WARNING 21+
****
Lea tak pernah menyangka jika Kevin akan menciumnya di depan umum seperti tadi. Jantungnya sempat bergetar karena sebelumnya ia belum pernah menerima ciuman dari siapapun selain ciuman dari Varell. Hari ini benar-benar hari yang tak terduga bagi Lea Khalilea.
Berjalan sedikit cepat menuju ke apartemen, Lea berusaha melupakan bayangan Kevin yang tiba-tiba menaut bibirnya. Jika diingat kembali, pria tersebut memang tengah mencuri kesempatan pada dirinya. Sungguh, pria dimanapun tetap sama saja.
Lea mempercepat langkah, dengan tergesa ia memasuki kediaman mewah persembahan dari Varell Damington. Belum sempat melihat siapa yang ada di dalam kamarnya, tangan Lea segera ditarik oleh seseorang. Gadis tersebut terkesiap menyadari ada seseorang yang kini begitu posesif terhadapnya.
"Varell ... Sejak kapan kau ada di sini?" Lea bergumam tak mengerti ketika Varell berusaha memonopoli dirinya.
Varell tak menjawab, pria tersebut mendorong tubuh Lea hingga merapat ke tembok. Tak berniat untuk menjawab pertanyaan Lea, Varell justru segera menyambar bibir Lea sedikit kasar.
"Ummn..." Darah Lea berdesir seiring permainan lidah Varell yang begitu kasar dan panas.
"Varell, kau-,"
"Aku tidak rela jika ada orang lain yang menciummu, Lea. Tidak rela sedikitpun," bisik Varell di depan wajah Lea. Pria itu melanjutkan aksinya mencium bibir Lea, semakin kasar dan semakin panas.
"Varell, apakah kau tengah cemburu?" balas Lea ketika Varell melepas bibir bawahnya yang mulai berdenyut sakit.
"Menurutmu apa?" Varell balik bertanya. Matanya yang gelap kini menghunjam manik indah milik Lea Khalilea. Mendapat pengakuan tersirat seperti itu Lea lantas tersenyum penuh manja.
Gadis itu tahu bagaimana caranya menenangkan hati Varell yang tengah terbakar api cemburu. Dengan manja, dikalungkannya kedua tangan Lea di atas bahu sang pria tampan. Mereka bertatapan cukup lama hingga akhirnya Varell memutuskan untuk kembali menelusuri bibir tipis merona yang kini tersuguh di hadapannya.
"Katakan padaku, apa kau baru saja menguntitku?" tanya Lea sebelum pria itu sampai pada tujuannya.
Menatap Lea sekali lagi, Varell mempererat dekapannya pada tubuh sang gadis simpanan. "Memangnya aku salah? Lea kau adalah milikku tapi kenapa kau pasrah saja ketika ada pria lain yang berusaha menciummu? Bisakah kau jelaskan ini padaku detik ini juga?!"
Lea tersenyum manis, jemarinya kini meraba bibir sensual Varell Damington. Matanya yang bersinar indah seolah memiliki daya pikat yang tidak dimiliki oleh siapapun. Tak ada yang tahu bahwa tatapan tersebut membuat Varell Damington semakin mabuk asmara dan tak bisa melepaskan Lea secara sembarangan.
"Jadi kau tengah cemburu padaku, ya? Coba saja jika hal ini terjadi pada dirimu, apakah aku pantas untuk cemburu padamu?" ucap Lea pelan lalu tersenyum manis pada Varell Damington.
"Apa maksudmu?" Varell tak mengerti maksud ucapan Lea baru saja. Matanya yang tajam tak juga melepaskan burung kecil yang kini ada di hadapannya.
"Aku tidak pernah cemburu ketika kau bersama Bella jadi kenapa kau harus cemburu padaku ketika aku bersama Kevin? Kau sungguh tidak adil padaku," sungut Lea setengah berbisik.
Varell mengedipkan mata beberapa kali. Bibir pria itu tak menjawab, ia justru mempererat dekapannya dan tiba-tiba saja ia menggendong tubuh mungil Lea Khalilea.
"Hei, kau mau membawaku kemana?" ucap Lea setengah berteriak ketika pria itu dengan nekat menggendong tubuhnya yang kecil.
"Ke tempat seharusnya kau berada sekarang," ucap Varell datar. Pertanyaan Lea terjawab ketika pria itu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Menatap haus ke tubuh Lea, Varell Damington melepas jasnya dengan kasar.
