Share

Bab 5. Ciuman Pernikahan

Lunar mengikuti ke mana arah kaki pria yang membawanya menuju tempat tinggal baru. Dia berada di antara dua pria yang tinggi semampai. Di lorong sepi itu mereka bertiga berjalan dengan Arkan sebagai pemandunya. Di belakang ada Sekretaris Ham menggeret koper bernuansa gelap yang tidak diketahui apa isinya.

Karpet merah yang dijajakinya sejak tadi menjadi penyambut kedatangannya. Entah mengapa dia merasa sedikit sedih karena harus berada di apartemen seorang diri. Biar bagaimanapun, dia yang tinggal bersama keluarganya selalu memiliki teman untuk diajak bicara. Pembahasan yang terjadi pasti selalu mengenai kapan dia akan mendapatkan pekerjaan atau membahas mengenai pernikahan. Seharusnya dia tidak merindukan pembahasan yang enggan untuk dihadapi itu. Mungkin pula dia hanya merindukan kedua orangtuanya.

“Untuk ke depannya, kau akan tinggal di sini.”

Lunar memandangi koper yang dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sudah dibuka pintunya. Dia tidak langsung menggubris ucapan Arkan dan lebih memilih untuk memasuki apartemen. Pandangannya dibawa berkeliling untuk mencari tahu seperti apa tempat yang akan ditinggali.

Dia berpikir bahwa Arkan akan memberikannya tempat tinggal yang biasa saja karena dia hanyalah orang asing, tetapi kenyataan tidak seperti apa yang dibayangkan, Arkan memberikannya tempat tinggal yang mewah.

“Terima kasih, Arkan.”

“Tidak perlu berterima kasih. Aku melakukan semua ini karena kau akan menyandang status ... hmm, sebagai istriku.” Arkan sedikit berdeham karena pertama kali baginya menyebut kata ‘istri’. Dia merasa canggung, tetapi harus membiasakan diri karena Lunar akan menjadi istrinya.

Arkan memperhatikan koper berwarna hitam yang dibawa Sekretaris Ham tadi. “Untuk sementara, kau bisa menggunakan pakaian yang ada di dalam koper ini. Sekarang sudah cukup malam untuk membeli pakaian. Aku bukan pria serba ada yang selalu bisa mendatangkan apa yang kau butuh.”

Lunar tertawa kecil mendengar perkataan datar, tetapi mengundang kelucuan. “Aku tidak pernah berpikir kalau kau akan menjadi pria serba ada. Aku akan tinggal seorang diri di sini,”—dia menolehkan kepala pada sekeliling ruangan, kemudian menunjuk ke satu arah—“Bersama pot bunga, ubin lantai, langit-langit kamar.”

Arkan mengalihkan tatapannya dari pot bunga pada Lunar. Memang Lunar akan tinggal seorang diri di apartemen, tidak ada alasan baginya untuk tinggal bersama Lunar. “Kau akan menjadi istriku. Tidak mungkin aku tidak datang ke apartemen ini. Mereka akan mencurigai hubungan kita kalau aku tidak terlihat memasuki apartemen yang akan menjadi tempat tinggalmu ini.”

“Kau akan tinggal bersamaku di sini?”

"Hanya sesekali saja aku akan datang ke mari.”

“Baiklah.”

Sekretaris Ham yang sudah diberi isyarat langsung memberikan sebuah kantong pada Lunar, di dalamnya terdapat ponsel yang akan memudahkan komunikasi mereka berjalan. Sampai di tangan Lunar, ponsel baru dipandangi dengan mata yang berbinar-binar seperti akhirnya mendapatkan pertolongan hidup yang begitu besar.

“Di dalam sana sudah ada nomorku dan juga nomor Sekretaris Ham. Kau bisa menghubungiku hanya untuk sesuatu yang sangat penting dan mendesak. Selebihnya, kau bisa menghubungi sekretarisku.”

Ponsel yang berbunyi membuat Arkan harus segera mengangkat panggilan, tetapi di saat itu pula nada dering yang terdengar nyaring tadinya berhenti.

“Oh, ternyata ini benar-benar nomormu.”

Arkan menggeram kesal. “Sudah aku katakan menghubungiku untuk sesuatu yang sangat penting dan mendesak saja.”

