Share

Chapter 5

Sementara itu, Kamini yang berada di dalam kamar mandi setelah menyikat gigi dan mencium kedua ketiaknya untuk memastikan jika keduanya tidak berbau yang tidak sedap, kemudian menurunkan celana dalamnya dan duduk di atas closet untuk buang air kecil bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Kamini tersentak dengan pandangan Dirandra yang telah bertelanjang bulat di depannya dengan tubuh yang terpahat sempurna, seperti patung dewa Yunani yang sering di lihat Kamini di televisi milik bunda Mimi.

Kamini masih terpaku dengan wajah polosnya bibirnya sampai terbuka, tak sadar ia menelan salivanya dengan susah payah jika tidak sudah dipastikan rahangnya akan terlepas dari tepatnya, begitu pikirnya. Ia masih menatap Dirandra dari ujung kepala sampai ujung kaki kemudian menunduk dan berkonsentrasi menyelesaikan buang hajatnya.

Tak disangka tanpa malu Dirandra berlutut di depannya mengulurkan kedua tangannya membelai lutut Kamini dan melepaskan celana dalamnya yang sudah ia turunkan sebatas lutut tadi. Dengan segera ia mencengkram kedua pergelangan tangan Dirandra mencegah pria itu melakukannya.

Kamini menggeleng. "Jangan Tuan Ami malu. Tuan tunggu di luar sana."

Dirandra menghentikan gerakan tangannya tapi jari jemarinya mengusap lutut Kamini. Dan ia mendongak menatap kedua manik mata coklat terang milik Kamini. Ia tak menyadari tanpa kacamata wajah istri mudanya ini sangat cantik dengan manik mata cerah sebening champaigne.

Kamini yang merasakan kantung kemihnya sudah penuh dan tak tertahankan akhirnya memberanikan diri mengulurkan kedua tangannya mendorong bahu Dirandra untuk menjauh darinya.

"Tuan, Ami udah kebelet banget ini. Tunggu di luar ya?" pintanya dengan wajah memelas.

Dirandra bangkit setelah menghembuskan nafas kasar persis di depan wajah Kamini.

"Baiklah aku tunggu, jangan lama-lama. Ada dokumen yang harus kamu tanda tangani," ujar Dirandra dengan wajah yang sudah kembali datar.

Dirandra berbalik dan keluar dari kamar mandi tanpa menutupnya kembali.

Kamini mendesah lega walaupun sebenarnya ia merasa malu karena pintu tidak tertutup dengan rapat.

Kamini lantas keluar begitu selesai dengan kegiatannya dan menghampiri Dirandra yang sudah kembali ke tempatnya semula. Tak sengaja matanya melihat dokumen dengan map biru yang berada di atas nakas dekat dengan Dirandra berada. Map yang tampaknya tidak sempat ia perhatikan tadi sewaktu masuk ke  kamar.

Dirandra tak mengalihkan pandangannya dari Kamini, sejak gadis itu keluar dari kamar mandi. Ia memperhatikan arah pandang Kamini dan tersenyum sinis. Dirandra kemudian menepuk tepi tempat tidur disebelahnya.

"Duduk sini," perintahnya.

Kamini tanpa banyak bicara kemudian mendudukkan diri di tempat yang Dirandra maksud.

Dirandra mengambil map biru tersebut dan mengulurkan kepada Kamini.

"Buka dan tanda tangani persis di atas materainya. Kamu bisa tanda tangan bukan?" tanya Dirandra.

"Bisa," jawab Kamini sembari menganggukkan kepalanya.

Kamini menerima map yang dimaksud kemudian membukanya dan membaca sebentar isi surat tersebut. Ternyata isinya adalah perjanjian jika nantinya anak yang diinginkan oleh Diandra telah lahir dan saat bayi tersebut berusia dua bulan Kamini harus segera meninggalkan rumah itu dan otomatis Dirandra sudah menjatuhkan talak pertama untuknya. Dirandra beserta istrinya akan memberikan kompensasi sebesar dua milyar rupiah untuk Kamini. Dikemudian hari pun Kamini tidak boleh menampakkan diri kepada anak tersebut.

Kamini menggigiti bibir bawahnya saat membacanya, seketika ulu hatinya terasa sakit dan detak jantungnya terasa pelan dan berat sesak sekali rasa dadanya.

