Share

Chapter 2

Kamini tampak duduk dengan tidak tenang dan gelisah. Ia memalingkan wajahnya dalam diam menghadap keluar jendela. Limosin yang ditumpanginya seperti bergerak lambat, rupanya kediaman sang suami sangat jauh.

"Tenang saja kamu tidak akan tinggal satu atap dengan saya. Kamu akan tinggal di paviliun belakang. Jadi kau tak perlu repot-repot mengurus saya. Jika saya memerlukanmu saya yang akan datang ke sana. Mengerti?" terang Direndra yang sedari tadi memperhatikan Kamini yang duduk di depannya. Ia tidak tahan dengan aksi diam gadis belia yang sekarang sudah resmi menjadi istri sirinya tersebut.

Kamini mengalihkan pandangannya menatap sepasang suami istri yang duduk di depannya itu.

"Lalu apa yang harus saya lakukan saat anda tidak datang tuan?"

"Kamu bisa membantu para pelayan di rumah. Toh itu yang selama ini kamu lakukan bukan. Jika nanti orang tua saya bertanya, bilang kamu yang meminta tinggal terpisah. Jelas?!"

Bagus, ternyata aku dinikahi benar-benar hanya untuk menjadi ibu pengganti. Dan diperlakukan seperti pembantu? Baiklah aku pasti bisa !! Setidaknya tidak setiap hari akan bertatap muka dengan pria sedingin ini.

"Tentu baiklah." Kamini mengangguk. Ia tentu sedikit terhibur dengan pemikirannya sendiri.

"Tetapi ingat jika di hadapan mertua kita, kamu harus berpakaian yang baik dan jangan mengerjakan pekerjaan rumah mengerti kamu?" ujar Yolanda ketus.

Ternyata wanita ini tak sebaik penampilannya. Tentu saja mungkin ia menaruh cemburu karena harus berbagi suami dengan wanita lain. Jangankan cantik, wajah Kamini bisa dikatakan biasa saja. Sebenarnya ia cantik tetapi tertutup oleh wajahnya yang sedikit berjerawat akibat sisa-sisa akhir masa remajanya dengan kulitnya yang kuning Langsat dan berkacamata tebal.

Ia juga sempat tadi melihat sang suami melihatnya dengan raut wajah sedikit jijik. Apakah memang begitu atau hanya perasaan Kamini saja? Yang jelas perbedaan antara Yolanda yang terawatt dan dirinya sangat terlihat.

***

Tak terasa mobil sudah memasuki halaman rumah yang seperti istana dalam dongeng yang sering ia bacakan pada anak-anak TK di perkebunan. Tanpa berkata-kata ia segera turun sesaat setelah sang sopir membukakan pintunya.

Ia mengedarkan pandangannya menatap keliling halaman depan rumah itu yang ternyata juga dijaga sangat ketat oleh beberapa orang berseragam hitam.

Tepukan di bahunya mengagetkannya. Ia pun menoleh berhadapan dengan sang ibu mertua bernama Tania yang saat ini menatapnya lembut.

"Ayo ikut bunda, bunda sudah siapkan orang untuk merubah penampilanmu." Ternyata mereka sudah mempersiapkan semuanya. Kamini menduga Yolanda pasti yang merencanakan semuanya.

"Emangnya teh kenapa dengan penampilan saya ya bunda?" Kamini bingung ia merasa baik-baik saya yah memang bajunya sangat sederhana dibandingkan mereka yang berada di rumah ini.

Bahkan pakaian para pelayan di sini lebih bagus dari miliknya. Tetapi dia memiliki beberapa pakaian bagus yang diberikan oleh Almira dan Anulika. Bukan berarti Kamini tidak bisa membeli baju bermerk tetapi ia tahu usaha yang sedang ia rintis memerlukan biaya yang tidak sedikit dan ia jelas tidak ingin gegabah menghamburkan tabungannya.

***

"Kamu mirip sekali dengan temanku sewaktu muda dulu. Tapi sekarang dia tinggal dengan keluarganya di Australia," ujar Burhan Ekadanta.

Kamini tersenyum, "Masa iya, Ami mah orang miskin. Teman ayah tuan pasti orang kaya. Mana mungkin teh mirip," jawabnya lugu.

Mereka sekarang telah duduk di ruang keluarga. Burhan terbahak mendengar celoteh Kamini, ia sungguh terhibur dengan kehadiran sosok gadis ini. Lugu dan polos tetapi Burhan tahu Kamini juga gadis yang pintar. Perbincangan singkat dengan Sudarwanto sang ayah tadi saja, Burhan sudah bisa memahaminya. Tak salah jika Burhan mengijinkan sang putra sulung untuk menikah kedua kalinya.

