Asoka merogoh kantong celananya dan memeriksa pesan dari Kenzo.
Abang Kenzo: “Dek, Abang nggak bisa jemput karena ban motor pecah nih. Untung ketahuan tadi pas Abang beli nasi padang. Kamu dijemput Janu saja ya?”
Asoka: “Nggak usah Bang, Asoka naik ojek saja. Abang Janu masih ada pertandingan basket katanya.”<
"Bunda Mimi. Saya sudah selesai beberes, boleh pulang?" tanya Kamini seraya meletakkan mangkuk terakhir cuciannya di dapur.Almira membalikkan badan seraya menyerahkan bungkusan untuk di bawa pulang oleh Kamini.
Kamini tampak duduk dengan tidak tenang dan gelisah. Ia memalingkan wajahnya dalam diam menghadap keluar jendela. Limosin yang ditumpanginya seperti bergerak lambat, rupanya kediaman sang suami sangat jauh."Tenang saja kamu tidak akan tinggal satu atap dengan saya. Kamu akan tinggal di paviliun belakang. Jadi kau tak perlu repot-repot mengurus saya. Jika
Dirandra bergegas ke dalam kamar tidurnya, ia mendapati istrinya sudah menunggu di atas ranjang dengan pose yang mengundang. Dirandra mengunci pintu dan berjalan mendekati kaki ranjang dengan pandangan matanya menatap tubuh istrinya yang molek berbalut lingerie biru laut pemberiannya. Dengan ukuran dadanya yang besar membuat belahan indah itu terlihat dengan sempurna.Yolanda tersenyum menggoda dan mengulurkan tangannya, Dirandra merendahkan tubuhnya mengecup sekilas bibir Yolanda ke
Kamini merasa tubuhnya bergetar gugup saat merasakan bukti gairah Dirandra menekan pantatnya. Kedua tangannya mencengkeram toples kaca itu erat-erat sejak Dirandra memberikan padanya tadi."Tuan bisa mundur sedikit?" cicitnya. Suaranya nyaris seperti bisikan hampir tak terdengar. Kamini gugup luar biasa ia belum pernah sedekat ini dengan seorang pria. Terlebih seorang pria dewasa seperti Dirandra yang berbeda sepuluh tahun darinya. Dari mana ia tahu perbedaan usianya dengan sang suami karen
Sementara itu, Kamini yang berada di dalam kamar mandi setelah menyikat gigi dan mencium kedua ketiaknya untuk memastikan jika keduanya tidak berbau yang tidak sedap, kemudian menurunkan celana dalamnya dan duduk di atas closet untuk buang air kecil bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Kamini tersentak dengan pandangan Dirandra yang telah bertelanjang bulat di depannya dengan tubuh yang terpahat sempurna, seperti patung dewa Yunani yang sering di lihat Kamini di televisi milik bunda Mimi.
Kamini yang masih terbuai dengan ciuman Dirandra masih memejamkan mata dan terdiam tak bergerak. Seolah ia pasrah dengan apa yang akan diperbuat oleh Dirandra.Ingat ..., Ami semua demi Abah.Tak terasa air mata mengalir dikedua sudut matanya ia teringat jika hanya tinggal sang ayah dan keluarga bibinya saja yang ia punya. Ibunya
Kamini kembali menunduk, Dirandra memegangi dagunya menengadahkan wajah Kamini. Dirandra menundukkan kepala dan melumat bibir Kamini dengan ciuman yang dalam dan intens. Kembali ia mengangkat tubuh Kamini agar kakinya melingkar di pinggangnya. Kemudian menyandarkan tubuh Kamini di dinding bilik shower dan kembali memasukinya.Kamini mengalungkan kedua tangannya di leher Diandra. Diandra dengan gemas mencumbu leher dan bahu Kamini dan bahkan sampai didada, perut dan pangkal pahanya tak luput dari jejak bibirnya.
"Mbak Kamini!"Kamini menoleh dan tersenyum kepada Sardi. Ia berjalan menghampiri Sardi yang sedang memangkas rumput di sebelah ayunan."Iya Kang, eh kenalan dulu atuh, saya teh Kamini panggil aja Ami. Ami mah gadis desa juga nggak usah dipanggil Mbak,” ujar Kamini dengan malu-malu dan mengulurkan tangannya.