"Kenapa ekpresimu seperti itu? Apa kau baru saja melihat seorang dewa tampan berbicara padamu?" ucap Alvin dengan santainya dan segera mendudukan dirinya disamping Nayla. Mendekatkan wajahnya Lalu mengecup pipi Nayla sekilas
Nayla menegang dengan perlakuan Alvin. Pria ini selalu saja bertingkah seenak jidatnya
Nayla mengeram "Apa yang kau lakukan disini?" Ucap Nayla sengit. Menatap kearah Alvin dengan tidak suka
Alvin menoleh "Kenapa? Kau tidak suka aku berada disini?" ucap Alvin yang juga merasa tidak suka dengan nada bicara Nayla
"Kau seharusnya bersyukur aku ada disini untuk menemanimu. Hingga kau tidak mati dalam kesendirian" cibir Alvin
Hati Nayla mencelos mendengarnya
"Aku sudah terbiasa, kau jangan terlalu bersimpati padaku dalam hal ini" ucapnya datar dan mengalihkan pandangannya dari Alvin. Hatinya merasa panas karna sebuah sendirian itu.
"Bukankah seharusnya kau sedang berkencan dengan kekasihmu itu? Lalu untuk apa kau repot-repot kemari?" ucap Nayla kembali tanpa mau memandang kearah Alvin
Alvin tersenyum miris dan kembali menatap kearah laut di depannya
"Memang" ucap Alvin kemudian.
"Aku memang berkencan dengan Yenata hari ini. Tapi itu tidak berlangsung lama, kami hanya makan siang. Lalu ia menerima telfon dari managernya untuk rapat berangkat pemotretan dadakan"
Alvin kembali menoleh kearah Nayla "Lalu aku tiba-tiba teringat denganmu, bahwa kau sedang liburan di Jeju. Dan ya.... Karna aku juga sudah lama tidak berlibur jadi aku memutuskan menyusulmu dengan jet pribadi milikku" ucap Alvin dengan cengiran diakhir kalimatnya
Mendengar jawaban dari Alvin, mendadak membuat hati Nayla terasa semakin ngilu. Ia tidak tahu kenapa mendadak hatinya merasa seperti itu. Yang jelas itu terasa menyedihkan ketika ia sadar bahwa dirinya hanyalah pemeran yang berada di bangku cadangan.
"Hey, apa kau marah aku ada disini?" tanya Alvin yang melihat Nayla hanya berdiam diri sejak tadi. Tidak seperti wanita itu biasanya. Yang selalu mengatur dan mengomel memerintah nya
"Untuk apa aku marah? Itu semua adalah hakmu" Ucap Nayla dengan senyuman manis miliknya berusaha menyembunyikan perasaan kecewa yang dirasakannya
Alvin membalas senyuman itu, kau dengan sekali tarik ia membawa Nayla dalam pelukannya. Ia menenggelamkan wajahnya di sekitar jaket tebal milik Nayla
"haahhh.. Memelukmu seperti ini sungguh nyaman untukku" ujar Alvin dengan tulus
Nayla memejamkan matanya kuat-kuat, ia mencoba sekuat tenaga untuk menahan segala bentuk rasa yang tiba-tiba bergejolak dalam hatinya.
"Bisakah kau berhenti mengucapkan hal-hal seperti ini?" lirih Nayla yang masih berada didalam pelukan Alvin tanpa mau membalasnya
Alvin melepaskan pelukannya dan menatap Nayla, ia mengernyitkan dahinya heran "Kenapa? Bukankah aku sudah sering mengatakan hal itu padamu?"
