Dara menatap horor isi paketan yang baru saja, ia terima. Apa-apaan ini! Siapa yang sudah mengiriminya hadiah menggelikan ini, dan untuk apa? Ah Dara jadi bingung sendiri.
Saat masih dilanda kebingungan tentang siapa pengirim paketan tersebut ponsel Dara berdering. Nomor baru, Dara dengan takut-takut mengangkat ponselnya dan menjawab telpon."Ha_ hallo...!" "Assalamualaikum, Dara." Ucap si penelpon.Huh, Dara menghembuskan napasnya lega, ia sangat mengenal suara orang itu."Eh, iya. Walaikum salam, mas Randy!" Ternyata yang menelpon Dara adalah Randy."Mas Randy, jam berapa, pulangnya?" Tanya Dara."Emm, sebentar lagi. Kenapa? Kamu kangen, ya." "Iss, bukan itu." "Emm, terus apa? Eh kamu sudah terima paketan dari saya belum." Tanya Randy."Jadi paket itu dari mas Randy?" Tanay Dara kaget, Dara tak menyangka bahwa yang mengirimkan paketan itu adalah Randy."Iya, saya yang kirim, jangan lupa nanti di paWarning!!! 21++Mengandung adegan dewasa, harap bijak memilih bacaan!!Sesampainya di kamar, Randy tak langsung tidur, ia memilih masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Sedangkan Dara duduk di sisi tempat tidur menunggu suaminya yang sedang di kamar mandi.Randy keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar, Dara duduk membelakangi pintu kamar mandi, saat ia tengah sibuk dengan pikirannya sendiri, tetiba ada tangan kekar yang memeluknya dari belakang."Apakah, kau menungguku?" Bisik Randy, tepat di telinga Dara."Mas...." desis Dara, bulu kuduknya seakan meremang, saat merasakan hembusan napas Randy di telinganya.Randy menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Dara dan memejamkan matanya. Sedangkan Dara, tubuhnya terasa panas dingin, jantungnya bedegup kencang."Mas, mas Randy..." desis Dara lagi."Emm, kenapa?""Ayok! Tidur lagi!" Ajak Dara."Tidak, mau! Aku mau kamu, Dara!" Sahut Randy,
Seusai shalat subuh, Dara kembali melanjutkan tidurnya. Sedangkan Randy turun ke dapur membuat kopi untuknya, tadi malam matanya hanya terpejam beberapa jam saja, jadi untuk menghilangkan rasa kantuknya, ia memutuskan untuk membuat kopi, Randy menyeduh segelas kopi, aroma harum kopi yang khas seketika tercium memenuhi rongga hidungnya. Randy duduk di kursi meja makan, dengan perlahan ia menyeruput kopi yang masih mengepulkan asap tersebut.saat sedang menikmati kopi buatannya, ia teringat Dara, yang tadi masih mengeluh sakit, dan ia pun berniat untuk membuatkan sarapan untuk istrinya itu.Randy membuatkan Dara nasi goreng beserta telur mata sapi dan segelas susu hangat.Randy membawa sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat yang sudah di taruh di atas nampan ke dalam kamar. Di dalam kamar Dara masih meringkuk tidur sambil memeluk guling.Randy meletakan nampan yang ia bawa di atas meja bundar di samping ranjang, ia naik ke atas kasur, lalu memandangi wajah po
Dara dan Randy kini sedang menikmati makan siang mereka. Tadinya Dara ingin memasak makan siang untuk mereka berdua, tapi Randy melarangnya dan memilih untuk memesan makanan di luar saja. Mereka makan dalam diam, Dara masih kesal karena tadi Randy melarangnya untuk memasak. Padahalkan Dara hanya ingin belajar memasak, kalau pesan terus kapan dianya bisa masak, begitulah pikir Dara."Masih marah, hmm?" Tanya Randy, lalu meneguk segelas air putih."Gak." Sahut Dara, lalu ia bangkit dan merapikan piring kotor bekas mereka makan dan membawanya ke tempat pencucian piring."Hmm," gumam Randy, ia memperhatikan setiap gerakan Dara.Dara mencuci piring-piring kotor bekas mereka makan, sesuatu hal yang belum pernah ia lakukan selama ini. Randy menatap punggung Dara yang saat ini sedang membelakanginya. Dara menyabuni satu persatu piring-piring tersebut dengan hati-hati, takut jatuh karena licin.Randy mendekati Dara, "Sini aku bantu!" Tawar Randy, da
Dara meringis menerima tatapan tajam dari dua sahabatnya yang seakan meminta penjelasan darinya."Sebenarnya, gue udah nikah!" Kata Dara dengan suara pelan."Apa! Dasar loe ya, tega benar ama kita berdua, loe anggap apa kita berdua selama ini?" Ucap Sinta, sambil melototkan matanya ke arah Dara. Dara jadi serba salah jadinya."Ya udah, yuk, Nin. Kita pulang aja! Kita udah gak dianggap sahabat lagi sama dia." Ucap Sinta dengan menunjuk Dara, lalu ia menarik tangan Nina untuk keluar."Eh, dengarin gue dulu, dong!" Tahan, Dara."Dengarin apa lagi, sih. Jelas-jelas loe udah gak jujur sama kita, nikah diam-diam," Sinta sudah ingin melangkah keluar."Gue belum sempat kasih tau kalian, gue juga punya alasan kenapa belum kasih tahu kalian.""Sebaiknya kita dengarin penjelasan Dara, dulu, Sin!" Ucap Nina pada Sinta, dan akhirnya Sinta kembali duduk."Cepat jelaskan!" Seru Sinta."Sebenarnya aku dan suamiku menikah karena......" Dara pu