Lunar tidak menggubris nada peringatan dan tetap sibuk dengan ponsel baru. Hanya ada nomor Arkan dan Sekretaris Ham saja di dalam ponsel, dia harus memikirkan nomor siapa lagi yang harus disimpan.

Sampai dia menyadari kalau sekarang sudah waktunya untuk berpisah, ponsel pun dia simpan sebelum dia mendorong Arkan dan Sekretaris Ham ke arah pintu apartemen. “Kembalilah. Sekarang sudah sangat malam untuk bertamu.”

Arkan tidak membantah karena sekarang memang sudah sangat malam, tetapi mendengar Lunar mengatakan kalau dia bertamu membuat kekesalan meliputi hati dan jiwa.

“Bertamu?”

Arkan menyeringai, sangat ingin mendebat. Sayang sekali, pintu apartemen langsung ditutup di depan mata sebelum dia sempat melanjutkan.

“Ini apartemenku! Aku yang membelinya! Dan kau akan menjadi istriku setelah ini!”

“T—tenang, Tuan.” Sekretaris Ham berusaha menenangkan, tidak timbul keributan. Dia menuntun Arkan agar mereka segera pergi dari sana.

***

Untuk yang ke-dua kalinya, Lunar mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Dibandingkan gaun pernikahannya saat bersama Nico, gaun yang sekarang lebih tertutup. Jika dia kabur dengan menggunakan gaun yang dipakainya kini, makan akan sulit karena dia tidak bisa melangkah cepat, berjalan saja dia harus hati-hati supaya tidak terjatuh.

Lunar menerima tawaran tangan yang menunggu setelah tiba di dekat mempelai pria. Dia dibawa ke hadapan pendeta dengan sangat hati-hati. Hingga di depan saksi mereka bisa berdiri tegap secara berdampingan. Baru setelah itu tangan Lunar lepas dari genggaman yang begitu lembut.

Lunar berpikir kalau pria yang akan menikah dengannya sangat cuek dan juga sombong, tetapi ada sisi perhatian yang bisa dia lihat untuk hari ini. Seperti barusan, Arkan menunggu gerakan lambatnya dengan penuh kesabaran.

Mungkin ... anggapannya salah. Dia hampir lupa kalau pernikahan mereka bertujuan untuk mengelabui semua orang. Sudah pasti Arkan akan bersikap demikian demi citra di depan publik.

Janji pernikahan telah diikrarkan di depan saksi. Sorak kegembiraan langsung terdengar riuh di ruangan terbuka itu. Mereka sudah menikah, mereka benar-benar sudah menikah. Tampaknya semua berhasil dikelabui dengan baik.

Tiba-tiba pundak Lunar diputar hingga bisa menghadap Arkan. Dia membeliak saat wajah pria itu mendekati wajahnya. Tidak bisa berkata apa-apa karena jarak mereka sangatlah dekat, apalagi pinggangnya juga dirangkul dan dibawa dekat dengan tubuh Arkan. Mereka berciuman.

“Tetap seperti ini sampai sepuluh detik ke depan.”

Ciuman palsu. Mereka hanya membuat jarak dekat dan membuat bibir seolah saling menyentuh. Padahal, sebenarnya tidak ada ciuman di pernikahan mereka. Walaupun begitu, dia bisa merasakan bagaimana napas Arkan berdesir lembut menggelitik bibir. Ada apa dengan jantungnya yang berdetak sangat kencang?

Sepuluh detik berlalu dan jarak mereka kembali jauh. Dia hanya melihat bagaimana Arkan tersenyum setelah ciuman palsu itu padanya seolah hanyut dalam perasaan yang mereka padukan tadi, terlebih genggaman tangan mereka tidak pernah lepas. Palsu.

Setelah acara usai mereka kembali pulang dengan Lunar yang satu mobil dengan Arkan. Selama perjalanan, mereka diam tidak bicara dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga mobil tiba di tempat tujuan, mereka turun dan beranjak masuk ke dalam gedung apartemen.

Lunar mengernyitkan alis, begitu heran kenapa mereka belum juga berpisah. Bahkan, kini Arkan juga masuk ke dalam apartemen yang sama dengannya. Hal itu membuat lidahnya gatal untuk mendapat jawaban secepat mungkin.

“Apa hari ini kau akan menginap?”