"Kamu tahu di dunia ini banyak orang yang terlahir mirip di seluruh belahan dunia lho," kata Burhan.

Sebelum Kamini membalas ucapan Burhan, Tania datang dari arah dalam kemudian menggandeng tangan Kamini membimbingnya bangkit dan mengajaknya ke ruang favoritnya. Tetapi sebelumnya ia menatap sang putra dan istrinya.

"Bunda pinjam Kamini sebentar ya? Kamu belum ingin malam pertama bukan?"

Direndra mengangguk, "Tentu Bun, silahkan lakukan sesuka Bunda," jawabnya cuek.

Yolanda terlihat kaku dan mengepalkan tangannya mendengar perkataan sang ibu mertua. Ia tampak tidak senang sang ibu mertua menaruh perhatian lebih kepada madunya.

"Ayok sayang kita perawatan dulu," ajak Tania.

Kamini dengan patuh mengikuti langkah Tania menuju ruang perawatan yang ia maksud, di sana sudah ada beberapa orang terapis yang akan memanjakan tubuhnya dan benar saja dari ujung rambut sampai kakinya sudah mendapatkan perawatan secara menyeluruh selama lima jam.

"Sayang, oh wow cantik sekali kamu," pekik Tania takjub dengan perubahan diri Kamini.

Kamini yang sedari tadi tidak melihat kaca terbengong dengan perkataan Tania.

"Eh, nanti kamu tidur di kamar sebelah kamar bunda ya?"

Kamini kemudian teringat dengan perkataan Direndra dan sang istri di mobil tadi, kemudian berujar dengan sangat hati-hati agar tidak menyinggung perasaan mertuanya yang baik ini.

"Bunda boleh tidak kalau Ami tinggal terpisah gitu?"

Tania dengan raut wajah sendu menangkup kedua pipi menantunya, "Kenapa? Kamu pasti merasa nggak enak hati ya karena ada madumu? Ya udah deh nggak apa. Nanti kamu tinggal di paviliun samping. Biar bunda bujuk ayah ya."

Kamini merasa lega untungnya tidak perlu banyak usaha untuk membujuk sang mertua. Ia pun pasti tidak merasa nyaman tinggal satu atap dengan kedua orang ketus tersebut. Yolanda yang ia pikir orang baik ternyata aslinya galak.

Setelah selesai makan malam Kamini undur diri kembali ke paviliun dan Yolanda masuk ke kamar tidur sedangkan Dirandra ke ruang kerjanya, ia berdalih ada beberapa berkas yang harus ia selesaikan terlebih dahulu malam ini, saat kedua orang tuanya menyinggung tentang malam pertama pernikahan keduanya dengan Kamini.

Setelah beberapa waktu berselang, Dirandra mendesah dan menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya, ia tak bisa berkonsentrasi karena terbayang wajah polos Kamini. Ia merasa tak enak hati terhadap gadis itu, gadis yang pernah menolong dirinya saat ia terserempet mobil dengan pengendara yang sedang mabuk dua tahun yang lalu. Dirandra teringat jika saja Kamini tidak menarik lengannya ke pinggir trotoar Ia pasti tidak akan tertolong. Sekarang ia sendiri yang menarik gadis itu dalam lingkaran masalahnya.

Sudut bibirnya naik membentuk garis tipis, gadis itu dapat dengan mudah melupakannya, padahal sejak hari naas itu padahal tak sedetikpun Dirandra melupakan Kamini. Apa sih yang diinginkan Dirandra? kenapa ia harus tersinggung jika Kamini tidak mengingat dirinya?

Ingat Dirandra kau pria beristri! Tegur hati nuraninya.

Dirandra menyugar rambutnya kasar dan meminum air jahe hangat yang tadi dibikinkan oleh Kamini sebelum ia kembali ke paviliun. Dirandra menghabiskan minumannya, ia merasa bersemangat. Persetan dengan semuanya yang terpenting ia akan segera memiliki anak. Yolanda yang sudah ia nikahi selama lima tahun ini sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan padahal ia rutin berhubungan intim.

Jika saja ia tidak mengenali Kamini, tentu saja ia tidak akan menuruti permintaan konyol Yolanda ini. Dirandra sudah sangat ingin memiliki anak, tetapi sebelum ia melakukan dengan Kamini ia ingin memesrai Yolanda terlebih dahulu karena dalam pikirannya. Jika saat ia nanti menyentuh Kamini, rasa dan tubuh Yolandalah yang akan ia bayangkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status