalau dia memang membutuhkan tempat tinggal. Jika luntang-lantung di jalan bisa saja dia tertangkap oleh Nico dan Sora kembali. Melalui pria yang terlihat seperti memiliki kekuasaan untuk melindungi, sepertinya dia bisa menghindari pernikahannya dengan Nico. Tidak apa-apa dia menjadi pelayan, asalkan setelah ini dia bisa bebas. Harga dirinya disingkirkan sementara waktu agar dia mendapatkan tempat tinggal.

Damien melirik anaknya yang tampak sangat marah. Dia juga begitu kalau tidak karena harus mencari jalan keluar permasalahan yang terjadi. Jika dia meloloskan wanita asing itu, bisa saja media datang menemui untuk menggali informasi dan bisa saja hal yang tidak-tidak dikatakan wanita asing itu. Sebaliknya jika dia tidak meloloskan, semua berita akan segera mereda.

"Untuk sekarang pilihan terbaik adalah pernikahan. Kalian akan menikah secepatnya."

"Apa?! Me-menikah?" Lunar membelalakkan mata.

Arkan yang sudah mengetahui keputusan itu lebih dulu tidak terlalu terkejut lagi. Dia masih tetap tidak menerima kalau dia akan menikah dengan wanita yang tidak dikenali, apalagi dia sudah memiliki pilihan sendiri untuk pendamping hidup. Semua hancur dalam sekali hantaman saja. Apa dia benar-benar harus menikahi Lunar? Tidak adakah jalan yang lebih baik dari itu?

Damien yang memahami kalau mereka yang direncanakan untuk menikah tidak setuju langsung mengatakan maksudnya lebih jelas, "Hanya satu tahun saja sampai perpisahan kalian diumumkan.”

Itu adalah keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat. Mereka berdua harus menikah.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Renko
Thank you ...️
goodnovel comment avatar
Novita Novie
it's great story
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status