Arkan menghempaskan tubuh di atas sofa, lelah dengan kepura-puraan yang dijalaninya tadi di tempat acara pernikahan. Dia melepaskan dasinya sambil berkata, “Tentu saja tidak. Aku akan tetap di sini sampai Sekretaris Ham datang kembali dan mengatakan kalau keadaan di luar sudah aman terkendali.”

“Kalau begitu, apa kau ingin aku buatkan minuman sambil menunggu kedatangan Sekretaris Ham?”

“Kau tidak perlu repot. Aku akan mengambilnya sendiri. Cukup lakukan apa yang ingin kau lakukan. Anggap saja aku tidak ada di sini,” tegas Arkan.

Lunar mengerucutkan bibir. Hanya mengambilkan minuman seharusnya tidak ada yang salah. Dia pun mengangkat gaunnya supaya bisa berjalan, akan tetapi sepertinya akan sulit jika akan menaiki tangga. Tadi dia dibantu oleh Sekretaris Ham saat berjalan memasuki gedung, sekarang tidak ada yang bisa dia minta bantuan kecuali pria yang duduk menengadahkan kepala sambil menutup mata di sofa.

“Bisakah kau membantuku menaiki tangga? Aku tidak bisa berjalan dengan bebas menggunakan gaun ini.”

Arkan yang tidak lagi menutup mata, melihat gaun pengantin yang dipakai membuat dia menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa membantu Lunar kecuali dia di sana. Mau tidak mau dia harus bangkit dan menghampiri wanita yang sedang mengalami kesulitan saat ini.

Arkan mengangkat tubuh Lunar dengan malas dan seketika pekikan terdengar. Lunar yang digendong tiba-tiba membuat tangannya harus melingkar di leher Arkan agar tidak terjatuh.

“K-kenapa kau menggendongku? Cukup bantu aku berjalan saja seperti Sekretaris Ham tadi, membantuku mengurusi gaun pengantin yang begitu panjang ini.”

"Lama. Aku tidak punya banyak waktu untuk memapahmu seperti tadi.”

Lunar mengerutkan dahi, mencerna apa yang didengar barusan. Tidak punya banyak waktu? Arkan memiliki banyak waktu sampai Sekretaris Ham nanti tiba. Pria itu jelas hanya berbicara asal-asalan.

Lunar yang masih larut dalam pikirannya sendiri mendadak dibuat terkejut saat tubuhnya dihempaskan di atas ranjang.

“Apa yang kau lakukan?!"

“Aku sudah membantumu, tidak perlu ucapan terima kasih.”

Setelah itu, Lunar hanya memandangi bagaimana Arkan pergi dari hadapan. Menyingkirkan sikap aneh Arkan, dia perlahan turun dari ranjang. Gaun pengantinnya dibuka agar dia bisa masuk ke dalam kamar mandi tanpa kesulitan. Di kamar mandi dia membasuh tubuh dengan air hangat, otot-ototnya seakan mendapatkan pijatan VIP yang sangat dibutuhkannya pada saat itu.

***

Arkan melirik jam tangan dan ponselnya secara bergantian. Tidak ada kabar dari Sekretaris Ham menandakan kalau belum waktunya bagi dia untuk pulang ke rumah. Selain itu, juga tidak ada kabar yang dia terima dari Raya sejak mereka terakhir bertemu. Mungkin, kekasihnya itu sedang menangisi pernikahannya dan hal itu membuat dia sangat sedih. Betapa dia ingin bertemu Raya, lalu menenangkan wanita itu.

Lamunan buyar saat Lunar melintas di hadapan. Arkan mengalihkan pandangan ke arah lain dengan cepat. “Bagaimana bisa kau berpakaian seperti itu saat seorang pria masih berada di dalam rumah ini?!”

Lunar yang mengambil minuman di dapur sedikit melambat gerakannya. Dia memperhatikan penampilan saat ini yang mengenakan pakaian tidur, lebih tepatnya gaun tidur. Lantas, apa yang salah dengan itu? Dia juga sudah memadukannya dengan baju luar sehingga apa yang dikenakan tidak terlalu terbuka.

“Jangan kemari!” seru Arkan, berusaha menyingkirkan pemandangan yang ada di hadapan dengan tangan.

“Kau yang membelikan pakaian ini untukku. Aku hanya memakai apa yang kau berikan.”

Arkan melirik Lunar yang meneguk isi gelas sebelum mengalihkan perhatian kembali. “Kau mendapatkan gaun tidur itu dari dalam koper?”