"Varell, kau pasti sedang bercanda. Aku harus mandi sekarang juga," ucap Lea lirih lalu beringsut turun dari ranjang. Varell tak bersuara, pria tampan tersebut melepas dasinya lalu menubruk Lea hingga kembali rebah ke atas ranjang.
"Hari ini kau harus menenangkan diriku terlebih dahulu," ucap Varell dengan nada penuh perintah.
Lea menatap pria itu cukup lama, Varell terlihat sangat gusar dan tidak bisa ditenangkan. Mungkin jika ia mengalah sedikit saja maka Varell bisa melonggarkan ikatannya saat ini. Tersenyum manja, Lea mulai memainkan perannya sebagai orang ketiga yang kata orang sangat memuakkan.
"Katakan padaku, kau ingin dariku apa?" tanya Lea dengan lirih dan nada yang begitu menggoda. Gadis itu mendadak bertingkah manja, kembali dikalungkannya kedua tangan di belakang leher Varell.
"Dengan tubuhmu. Aku menginginkan pelayanan bantal dan dada yang hangat," jawab Varell penuh keberanian. Senyum Lea kembali merekah, perlahan ia menatap bibir Varell yang memerah merona.
"Jika aku memberikan apa yang kaumau, lalu apa yang akan kauberikan padaku sebagai balasannya? Jangan hanya ATM, aku sudah punya banyak darimu," ucap Lea setengah berbisik.
Varell tersenyum miring, jemarinya kini meraih dagu cantik milik Lea Khalilea. "Sebutkan saja apa yang kaumau!"
"Semua sudah kumiliki darimu, aku bingung harus menyebutkannya kembali. Varell, menurutmu jika aku ingin tubuhmu, kau bagaimana?" ucap Lea seraya menatap manik mata Varell yang berapi-api.
"Kau memang pintar menggodaku, Lea." Varell mencubit dagu Lea sedikit gemas, pria itu lantas mendekatkan jarak wajah mereka dan mengecup singkat bibir tipis Lea Khalilea.
"Varell, bagaimana jika aku benar-benar menyukaimu dan sudah tidak mengharapkan hartamu lagi? Apakah kau tidak keberatan?" bisik Lea ketika Varell berusaha mengecup telinga Lea.
Varell terdiam, ia kembali menatap manik Lea seakan berusaha untuk mengerti. "Tentu saja tidak. Tapi hidup memang perlu timbal balik, kau tidak mungkin tidak menginginkan hartaku. Lea aku menginginkan tubuhmu dan kau menginginkan hartaku. Kita sudah memulai hubungan ini sedari dulu," ucap Varell lirih. Tangannya kini menggerayang di atas paha Lea Khalilea.
"Varell-,"
"Tapi jika memang kau benar-benar jatuh ke dalam pelukanku dan bersedia mencintaiku maka aku juga bersedia untuk menceraikan Bella untukmu," ucap Varell memberi keputusan. Kini tangannya meremas paha putih tersebut dengan tangan besarnya. Lea hanya menggelinjang dan meremas punggung Varell karena menahan desiran hatinya yang sama-sama begitu kuat.
"Aaarrggh ... Varell," desah Lea tak sengaja ketika pria itu menciumi leher jenjangnya.
"Varell, sebenarnya kau memang sudah ditakdirkan untuk menjadi milikku. Varell ... Aaarggh," Lea terus mendesah ketika Varell kini menyusuri dadanya yang sintal. Setiap sentuhan yang Varell buat, Lea cukup menikmatinya. Pria itu membawanya kian hanyut dalam arus hubungan yang tidak semestinya.
Varell tersenyum ketika melihat ekspresi Lea yang begitu menggoda tersuguh di hadapannya. Terus bermain dengan tubuh mungil tersebut, perasaan kacau Varell beberapa saat lalu mendadak sirna begitu saja. Meremas kedua awan putih di dada Lea, Varell terus saja hanyut akan permainan yang ia buat sendiri.
"Lea, apakah kau menikmatinya?" bisik Varell menggoda ketika gadis dalam dekapannya terus merengek dan mendesah tak karuan. Wajah Lea berubah merah, ia lalu menutupi wajahnya dengan selimut.
"Aku tahu, kali ini aku yang kalah. Bukankah kau sangat senang jika melihatku seperti ini?!" balas Lea dengan suara menggoda. Varell kembali tersenyum, ia lantas membuka wajah Lea yang ditutupi selimut.
