Share

Bab 3

Hari ini Dara mulai bekerja di perusahaan Wiyaya group. Dara sangat bersemangat hari ini, akhirnya dia bisa juga bekerja di perusahaan besar itu. Dara berdandan ia, memakai bedak dan memoles tipis bibirnya dengan lipstik. Sebelum turun ke bawah untuk sarapan Dara memandang wajahnya di cermin, iya tersenyum melihat wajah cantiknya.

Randy yang duduk di kursi makan menatap ke arah Dara. Cantik batin Randy. Ia memuji bahwa istrinya itu memang benar-benar cantik. 

"Cantik." Kata Randy, ia menatap Dara.

Dara diam saja, dia malas berdebat dengan Randy. Tumben sekali dia bilang gue cantik, batin Dara.

Randy dan Dara sarapan dalam diam, sesekali Randy mencuri pandang kearah Dara. Sedangkan Dara sedang mengunyah makanannya, ia tidak menghiraukan Randy yang juga ada di sana.

"Kamu, mau ke mana? Udah Rapi aja?" Tanya Randy, di saat mereka sudah selesai sarapan.

"Mau kerjalah," ketus Dara.

"Mau aku antar?" Tawar Randy, dia serius mau ngantar Dara.

"Gak usah sok baik deh, mending aku naik taksi aja daripada di antar sama kamu." Tolak Dara.

Hmm, Randy hanya tersenyum saja dengan tingkah dan ucapan Dara.

"Ya sudah. Aku berangkat duluan kalo begitu." Randy berdiri dari duduknya dan segera melangkah ke luar.

Dara menatap punggung Randy, yang sedang berjalan, dia heran saja. Mau kerja atau ke mana suami dadakannya itu, sebab Randy hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih dan celana jens panjang. Ah masa bodo, dia mau kemana bukan urusanku, batin Dara.

Dara meraih ponselnya dan segera memesan taksi online. Dara tidak mau lagi berangkat menggunakan motor pemberian Randy. Bisa-bisa hancur dandannya kalau dia naik motor.

Tak berapa lama Taksi yang dipesan Dara sudah datang. Dara mengambil tasnya dan segera menghampiri taksi yang sudah Dara pesan.

======

Dara duduk di kursi tempat kerjanya, hari ini adalah hari pertama Dara kerja. Wajahnya nampak sumringah. Di hari pertama kerjanya Dara berusaha untuk tidak melakukan kesalahan apapun, Dara terlihat fokus pada pekerjaannya.

Saat jam istirahat, Sinta menghampirinya dan mengajaknya untuk makan siang bersama.

"Woy, serius amat sih, loe." 

"Ya, harus dong." Sahut Dara.

"Kita makan siang bareng, yuk!" Ajak Sinta.

"Oke, tunggu bentar, ya." 

"Cepetan, udah lapar ini, gue." Seru Sinta.

"Sabar...!"

"Nah, sudah selesai, yuk kita makan." 

Mereka makan di kantin perusahaan. Dara dan Sinta duduk di pojokan.

"Hai, gue boleh duduk di sini, gak?" Tanya seorang lelaki tampan, tinggi, berhidung mancung, alisnya tebal,  dan yah pokoknya tampan deh.

"Oh, silahkan...!" Sahut Sinta, mata berbinar melihat lelaki tampan di depannya. 

"Kalian, anak baru ya?" 

"Iya." Sahut Sinta, sedang Dara cuma tersenyum simpul.

"Kenalin, nama gue Dion." Lelaki itu memperkenalkan dirinya pada Dara dan Sinta.

"Gue, Sinta dan ini Dara, sahabat aku." Ucap Sinta.

"Oh, hai Dara." Sapa Dion.

"Hai," kata Dara singkat.

Dion memandang Dara, dengan pandangan kagum, ia terpesona dengan kecantikan Dara. Dion melontarkan beberapa pertanyaan pada Dara, tetapi yang banyak menjawab hanya Sinta, sedangkan Dari hanya sesekali saja menjawab. Dion menjadi bertambah penasaran dengan gadis cantik di depannya ini. 

Dara dan Sinta kembali ke kantor tempat mereka.

"Eh, kayanya si Dion itu naksir loe, deh." Kata Sinta pada Dara, mereka berjalan menuju kantor.

"Tau dari mana, loe. Ngaur deh." timpal Dara.

"Gue lihat dari cara dia mandang loe tadi, masa loe gak merasa sih."

"Perasaan biasa aja, deh." 

"Gak percaya lagi dikasih tahu."

"Ya, mana gue bisa percaya. Ketemu aja barusan tadi." Sahut Dara.

