Share

Bab 16 Terlalu Baik Padamu

Mark Tremont mencubit dagu Arianne. Nada suaranya datar dan terkesan memerintah. "Kembalilah ke sekolah jika kau telah benar-benar pulih dan sehat. Berhenti meminta belas kasihan dari kondisimu yang terlihat lemah!”

Habis kesabaran Arianne dan ia mencoba bangun. “Tidak…”

Terdiam, Mark Tremont menatap dia seakan melarang.

Arianne menggigit bibirnya sendiri. Merasa tegang, suaranya terdengar gemetar. “Aku akan giat belajar dan mengembalikan semua hutang-hutangku padamu setelah aku bisa mencari uang nanti. Aku berterima kasih karena kau telah menjagaku selama sepuluh tahun. Aku akan pindah sesegera mungkin setelah aku mulai magang.”

Kebenaran terbongkar. Dia tidak pernah percaya untuk bergantung pada Mark seumur hidupnya. Dia telah berhutang terlalu banyak, dan tidak ingin terus-menerus berhutang budi.

Mark Tremont tertawa tiba-tiba. Senyumannya terlihat seperti bulan di kejauhan, tidak bisa diraih dan dicapai, serta juga tidak ramah. “Aku beritahu padamu sekarang kalau begitu. Jangan pernah berpikir untuk pergi sekalipun!”

Jantung Arianne terasa tercekat. Untuk pertama kali, dia menatap langsung matanya tanpa bergeming.

“Tidakkah aku mengingatkanmu pada orang tuamu yang sudah meninggal setiap kau melihatku? Mengapa kau terus menahan orang sepertiku di sisimu? Aku akan membayar hutangku padamu, dengan semua yang ku punya, aku akan mengembalikan semuanya dengan nyawaku, dengan caraku!”

Nafas Mark Tremont tertahan sesaat seiring tatapannya berubah sedikit lebih gelap.

Arianne Wynn telah selalu berperilaku baik selama yang dia ingat, tidak sekalipun berani menolak keinginannya. Dia telah mengabaikan kenyataan bahwa gadis ini telah tumbuh besar, kenyataan bahwa dia mungkin berubah. Keinginan kuatnya suatu hari akan menjadi benteng yang melindungi dirinya dari Mark, mungkin bahkan menjadi pedang yang terhunus ke arahnya.

Mereka saling berhadapan dengan tatapan dalam. Setelah sesaat berlalu, jari-jari panjang Mark Tremont melonggarkan dasi yang ia kenakan sebelum dia menanggalkan jas dan melemparkan sembarang di atas karpet.

“Hutangmu padaku, tidak akan mampu kau bayar seumur hidupmu. Aku sudah terlalu baik padamu.”

Menyadari apa yang akan Mark lakukan, reaksi Arianne seketika adalah untuk kabur.

Tepat saat dia bangkit dari tempat tidur, tangan besar Mark Tremont mendorong dirinya kembali terduduk. Dia lalu tertahan oleh tubuh besarnya.

Terbalut dalam aroma Mark Tremont, pikiran Arianne berkelana kesana kemari. Dia menempatkan tangannya di depan dadanya, memohon dengan suara bergetar, “Jangan…”

Tak bergeming, Mark Tremont menahan kedua tangan Arianne diatas kepalanya dan dengan cekatan mengikatnya dengan dasi yang iya tanggalkan.

Saat Mark teringat tentang betapa besarnya keinginan Arianne untuk membuat batas di antara semuanya, seakan ada awan gelap menyelimuti ekspresi Mark Tremont sebelum dia menyematkan tangannya untuk menutup mulut Arianne.

Kecupannya begitu agresif, melahap sedikit demi sedikit ketahanan Arianne, dan membuatnya menyerah sepenuhnya.

Merasakan sensasi dingin yang membuat bulu kuduk merinding di seluruh tubuhnya, Arianne Wynn membalikan tubuhnya dengan panik. Setiap saat telapak tangan Mark Tremont menyentuhnya, terasa seperti kulitnya terbakar. Ketika dia menyadari bahwa dia tidak dapat melarikan diri, dia berhenti bergeliat. Tatapannya menjadi kosong saat dia membiarkan Mark melakukan apa yang ia mau.

Mark Tremont menghentikan aksinya. Dia melihat ke arah Arianne dan dia menyadari terhentinya perlawanan dari orang di bawahnya secara tiba-tiba, seakan dia ingin melihat melalui matanya. Menangkap tatapan kosong dari mata Arianne, Mark menjauh dan berseru, “Keluar!”

Mata sayu Arianne perlahan kembali fokus saat dia memeluk kuat baju-bajunya dan bergegas keluar kamar sebelum dia dapat memahami perubahan pikiran Mark tiba-tiba.

Setelah pintu tertutup di belakangnya, terdengar suara benda-benda berjatuhan dari dalam. Gemetar, Arianne kembali ke kamarnya.

Selama sore hari itu, tidak terdengar suara apapun dari kamar disamping kamar Arianne. Waktu telah menunjukan pukul tujuh malam saat mobil Mark Tremont meninggalkan kediaman keluarga Tremont.

Meskipun Mark Tremont tidak benar-benar menghukumnya, Henry, sang kepala pelayan, memberitahu Arianne bahwa ia perlu beristirahat beberapa hari di rumah.

Betapapun enggannya Arianne, dia hanya dapat mematuhinya karena dia tidak cukup berani untuk menantang Mark kali ini.

Selang beberapa hari, Arianne akhirnya kembali bersekolah setelah mendapatkan kebebasannya. Tiffany Lane tak berhenti berbicara sambil menggandengnya. “Kau tidak tahu betapa takutnya aku hari itu! Apa kau baik-baik saja sekarang? Apa kau tahu bahwa banyak orang begitu iri saat mereka melihat Mark Tremont membopongmu ke rumah sakit saat itu? Dia begitu baik dan sangat lembut. Aku akhirnya paham mengapa banyak orang yang menggandrunginya.”

“Sejujurnya, dia sangat tampan! Jika aku dapat mendekatinya, aku akan senang, bahkan jika itu membuatku mati setelahnya! Dan juga, guru kita dipecat karena kejadian itu! Kita dapat melihat Mark Tremont lagi untuk acara kampus! Aku sangat gembira!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status