"Karena kau sudah membuatku senang maka aku akan membiarkan dirimu membuka ikat pinggangku. Bagaimana Lea Khalilea?" tantang Varell dengan mata bersinar sangat genit.
Wajah Lea kembali merona, "Sebenarnya itu bukanlah gayaku, Varell. Aku bukanlah gadis agresif."
"Jadi kau tak menginginkannya?" pancing Varell terus menatap perubahan pada wajah Lea, kekasihnya.
Lea tersenyum, kini tangannya meraih wajah Varell dan mengelusnya penuh kelembutan. "Meskipun aku menginginkan tubuhmu, aku tetap tidak ingin membuka ikat pinggangmu terlebih dahulu apalagi sampai melongok ke dalam isinya."
Varell mendadak merasa gemas luar biasa. Kenapa setiap bersama dengan Lea ia merasakan kebahagiaan yang begitu luar biasa? Kenapa ia bisa mendapatkan kepuasaan batin ketika bersama wanita itu dan tidak ketika bersama istri sahnya? Kenapa? Bahkan Varell sendiri tidak mengerti akan sistematika perasaannya.
Setiap ucapan Lea yang meskipun sedikit jorok, Varell tetap sangat menyukainya.
Meraih dagu Lea, Varell menatap mata Lea dengan tatapan begitu berarti. "Sayang, ayo kita tuntaskan saat ini juga."
Le hanya tersenyum membuat Varell semakin tak kuasa untuk menyergap tubuh yang terkungkung di bawahnya. Mendekatkan wajah, Varell dengan ganas mencium bibir seksi Lea dengan sangat bernafsu.
"Varell ... Uumnn ... "
*****
Suara dering ponsel Varell berbunyi, mengganggu suasana indah yang kini tengah tercipta. Mengenyahkannya, Varell berusaha untuk tidak memperdulikan. Dia hanya peduli dengan kisah asmaranya, dengan hasrat yang sudah lama ia pendam.
Sekali lagi ponsel itu berbunyi, menghentikan aktivitas Varell dalam mengayunkan tubuh Lea ke langit. Hentakan lembutnya berhenti, peluh yang menetes di dahinya sengaja ia biarkan hingga jatuh ke tubuhnya.
"Maaf, aku harus mengangkat telpon." Varell meminta pengertian kepada Lea. Wanita cantik itu tidak keberatan, ia mengangguk dan kembali tersenyum manja.
Varell segera meraih ponselnya dan mengecek sejenak tentang siapakah orang yang telah mengganggu kenikmatannya. Bella. Lagi-lagi wanita itu.
"Ada apa?" tanya Varell dingin sesekali menatap Lea yang hanya tertidur dan memakai selimut untuk menutupi tubuhnya yang nyaris terekspos.
"Varell, keluargaku ingin bertemu denganmu. Segeralah datang atau aku akan menunjukkan persembunyianmu pada kedua orangtuaku," ucap Bella terdengar memuakkan.
Varell memilih tak menjawab dan segera menutup telepon dengan kasar.
"Ada apa, Varell? Apakah dia Bella?" tanya Lea dengan berhati-hati seraya menyentuh pundak Varell.
"Ya, sepertinya orangtua Bella sudah mengerti akan hubungan kita." Varell mengatakannya dengan sangat berat.
Wajah Lea terlihat sedikit gusar, gadis itu tertunduk dalam diam. Varell yang menatapnya segera meraih jemari kekasih gelapnya. "Lea, apapun yang terjadi nanti mari kita hadapi bersama-sama."
Lea mengangkat wajah, memperhatikan wajah Varell yang turut cemas oleh karenanya, gadis itu kembali tersenyum manja dan mengelus wajah Varell penuh sayang.
"Aku percaya padamu Varell. Jika begitu segeralah pergi menemuinya tapi jangan lupa malam ini kau harus datang dan tuntaskan urusan kita," ucap Lea dengan makna tersirat. Gadis itu mengerlingkan matanya ke arah Varell yang menatapnya penuh binar.
Varell tersenyum, ia lalu mencium bibir Lea dengan intens dan cukup lama. Mengulumnya lembut bagaikan kembang gula, mencecap setiap sudut hingga tak tersisa. "Tenang, malam ini aku akan datang kembali untuk memuaskanmu, Sayang. Tunggu aku, aku pasti akan membawamu kembali terbang ke langit."