"Aku... Aku hanya tidak menyukainya" ucap Nayla
Alvin semakin heran menatap tingkah sahabatnya yang mendadak seperti ini ini
"Kau tidak menyukainya? Aku tidak berkata buruk tentangmu! Aku berkata manis padamu, lalu kau tidak menyukainya ? Ada apa denganmu Nay?" tanya Alvin yang terlihat mulai kesal dan tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya ini
Nayla mendengus kasar "ahh tak tahu. Sudahlah lupakan" ucapnya kemudian dan berdiri melangkahkan kakinya menjauh dari Alvin
Alvin tentu saja dibuat semakin binggung dengan tingkah Nayla, setelah ia dibuat tidak mengerti dengan perkataan wanita muda itu. Dan sekarang dengan gampangnya wanita itu meninggalkannya
"Yakk, Nayla !! Kau mau kemana eoh?" Teriak Alvin lalu berlari mengejar langkah sahabatnya yang mulai menjauh itu
Alvin meraih salah satu tangan Nayla dan membuat wanita itu menghentikan langkahnya
"Kau mau kemana?" Ucap pria itu yang terlihat terengah-engah
"Ke kamar" ucap Nayla begitu datar
"Apa? " Pekik pria muda itu
"Lalu bagaimana dengan berkemahnya? Bukankah ini adalah hal kesukaanmu?" tanya Alvin
"Aku tidak ingin lagi. Aku ingin istirahat di kamar saja, aku merasa lelah dan angin laut cukup kencang malam ini. Jika kau mau, kau bisa menggunakan tendanya" ucap Nayla masih dengan nada datarnya dan ingin melangkahkan kakinya. Namun lagi-lagi pria itu mencekal tangan kirinya
"Kau ingin meninggalkanku yang datang jauh-jauh dari Jakarta untuk menemanimu ?" Sungut Alvin
"Kau benar-benar tak memiliki perasaan" lanjut pria muda itu dengan nada merajuk dan kesalnya
Nayla memutar bola matanya malas lalu menghadap ke arah pria berstatus sahabatnya ini
"Aku tidak memintamu untuk menenamiku. Kau yang datang kesini sendiri. Jika kau tidak suka kau bisa kembali ke Jakarta saat ini juga" ucap Nayla dengan nada yang tak kalah kesal pula.
Hatinya sudah dibuat kesal dengan pria yang ada didepannya ini. Dan sekarang pikirannya juga semakin dibuat kesal dengan perilaku pria ini. Bisakah pria ini mengerti dirinya sedikit saja?
"Tidak !! aku ingin menginap bersamamu saja. Di ka-mar-mu!!" ucap Alvin dengan cepat. Ia tidak ingin kembali ke Jakarta, ia sudah jauh-jauh kemari dan baru saja sampai 1 jam yang lalu. Lalu sekarang wanita ini dengan seenaknya menyuruhnya kembali. Ia pikir Jakarta - Jeju hanya berjarak 2 km?
"APA ? " Pekik Nayla keras
"Yak!! Kau tidak bisa menginap disini bersama..."
"Aku bisa !!" Potong Alvin dengan cepat
"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau" Ucap Alvin dengan nada datarnya
Nayla menatap heran kearah sahabatnya itu. Kenapa pria ini selalu membuat keadaan semakin sulit untuk dirinya
"Aku tidak memberikan izin untuk kau menginap di kamarku" Sungut Nayla yang mulai jengah dengan sikap Alvin
Alvin tersenyum miring
"aku tidak memerlukan izinmu sama sekali dalam hal itu. Apa kau lupa jika itu adalah kebiasaanku ?" ucap pria itu dengan mendekatkan dirinya pada tubuh Nayla
"Aku tak pernah memerlukan izinmu dalam hal-hal kecil seperti itu. Bahkan aku tidak memerlukan izinmu dalam hal seperti ini"
Alvin melepaskan cekalannya pada tangan Nayla, membawa kedua tangannya keatas dan menangkup kedua pipi milik Nayla. Dan dengan cepat ia mendaratkan bibirnya di setiap inci wajah Nayla. Mengecupnya dengan bertubi-tubi dan berakhir pada kecupan sekilas di bibir wanita itu
Alvin melepaskan cakupannya dan melihat Nayla yang masih menegang dengan apa yang baru saja ia lakukan pada wanita itu
"Hentikan tampang bodohmu itu! Kajja, kita ke kamarmu. Angin lautnya semakin kencang" ucap Alvin dan kembali meraih jemari tangan milik Nayla dan membawa Nayla menuju arah villa milik Jino sahabatnya juga.