"Kita lihat aja, nanti." Ucap Sinta.

"Terserah loe, deh. Yuk kerja-kerja. Semangat." Seru Dara.

Dara dan Sinta pun kembali dan duduk di kursi yang ada di kubikel masing-masing.

Jam pulang kerja sudah tiba, Dara bersiap-siap untuk segera pulang. Dara merapikan meja kerjanya, setelah itu baru Dara beranjak meninggalkan ruangan kerjanya.

Dara mengotak-atik ponselnya, ia memesan taksi online lagi. Kali ini dia sudah hapal alamat rumah suami dadakannya, jadi Dara tidak perlu khawatir lagi akan tersesat dan lupa jalan pulang.

Dara sedang duduk di sebuah kursi yang ada di lobby kantor, Dara menunggu taksi online yang dia pesan.

"Menunggu, siapa?" Dara yang tengah melamun kaget mendengar ada suara yang menyapanya.

"Saya...?" Dara menunjuk dirinya.

"Iya, kamu. Siapa lagi?" Sahut Dion.

"Oh, lagi nunggu jemputan." Ucap Dara.

"Boleh, gue temenin?" Tanya Dion.

Dara menoleh kearah Dion, lalu mengangguk pelan. Sebenarnya Dara gak ditemani juga gak apa, tapi gak enak aja menolak tawaran Dion.

Setelah Dara mengiyakan tawarannya, Dion langsung duduk di kursi samping Dara.

Tak berapa lama taksi yang dipesan Dara tiba, Dara beranjak dari duduknya. Lalu mengucapkan terima kasih pada Dion karena sudah menemaninya.

Dara tiba di rumah Randy, tetapi belum terlihat kalau Randy sudah pulang. Mobil Randy juga tidak ada di halaman rumah, berarti lelaki itu belum pulang, gumam Dara. Ah ngapain juga aku mikirin dia, lebih baik aku mandi saja.

Dara naik ke atas menuju kamarnya berada. Dara meletakan tas kerjanya di atas tempat tidur, ia melepas pakaiannya kemudian beranjak masuk ke kamar mandi.

Hari pertama kerja, dan untuk pertama kalinya bagi Dara bekerja, itu membuatnya merasa lelah. Dia butuh mandi dan berendam di air hangat.

Dara turun ke dapur, di sana Bi Surti dan Bi Nah, ART di rumah Randy sedang sibuk menyiapkan makan malam.

"Bi, ini tolong cucikan!" Perintah Dara, ia menyerahkan sepatunya pada ART Randy.

"Iya, Non. Tapi nanti ya saya mau siapkan makan malam dulu." Sahut Bi Surti.

"Gak bisa, saya maunya sekarang." Sahut Dara dengan suara keras.

"I-iya, Non." Ucap Bi Surti, ia segera melaksanakan perintah istri majikannya itu.

"Tunggu, Bi!" Suara Randy yang baru saja pulang, menghentikan langkah Bi Surti. Sedangkan Dara menatap malas ke arah Randy.

"Iya, Mas Randy. Ada apa?" Sahut Bi Surti.

"Bibi mau ke mana?" Tanya Randy, matanya melirik sepasang sepatu yang berada di tangan Bi Surti.

"Ini, Mas. Mau nyuciin sepatunya Non Dara." Sahut Bi Surti. 

Randy mengambil sepatu yang ada di tangan Bi Surti, lalu melemparnya ke hadapan Dara. Sedangkan Dara kaget matanya melotot ke arah Randy.

"Kamu, punya tangan, kan? Cuci sendiri jangan menyuruh orang lain. Jangan manja." Bentak  Randy.

 Dara menatap Randy nyalang. Ingin sekali dia menelan bulat-bulat lelaki di depannya ini.

"Buat apa bayar pembantu kalo nyuci sepatu aja gak bisa." 

"Aku yang bayar, bukan kamu. Jadi jangan pernah menyuruh-nyuruh Bi Surti ataupun Bi Nah."  Ucap Randy, dengan tatapan tajamnya pada Dara.

"Cuci sendiri! Jangan cuma bisanya nyuruh aja." 

Mata Dara berkaca-kaca, segera ia ambil sepatu yang tadi dilemparkan Randy ke hadapannya, lalu berlari memasuki kamar, ia membanting pintu kamar dengan keras. Biar aja rusak. Bodo amat. Dara menangis, ia merasa sakit hati, orang tuanya saja tidak pernah membentaknya. Lah ini Seorang Randy yang baru beberapa hari menjadi suaminya sudah membentaknya. 

Bersambung...

Terima kasih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status