**********************
***Setibanya di istana megah milik keluarga Varell Damington, pria bersurai kelam memasuki halaman rumahnya dengan langkah tenang. Pria itu tahu jika lambat laun perselingkuhannya dengan Lea akan tercium juga apalagi oleh keluarga Bella.Ketika pria berjas hitam tampak memasuki rumah, seluruh tatapan penghuni rumah teralihkan ke arahnya. Ruang tamu yang biasanya sepi kini mendadak menjadi ruangan penuh lautan manusia dari keluarga Bella.Varrell terus melangkah menghampiri keluarga besarnya, ia tersenyum seolah tak terjadi apa-apa."Apa kabar semuanya? Bagaimana kabarmu Ayah? Ibu? Kakak ipar?" sapa Varell dengan nada santai sembari menghempaskan bokongnya di sofa mewah, dimana keluarga besarnya tengah berkumpul.Tak ada jawaban. Keluarga Bella terlihat masam ketika melihat kehadiran Varell Damington, apalagi ditambah dengan sikapnya yang seolah-olah tak terjadi apa-apa."Varrell, kataka
****Ruang tengah milik keluarga Varrell Damington kini kembali sepi. Setelah Varell pergi, kini rumah itu hanyalah tinggal keluarga Bella yang masih terduduk dengan amarah yang meluap-luap di dada. Wajah Louis tidak dapat disembunyikan, rasa marah bercampur kecewa kini tercetak jelas di wajahnya yang tegas."Bella, apapun demi dirimu, Ayahmu ini tidak akan menyerah. Jika Varell tidak bisa meninggalkan wanita itu maka akan kubuat wanita itulah yang akan meninggalkan Varell," ujar Louis Brandon dengan tangan mengepal sangat erat.Bella yang menangis sesenggukan mulai menenangkan tangisnya. Ada harapan baru yang muncul dari pelupuk matanya yang basah. "Dengan apa? Sedangkan aku sudah mencobanya namun selalu gagal."Luois Brandon terdiam, tatap matanya masih lurus ke depan. Sebagai ayah, ia tetap tidak bisa menerima segala alasan yang Varell lontarkan padanya."Kau tidak cukup mengerti lawanmu, Nak. Biarkan a
****Lea menggeliat ketika sinar matahari menebus jendela kaca yang tepat berada di dalam kamarnya. Sinarnya yang keemasan begitu menyilaukan, membuat tubuh sang wanita bereaksi dan segera bangun dari mimpi-mimpi indah.Menoleh ke samping, Lea tersenyum tipis ketika menyadari bahwa Varrell Damington memilih untuk tidur di sini semalaman hanya untuk menemaninya. Lea mengembuskan napas, ia merebahkan diri lagi di samping Varell.Wanita bermata indah itu menatap wajah Varell yang teramat tampan. Ia kembali tersenyum seraya mengelus wajah sang kekasih dengan lembut."Varell, maafkan aku. Aku telah memanfaatkan dirimu selama ini. Aku ingin segera mengakhiri tapi, semua sudah terlalu dalam untuk diakhiri. Varell, sekali lagi maafkan aku yang telah menggunakan dirimu untuk kepentinganku." Lea berbisik lirih.Varell perlahan membuka mata, membuat mata Lea terbelalak kaget. Mungkinkah pria yang tidur disampingnya i
***Seperti biasa Varrel menyempatkan waktunya untuk mengantar sang pujaan hati untuk pergi ke tempat kuliah. Pagi menjelang siang yang sedikit terik lengkap dengan riuhnya lalu lalang kendaraan tidak menyurutkan keinginan Varrel Damington untuk tetap pergi menemani Lea Khalilea untuk berangkat kuliah hari itu."Jam berapa kau akan pulang?" tanya Varrel pada Lea tanpa sekalipun pria itu menatap wajah ayu sang pujaan hati.Lea tersenyum tipis, menatap jalanan yang ramai pikirannya pun mengembara tepatnya pada sore hari nanti. Pria itu bahkan bertanya sesuatu yang jelas-jelas belum ia lakoni sedikitpun. Tak ada jawaban dari bibir Lea, membuat Varell menoleh sejenak ke arah Lea Khalilea."Kenapa hanya diam? Kau tidak ingin aku menjemputmu?" tanya Varrell dengan nada sedikit emosional. Sekali lagi Lea tersenyum, ia bahkan tidak tahu bagaimana dengan jalan pikiran pria itu."Sayang, ini masih
Wajah Lea Khalilea