Lunar menganggukkan kepala sambil bergumam. Dia ingat pada malam itu, Arkan mengatakan kalau dia bisa memakai pakaian yang ada di dalam koper. Awalnya, dia tidak menyangka jika dia akan dibelikan gaun tidur, tetapi mengingat koper yang ada di dalam bagasi mobil membuatnya berpikir kalau Arkan adalah seorang maniak pakaian dalam wanita.

Mungkin Arkan sudah mati rasa soal memilih pakaian yang cocok untuk seorang wanita. Dia berharap kalau Raya tidak mengalami hal yang sama karena bisa saja Arkan dianggap sebagai pria mesum. Beruntung, hubungan mereka hanya sebagai orang asing sehingga tidak masalah besar baginya mengetahui sifat asli seorang Arkan.

“Aku tidak pernah membelikanmu ....”

Tiba-tiba Arkan teringat saat malam dia pulang setelah menemani klien penting bisnis ayahnya. Padahal, malam itu adalah waktu di mana dia akan mengantarkan Lunar pindah ke apartemen. Dia terlambat. Untungnya, Lunar masih terjaga ketika dia sampai di rumah.

Sebelumnya saat perjalanan pulang, Sekretaris Ham mengingatkan soal pakaian untuk Lunar. Pada saat itu juga mereka mencari toko pakaian, tetapi sayang hanya beberapa toko yang masih buka. Dia yang tidak mengerti soal pakaian wanita menyerahkan semua urusan pada sang sekretaris. Setelah itu, dia tidak memeriksa pakaian apa saja yang dibelikan, tidak pernah dikira jika Sekretaris Ham akan memasukkan gaun tidur ke dalam koper.

Kenapa Sekretaris Ham membelikan gaun tidur untuk Lunar? Apa sekretaris Ham memikirkan sesuatu yang buruk terhadap Lunar? Kenapa dia sangat risau akan hal itu? Dan kenapa dia tidak terpikirkan betapa perhatiannya Sekretaris Ham pada Lunar? Pasti ada saja mengenai Lunar yang Sekretaris Ham adukan padanya, pikir Arkan.

Bunyi bel membuyarkan lamunan. Perhatian mereka teralih dan saat itu pula Lunar beranjak membukakan pintu, sedangkan Arkan hanya melihat dari kejauhan bagaimana pintu apartemen dibuka. Tamu yang datang adalah Sekretaris Ham dan membuat Arkan bergegas menghampiri.

Arkan langsung membuat Lunar memunggungi tamu yang masih berada di luar secepat mungkin, tidak membiarkan Sekretaris Ham melihat apa yang dihalangi dari pandangan mata tadi. Pintu yang sudah terbuka lebar pun ditutup kembali. Dia mendorong tangannya hingga mencapai pintu agar sang sekretaris tidak dapat menerobos masuk ke dalam apartemen.

Lunar yang harus menepi sampai punggung membentur pintu sangat terkejut. Dia bertanya-tanya kenapa Arkan tiba-tiba bertindak aneh?

“Biarkan aku yang membuka pintunya. Lebih baik kau beristirahat di dalam kamar. Dan ingat untuk tidak sembarangan membuka pintu, apalagi dengan pakaian yang seperti sekarang.”

Arkan membuka pintu hanya sampai dia bisa keluar dari apartemen, lalu menutup pintu rapat-rapat setelahnya. Di jarak satu meter darinya, Sekretaris Ham berdiri menampilkan ekspresi keheranan. Sepertinya dia berhasil menghindarkan Lunar dari pikiran buruk seorang pria.

“Kita harus bicara,” ucap Arkan dengan nada serius. “Empat mata.” Dia menekankan sekali lagi bagaimana keseriusannya saat ini.

Sekretaris Ham masih menampilkan ekspresi yang sama sambil memandangi atasannya menjauh pergi. Terlebih dari itu melihat bagaimana Arkan berkata-kata, sepertinya yang akan dibicarakan dengannya adalah hal serius. Apa dia telah melakukan kesalahan besar sampai-sampai mereka harus berbicara secara empat mata? Masih diliputi kegelisahan, dia pun menyusul langkah Arkan keluar dari gedung apartemen

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Renko
Bisa tambahkan metode pembayaran OVO, scroll saja ke bawah~
goodnovel comment avatar
Nunyelis
beli koin x pake ovo gimana ya cara x....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status