Nayla masih saja membisu dalam seretan Alvin. Ia tidak bisa berkata apapun tentang ini, jantung terasa ingin meledak saat ini. Terlebih ketika ia kembali mengingat saat Alvin mengecup bibirnya. Ribuan kupu-kupu seperti melayang dalam perut menuju rongga-rongga hatinya
Di belakang Alvin, Nayla diam-diam menyentuh bibirnya. Ia mengulum senyumnya yang ia coba untuk menyembunyikan. Agar pria yang yang saat ini mengenggam jemarinya tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini
****
Saat ini Nayla baru saja keluar dari kamar mandi didalam kamarnya. Berganti pakaian santai dengan memakai setelah piyama bermotif kakao
Ia melihat pria itu, pria yang beberapa waktu lalu membuatnya terlihat bodoh sedang berdiri menghadap jendela dengan ponsel yang ada ditelingannya
"Aku sedang berada di Jeju saat ini sayang" ucap Alvin dalam telfonnya
"Ya aku kesini karna sesekali aku berlibur untuk menghilangkan penat kesibukanku mengurus perusahaan. Sekaligus mengunjungi Jino Hyung disini"
"Tentu saja, kapan-kapan aku akan mengajakmu kesini. Dan kita akan menikmati liburan menyenangkan disini bersamamu"
"Ya, aku berjanji padamu. Sebaiknya kau segera istirahat saat ini. Kau pasti lelah dengan kegiatan padatmu"
"Selamat tidur dan selamat malam Yenata, aku juga mencintaimu sayang" ucap Alvin di akhir kalimatnya dalam telfonnya
Nayla tidak tuli, ia mendengarnya. Mendengar semua perkataan pria itu yang dikatakannya melalui smartphone miliknya.
Hati yang sempat berbunga-bunga beberapa waktu lalu seakan lenyap seketika dibawa hembusan angin tak terlihat. Berganti dengan rasa sesak yang menguar ke permukaan
Nayla merasa dirinya begitu bodoh saat ini dan sangat-sangat bodoh. Menganggap perlakuan pria itu padanya adalah sebuah keistimewaan. Namun nyatanya itu salah besar. Pria itu tidak menganggapnya seistimewa itu.
Kau hanya sahabatnya Nayla Melody Lim, seharusnya kau sadar itu. Suara jeritan hati Nayla menyeruak berkali-kali di dalam pikirannya pula.
Nayla mneghembuskan nafasnya kasar dan melangkah menuju ranjangnya, membaringkan tubuh serta pikirannya yang terasa begitu melelahkan untuknya. Nayla berbaring memunggungi Alvin yang masih asik dengan ponselnya. Pria itu tidak menyadari jika sedari tadi ada orang lain yang memperhatikannya
Alvin membalikkan badannya, ia melihat Nayla berbaring memunggunginya diranjang. Pria muda itu tersenyum tipis. Meletakkan ponselnya diatas nakas dan ikut berbaring di ranjang sama dengan wanita yang telah bersamanya bertahun-tahun itu.
Ia bergerak mendekat pada punggung Nayla. Menyelinap kan lengannya dipinggang ramping wanita itu. Ia merasakan tubuh wanita itu menegang, menandakan bahwa wanita itu belum benar-benar terjaga
"Bisakah kau menyingkirkan tanganmu? Kau membuatku risih dan menganggu proses tidurku" ucap Nayla dengan suara datarnya dengan posisi yang sama
"Ada apa denganmu hari ini? Kau sangat aneh. Bukankah aku terbiasa memelukmu seperti ini. Dan kau terlihat baik-baik saja dengan itu semua" tanya Alvin dengan nada yang penuh heran dengan tingkah laku sahabatnya ini
Nayla memejamkan matanya kuat-kuat
"Aku hanya ingin tidur nyenyak tanpa gangguan apapun. Dan kali ini tanganmu sangat mengangguku"
Namun apa yang Nayla terima ? Justru pria itu semakin mengeratkan pelukannya di punggung miliknya
"Aku tidak bisa !!! aku juga ingin tidur nyenyak. Salah satunya adalah dengan memelukmu seperti ini" ucap Alvin yang suaranya terdengar dekat di telinga Nayla
"Berhentilah berbicara, kau bilang kau lelah bukan? Jadi segera pejamkan matamu dan mulailah menghitung domba" lanjut Alvin lagi-lagi. Pria itu sedikit mendongak dan mengecup pelipis kepala Nayla
"Tidurlah Nay, selamat malam" ucap pria itu. Dan masih di posisi yang sama yaitu tidur dengan memeluk Nayla dari belakang
Nayla masih belum memejamkan matanya namun dirinya masih asik berdiam diri dengan segala bentuk pemikirannya
Tak lama kemudian ia mendengar suara dengkuran halus yang berasal dari belakang kepalanya. Dan tanpa ia menebak jauh lagi, itu adalah suara dengkuran milik Alvin.