"Sayang!" Panggil Randy pada Dara yang sedang merias wajahnya di depan cermin. Saat ini Randy sedang berdiri di belakang Dara, lebih tepatnya ia memperhatikan setiap gerakan yang Dara lakukan."Hmm,""Kamu gak apakan, kalo berangkat kerjanya sendiri dulu?" Tanya Randy.Dara membalikan tubuhnya dan mnghadap ke arah Randy, "Gak apa, mas. Biasanya juga sendirikan! Emangnya mas Randy mau ke mana?""Tadi saya baru saja dapat kabar dari sekertaris saya, kalo hari ini saya harus ke kantor cabang yang ada di Surabaya, karena ada sedikit masalah di sana," jelas Randy."Kok mendadak banget sih, mas? Berapa lama mas di sana?" Randy tersenyum lalu merengkuh tubuh Dara ke dalam pelukannya."Emm, mungkin tiga hari, atau bisa jadi seminggu. Kenapa? Kamu takut kangen sama saya.""Ihh, ge'er, deh. Siapa juga yang kangen." Dara mencebikkan bibirnya."Tapi Saya yang bakalan kangen sama kamu," ujar Randy, dan sontak saja membuat wajah Dara merona.
Saat waktu jam pulang kantor, Sinta mengajak Dara untuk mampir ke Kafe sebentar, tapi Dara menolaknya dan beralasan ingin segera pulang ke rumah. Dara ingin segera cepat sampai rumah, karena tadi Randy berjanji akan menelponnya, jika Dara sudah sampai rumah.Sesampainya di rumah, Dara memasuki kamarnya dan bergegas untuk segera mandi. Selesai mandi Dara memakai baju terusan sebatas paha tanpa lengan dan berdada rendah, Dara juga merias wajahnya dengan make up natural.Dara mengambil ponselnya, dan mengirimkan pesan pada Randy bahwa saat ini dia sudah berada di rumah. Tak berapa lama setelah pesan yang Dara ketik sudah terkirim dan terbaca oleh Randy, ponselnya pun berdering menandakan ada panggilan masuk, Dara segera menerima dan mengeser tombol hijau pada ponselnya."Hallo, Assalamu'alaikum." Ucap Dara saat panggilan telpon sudah tersambung. Uh suara Dara kok? Terdengar sangat seksi ya, di telingga Randy. Bikin Randy jadi pengen cepat-cepat pulang aja rasanya
Sesampainya di rumah kedua orang tuanya, Dara turun dari taksi yang di tumpanginya dan melangkah berjalan menuju pintu rumah. Dara mengetok pintu dan mengucapkan salam."Assalamu'alaikum," kata Dara sambil mengetok pintu."Walaikumsalam," terdengar sahutan dari dalam, dan tak berapa lama pintu pun terbuka."Oalah, Non Dara. Mari masuk Non!" Kata Bik Sari, Asisten rumah tangga di kediaman orang tuanya."Iya, Bik. Terima kasih!" Ucap Dara, lalu ia pun berjalan masuk ke dalam rumah."Bunda sama Ayah, mana, bik?" "Ada Non, di belakang lagi kasih makan ikan di kolam," sahut bik Sari."Oh, ya udah. Dara ke belakang dulu kalo begitu." "Eh, ini Bik. Tolong bawa ke dapur ya," Dara memberikan dua kantong plastik yang berisi buah-buahan. Tadi di tengah jalan Dara mampir ke toko buah dulu sebentar, ia membeli beberapa macam buah yang sering di konsumsi orang tuanya."Iya, Non." Bik Sari mengambil kantong plastik tersebut dan segera membawanya ke da
Usai menyelesaikan sarapannya, Dara berniat kembali ke kamarnya."Yah, Bun, Dari balik ke kamar, ya!" Pamit Dara pada ayah dan bundanya."Ya, kok masuk kamar lagi?" Tanya Bunda"Dara ngantuk, Bun," sahut Dara"Kamu ini gimana, sih? Biasanya gak pernah begadang kok sekarang udah ngantuk aja.""Bunda kayak gak tahu aja, paling dia abis begadang telponan sama suaminya," timpal ayah.Boro-boro telponan, nomornya aja gak aktif, batin Dara."Udah ah, Dara ke kamar, ya!" Dara sudah akan berdiri dari duduknya, tetapi Bunda sudah bicara lagi."Kamu jangan di kamar terus dong, ikut bunda aja yuk ke arisan!" Dara memutar bola matanya, malas banget mesti ngumpul sama ibu-ibu teman arisan mamanya, pasti nanti ujung-ujungnya di sana dia bakal jadi bahan ghibah ibu-ibu arisan, mending dia tidur di rumah."Gak ah, Dara ngantuk, bye!" Dara langsung berjalan memasuki kamarnya dan tak menghiraukan panggilan bundanya. Mata Dara benar-benar mengan