Share

The Baby - 03

Author POV

Kalau kalian penasaran dengan alasan mengapa Sehun gemar membuat Resya sengsara. Alasannya satu, karena Resya menolak cintanya.

Di balik kekejaman Sehun, ada luka yang membusuk didalam hati cowok itu. Luka yang di torehkan oleh orang terkasih nya. Sehun meminta dengan baik hati Resya, namun cewek itu menolaknya mentah - mentah, jadi jangan salahkan Sehun jika mengambil segala yang ada di diri Resya dengan segala cara.

Sehun kira rasa cintanya ke Resya akan memudar jika ia sudah menyicipi tubuh cewek itu. Tapi ternyata, rasa itu semakin nyata dan tumbuh. Sehun terobsesi dengan segala yang Resya miliki.

Sehun bahkan sudah memaksa Resya untuk menjadi pacarnya hingga dua kali, dengan di iming - iming jika Resya mau menjadi pacarnya maka warga sekolah tidak ada lagi yang berani membully Resya, --padahal mereka semua membully Resya karena ulah Sehun.

Tapi pernyataan cinta Sehun yang kedua kali berakhir sama, di tolak. Ya, tidak ada cara lain, semakin Sehun di tolak, maka semakin besar tekad cowok itu untuk memiliki Resya seutuhnya. Apapun caranya.

Tak masalah jika Resya tidak mau jadi pacarnya, yang terpenting cewek itu sudah berhasil Sehun taklukan. Dengan kekuasaan yang Sehun miliki, apapun yang ia inginkan akan terasa mudah di dapatkan.

Tidak ada yang pernah membuat Sehun hingga segila ini. Mendengar hembusan nafas Resya saja dunia gelap Sehun seakan datang cahaya.

Sebastian Hunegara adalah orang yang tampan.

Sebastian Hunegara adalah orang yang tajir.

Sebastian Hunegara adalah pewaris tunggal keluarga kaya raya.

Dan masih banyak kelebihan yang Sehun miliki. Coba sebutkan kekurangan apa yang Sehun miliki hingga Resya berani menolak cintanya?

* * *

"Ibuku tadi telpon, beliau minta aku untuk pulang kerumah." ujar Resya yang baru saja selesai dengan pekerjaan yang Sehun perintahkan. Rambut cewek manis itu lepek, keringatnya membanjiri leher dan dahi mulusnya. 

Sehun yang mendengar suara memohon Resya berdecak, "Ribet banget sih Ibu lo, untung gue kaga punya ibu." balas Sehun ketus. 

"Astaghfirullahalazim, kamu ini berdosa banget." ujar Resya sembari menutup mulutnya kaget. Meskipun Resya sudah biasa mendengar Sehun membangga - banggakan dirinya karena tidak memiliki ibu, tapi tetap saja Resya tidak mengira bahwa Sehun akan menjawab dengan jawaban seperti itu. 

"Udah sana balik, tapi naik angkot ya. Supir gue udah pulang." kata Sehun menampilkan seringai liciknya. 

"Aku gak bawa uang buat naik angkot." 

"Yaudah tinggal jalan kaki, ribet amat. Gak usah ngarep gue mau nganter lo, gue sibuk." ketus Sehun membuat Resya menunduk pasrah. 

Resya menghela nafas berat, merutuki kecerobohan nya karena tidak sempat mengantongi uang sepersen untuk berjaga - jaga. 

"Ya sudah, aku pamit." ujar Resya kemudian beranjak keluar dari rumah Sehun. 

Resya menatap langit yang sudah mendung, lalu pandangannya kembali menatap lurus kedepan, memandangi jalan raya yang sedang renggang. Resya memilih istirahat sebentar di halte bus karena kakinya berdenyut nyeri. Resya sudah hampir sampai di rumahnya, cewek berambut panjang itu benar - benar jalan kaki dari rumah Sehun. Setelah seharian tulangnya di buat remuk karena habis mengepel lantai rumah tingkat tiga milik Sehun, kini Resya kembali menyiksa dirinya lagi. 

"Hujan." gumam Resya melihat rintik air hujan yang turun membasahi bumi. Senyum Resya terbentang lebar, Resya menyukai hawa dingin ketika hujan, karena itu akan membuat sedikit perasaan nya membaik. 

Resya melangkah ke trotoar jalan, membiarkan tubuhnya di basahi air yang turun dari langit itu. Dengan langkah kecil Resya kembali melanjutkan perjalanan nya menuju rumah, tidak memperdulikan pakaian dan rambutnya yang sudah basah kuyup. 

Tubuh Resya tiba - tiba tersentak kebelakang, matanya terbelalak kaget saat dirinya jatuh di pelukan Sehun. Laki - laki tanpa ekspresi yang kini melindungi Resya dari air hujan menggunakan payung di tangannya. Resya yang tersadar spontan menegakkan tubuhnya, melangkah mundur menjauh dari Sehun. 