ditekuk, ia berjalan dengan wajah bersungut. Mimpi apa semalam hingga ia harus menemui masalah pelik sepagi ini. Bella bukanlah lawannya kendati wanita itu mencoba memperlakukannya dengan lembut ia tetap saja tidak bisa memperlakukan Bella sebagaimana mesti wanita itu telah memperlakukannya.Sebenarnya sebagai seorang wanita, Lea juga memiliki perasaan yang sama seperti yang Bella rasakan. Ia juga tidak ingin terancam apalagi dengan keberadaan wanita lain di sebelah suaminya namun lagi-lagi masa lalu yang membayang membuat wanita berkemeja ungu itu harus dan harus melakukan hal yang salah berulang-ulang kali.Lamunan Lea tersadar ketika seorang dosen menegur dan menghampirinya. Wajah pria paruh baya itu tampak ditekuk, ada sebuah berita yang hendak ia sampaikan pada salah satu murid tercerdas di kampusnya."Lea ...," panggilnya pelan namun terdengar sangat darurat. Lea menghentikan langkah tepat di hadap
*****Email di komputer Varrell berbunyi. Sesaat perhatian Varrel teralihkan dari tumpukan laporan ke arah layar komputer. Menaikkan alis sejenak, Varrel merasa aneh dengan kontak email tersebut. Butuh beberapa detik untuk Varrell memutuskan dibuka atau tidaknya email tersebut. Pesan yang tidak hanya sekali ataupun dua kali cukup mengulik rasa penasaran si tampan Varrell Damington.Jemari kokoh itu akhirnya tergerak untuk sejenak mengintip apa isi dari email misterius tersebut. Kedua mata Varrell menatap dengan sangat intens hingga akhirnya jantungnya berdegup kencang tatkala melihat foto Lea Khalilea menghiasi layar komputernya.Melihat hal tersebut, Varrell menganggapnya sebagai hal yang tidak bisa diremehkan. Mencurahkan perhatian penuh akhirnya Varrell memutuskan untuk membaca isi email tersebut. Setiap info yang ia baca membuat jantung pria itu serasa nyaris berdegup sangat cepat. Tanpa ia sadari, kedua tangannya te
****Raut wajah Varrell Damington sedikit berubah tatkala mendengarkan pengakuan dari Lea Khalilea. Pria itu sadar jika Lea kali ini tidak akan berbohong padanya."Jadi apa yang akan kaulakukan padaku, Varrell? Apa kau akan membunuhku juga?" tantang Lea sambil memberanikan diri menatap mata tajam Varrell Damington."Lea, aku tidak menyangka jika kau adalah ..., adalah anak dari pria itu. Aku sungguh tak percaya," ungkap Varrell tak percaya. Suaranya nyaris tak terdengar, ia menyimpan kekecewaannya dalam hati."Ya, lalu kau mau apa? Apa kau kecewa? Apa kau ingin meninggalkanku?" Lea bertanya penuh telisik. Jawaban dari bibir Varrell begitu berarti dalam hidupnya."Kita dulu nyaris bertunangan. Tapi ...." Varrell tak melanjutkan ucapannya, ia tertunduk dengan seribu perasaan yang tak bisa ditebak."Ayahku meninggal dalam kecelakaan dan perusahaannya jatuh ke tanganmu," aku Lea pelan, perla
****Malam itu, Bella akhirnya angkat kaki dari kediaman serba mewah milik Varrell Damington. Wanita itu tidak cukup mengerti apa yang tengah menimpanya kini. Kesabaran yang selama ini coba ia tanam kini akhirnya runtuh sudah. Baginya, jika tidak ada Lea Khalilea maka Varrell tidak akan berubah sedrastis ini. Wanita bermata cokelat itu belum juga mengerti bahwasanya Varell memang sedari dulu tidak pernah mencintainya.Dengan ditemani sang sopir, Bella mengubah haluannya yang semula ingin pulang ke kediaman Brandon menjadi ke kediaman si wanita jalang yang selama ini telah mempengaruhi suaminya. Dengan kemarahan tak kalah menggebu, ia berharap kali ini bisa membabat habis parasit yang selama ini menggerogoti jalinan rumah tangganya."Nyonya, malam ini kita mau kemana? Apakah tidak sebaiknya besok pagi saja?" saran John, sang supir pribadi Bella Brandon.Sembari menghapus air mata kekecewaan, Bella menatap luar jendela