Nayla memejamkan matanya. Entah ia sadari atau tidak. Dari sudut matanya keluar sebuah cairan bening menetes mengalir membasahi bantal yang ia gunakan saat ini
"Aku tak tahu harus menyikapi dirimu seperti apa? Disisi lain kau adalah sahabatku namun disisi lain kau bertingkah diluar batas dari arti persahabatan itu sendiri" ~ Nayla
Saat ini di kediaman Jino tentu saja dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang sangat tiba-tiba. Tak ada angin tak ada hujan, kenapa pria ini tiba-tiba ada dimeja makan kediamannya
Nayla terbangun dari tidurnya. Sekarang pukul 03.00 KST. Sebuah ingatan menyakitkan kembali berputar-putar dikepalanyaSebuah ingatan ketika ia berlibur di Jeju satu minggu yang lalu, selalu saja berputar dikepalanya
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" Teriak seseorang yang baru saja muncul dari balik pintu liftMembuat Nayla dan Alvin Sama-sama terkejut dan segera melepaskan rengkuhannya pada Nayla dan menatap takut pada seseorang yang terlihat marah saat ini
"Apa yang sedang kau lakukan disini Alvin? Dan lepaskan tanganku!!" Ucap Nayla meronta- ronta agar Alvin mau melepaskan cengkraman tangannya. Terlebih lagi bau alkhohol begitu menyeruak dari tubuh AlvinAlvin menyeringai begitu menyeramkan bagi Nayla"Ck, kau memanggilku Alvin sekarang?" ucapnya dengan nada begitu datar
DEGSerasa dijatuhi bom nuklir dalam hatinya, Nayla merasa benar-benar dirinya begitu rendah saat ini. Apakah ini yang dinamakan sudah jatuh, tertimpa tangga?Setelah dirinya mendapatkan pelecehan dari pria yang berstatus sahabatnya itu dan kini dengan tenangnya pria itu berkata ingin bertanggungjawab tanpa menikahinya. Tanggung jawab seperti apa yang pria itu katakan?Di lubuk hati Nayla benar-benar merasakan sesak yang luar biasa saat ini. Lagi-lagi
Nayla memasuki kehalaman keluarga Alvin dengan perasaan yang begitu gugup. Meskipun dulu seringkali ia bermain ke sini bersama sahabatnya yang lain namun kali rasanya begitu berbeda. Ada perasaan canggung yang menyelimutinya. Ia ingin sekali menolak permintaan Alvin untuk makan malam bersama keluarganya, meskipun ia berstatus sebagai sahabatnya namun bukankah akan terasa aneh jika hanya dirinya sendiri yang datang ke rumah mewah ini.
Kalimat yang Alvin luncurkan beberapa waktu lalu kini seakan menjadi sebuah melodi indah yang selalu terbayang dalam benaknya. Wanita muda itu kini tampak begitu termenung memikirkan perkataan Alvin ? istimewa ? benarkah dirinya seistimewa itu ?Bukankah ini terlalu berlebihan untuk seseorang yang dianggapnya hanya sebatas sahabat ? dan mengingat Alvin ingin menjadikannya sebagai priori
Sebuah mobil Audy R8 yang begitu mewah memasuki halaman sebuah perusahaan terbesar di Jakarta, yaitu Golden Tech Corporation sebuah perusahaan besar yang bergerak dibidang IPTEK. Memiliki gedung pencakar langit serta ratusan karyawan didalamnyaSejak datangnya mobil itu memasuki halaman perusahaan sudah banyak menarik perhatian orang- orang yang disekitar sana. Tentu saja yang menjadi daya tarik mereka adalah didalam mobil itu ialah terdapat seorang manusia yang tampan rupawan layaknya seora