"Kamu ngapain di sini?" tanya Resya menatap Sehun bingung. Karena seingat Resya, tadi Sehun bilang bahwa dirinya sibuk hingga tidak bisa mengantarnya. 

Sehun berdecak, kembali menarik tubuh Resya secara kasar, "Hujan bego, muka lo tambah jelek kalo kedinginan. Udah kayak tikus got kecebur kali." sarkas Sehun melenceng dari pertanyaan yang Resya ajukan. 

Dua insan itu terdiam di bawah satu payung yang sama. Sampai akhirnya Sehun menyeret kasar Resya untuk masuk kedalam mobilnya yang terparkir di tepi jalan. 

"Nanti mobil kamu basah." kata Resya mencoba untuk keluar dari mobil Sehun. 

Sehun yang melihat itu berdecak, mendorong tubuh Resya hingga mentok ke badan kursi, kemudian menguci tubuh kurus cewek itu dengan seatbelt. 

"Banyak bacot lo." ketus Sehun kemudian menginjak pedal gas mobilnya. 

"Lo beneran bego ya? Kok mau - maunya sih gue suruh jalan kaki." ujar Sehun sedikit nyolot. Aneh, padahal kan yang capek Resya, kok jadi dia yang marah. 

Resya menunduk, mencibir samar, "Kan perintah. Kata kamu kalau perintah gak boleh di bantah." jawab Resya dengan polosnya. 

Kepala Sehun menoleh sekilas kearah Resya, bibir cowok itu memaki habis - habisnya kebodohan Resya. Tapi setelah itu Sehun langsung menepikan mobilnya, mengambil selimut tebal yang berada di kursi penumpang belakang. Kemudian Sehun lempar secara kasar kewajah Resya. 

"Di pake, jangan di buang." ketus Sehun. 

"Iya aku tau." jawab Resya seraya membungkus tubuh mungilnya dengan selimut yang Sehun berikan. 

"Ya kan biasanya lo bego." celetuk Sehun kembali melajukan mobilnya. 

"Siapa bilang aku bego? Dari SD sampai SMP aku selalu ranking satu!" balas Resya tak terima. 

Sehun yang fokus menyetir menoleh barang sedetik ke Resya, cowok itu menyembunyikan senyum kecilnya yang timbul karena tak tahan melihat wajah kesal Resya. 

"Tapi sejak masuk SMA lo jadi bego kan?"

Resya mengangguk, bibirnya mempout menambah kesan keimutan cewek itu. "Itu karena lembar jawaban ulangan ku tukeran sama Arina. Makanya Arina selalu jadi ranking satu di kelas." lirik Resya. 

"Ya itu bego namanya! Lo bego karena mau aja tukeran lembar jawaban sama Arina." sentak Sehun yang kesal sendiri. 

"Itu gara - gara kamu, Sehun!" teriak Resya tiba - tiba. "Coba aja kamu gak kasih tau warga sekolah kalau Ayah aku preman pasar dan ibu aku pembantu, mereka gak akan memperlakukan aku kayak gini!" ujar Resya yang tiba - tiba emosinya memuncak, cewek itu menatap Sehun dengan tatapan tajam. 

Sehun yang melihat itu mencoba tenang, namun perlahan laju mobilnya semakin mencepat, kedua tangan Sehun menggenggam setir mobilnya dengan erat, menahan kekesalannya. 

Resya menunduk, menyeka air matanya yang jatuh. "Turunin aku, Sehun." lirih Resya menahan isaknya. Selimut yang tadi membungkus tubuh cewek itu bahkan sudah Resya taruh kembali di tempat semula. 

Sehun menulinya pendengarannya, ia tetap menginjak pedal gas mobilnya.

"Turunin aku..." kata Resya semakin melirih, bahkan kini cewek itu tidak dapat menahan tangisan nya lagi. 

Sehun menghela nafas panjang, menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dengan cepat Resya keluar dari mobil Sehun, cewek itu berlari kecil menembus hujan yang masih mengguyur jalanan ibu kota. 

Bukannya langsung putar balik arah mobilnya, kedua mata Sehun malah terfokus mengintai Resya, kakinya kembali menginjak pedal gas secara perlahan. Tanpa sadar mobil Sehun terus mengikuti Resya hingga cewek itu masuk kedalam rumahnya.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Lina Astriani
kok Resya panggil Sehun? katanya gak boleh
goodnovel comment avatar
KocloxM
kenapa nama Sehun muncul yg gue bayangin Sehun EXO?
goodnovel comment avatar
Natalia Luis Naik0
Bodoh si cewek ngapain ikut lki lbih kbur bodoh amat kau sangat bodoh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status