Dirandra memperhatikan raut wajah Kamini yang mulai pucat padahal tadi sudah merona dan ia yakin itu karena ulahnya. Dirandra mulai cemas jika gadis ini akan mengundurkan diri dan berubah pikiran untuk mengandung anaknya. Itu tidak bisa terjadi bukan? Ia telah membiarkan uang muka untuk biaya operasi ayah Kamini. Deru nafas Dirandra semakin cepat dan berat, ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. Bagaimanapun caranya Kamini harus mengandung dan melahirkan anak baginya. Dirandra menelan salivanya kasar, tangannya terulur dan mencengkeram lengan atas Kamini.

"Cepat tanda tangani," ujarnya tegas dengan nada tidak sabar. Mata setajam elangnya menghunus tepat di manik mata Kamini yang menoleh kepadanya.

Mata Kamini sudah berkaca-kaca ia tak mampu menahan rasa harunya jika nantinya akan meninggalkan darah dagingnya di sini.

Sedih …. Demi Tuhan aku tak butuh semua uang kompensasi ini.

kamini akan melakukan tugasnya dan semoga saja semesta mengampuni apa yang akan ia lakukan nanti.

Dengan gemetar ia mengambil pena yang terselip di tengah map dan segera menanda tangani dua rangkap ternyata. Satu untuknya dan satu lagi untuk Dirandra, di sana sudah tertera tanda tangan Dirandra, Yolanda dan tanda tangan pengacara Dirandra; Hendra Santosa, SH.

Dirandra segera merebut map tersebut dan menaruhnya sembarangan di atas nakas.

Kamini yang terkejut karena tindakan Dirandra hanya terdiam terpaku. Ia memandang lekat-lekat wajah Dirandra pria yang akan menghancurkan hidupnya. Kamini bukan gadis bodoh secara tidak langsung ia seperti dijual oleh sang bibi. Ia tahu karena Yolanda dengan uang yang dimilikinya sangat berhasil menarik hati bibinya terlebih dengan sialnya, sang ayah juga sedang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jika saja ia memiliki uang sebanyak itu, tentu ia tidak akan melakukan semua ini.

Kamini tentu saja ingin menikah dengan pria yang ia cintai dengan sepenuh hati. sekelebat bayangan seorang pria muda terbit dalam benaknya, tetapi setiap ia berusaha mengingatnya kepalanya tiba-tiba terasa nyeri sekali dan kadang rasanya sungguh tidak tertahankan.

Raut wajah Dirandra menggelap penuh nafsu birahi dan entah apa lagi Kamini tidak paham seperti kemarahan yang tertahan. Dirandra menggapai tubuh Kami ni dan melepaskan dasternya melewati kepala dengan sekali sentakan. Dirandra tentu melakukannya dengan nafsu saja tidak ada cinta di antara mereka, benar begitu bukan? Rasanya lebih baik begitu.

Kamini reflek menutupi payudaranya yang sudah tidak tertutup bra. Kamini sudah terlentang diatas ranjang.

Dirandra mengulurkan tangannya, membuka kedua tangan Kamini yang menutupi dadanya dan terpaku dikedua sisi kepala Kamini dengan kedua tangan Dirandra yang menguncinya ketat.

Dirandra menggeser tubuhnya membungkuk di atas Kamini seraya menatap tajam. Satu lututnya membuka paksa kaki Kamini untuk terbuka. Dirandra menundukkan wajah dan merendahkan tubuhnya bertumpu dengan kedua lengan atasnya. Dirandra mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kamini. Jari jemarinya dengan Kamini sudah menyatu.

Kamini terkesiap saat merasakan bukti gairah Dirandra menekan pinggulnya yang untungnya masih tertutup celana dalam yang tadi hampir dilepas oleh Dirandra.

"Aku tidak akan membiarkanmu berubah pikiran, malam ini juga aku akan memilikimu," ujar Dirandra tegas, ia menundukkan wajahnya memiringkan sedikit ke kiri wajahnya dan melumat bibir Kamini dengan penuh tuntutan dan tekanan menunjukkan dominasinya.

Tangan Kamini reflek terulur mencengkram kedua lengan atas Dirandra. Tangan Dirandra menyusup di bawah leher Kamini menahan tengkuknya sedangkan tangannya yang sebelah lagi turun ke bawah bersama dengan kakinya memaksa membuka lebar kaki Kamini dan jari Dirandra menyusup ke balik celana dalam Kamini.

Jarinya membuka belahan inti Kamini mencari sumber kenikmatannya membelai dan menekan hingga terasa inti tubuh Kamini menghangat dan mengeluarkan sedikit cairan. Seketika Dirandra bangkit duduk di antara kaki Kamini dan meraih celana dalam Kamini dan melepaskannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status