Share

6. Hamster Kecilku

       Saat ini, Kaira sedang menjadi perbincangan hangat di forum kantor. Mereka mengira bahwa Kaira menjadi simpanan Jay, atau yang lebih keterlaluan lagi adalah, mereka mengatakan, Kaira menggoda Jay, yang statusnya adalah pemilik perusahaan yang baru.

     Seperti yang mereka tahu, rumor Jay sudah menikah telah menyebar. Jay menggendong Kaira, tepat di hari pertamanya masuk ke dalam kantor. Sehingga fakta-fakta seperti itu, menggiring opini buruk tanpa mereka tahu, siapa Istri Jay yang sebenarnya.

   Kaira tidak menanggapi hal semacam itu dengan serius, tapi sebaliknya, Jay menyelidiki sumber yang memulai untuk memecah belah beberapa pihak yang damai.

   Kaira masuk kerja seperti hari-hari biasanya, dan tidak menghiraukan pandangan orang lain yang melihatnya dengan tatapan jijik.

"Kalau aku, meskipun miskin sekalipun, tidak akan menggoda bos besar yang beristri."

"Keterlaluan sekali. Padahal Kaira juga seorang wanita, bisa-bisanya dia menjadi simpanan dari suami wanita lain."

"Harga dirinya mana? Sudah hangus?"

"Karyawan rendahan yang tidak memiliki rasa malu. Dia merasa bangga bisa naik ke atas ranjang bosnya."

"Pantas saja selama ini tidak pernah dekat dengan seorang pria manapun. Seleranya tinggi."

"Wanita gampangan seperti itu, pasti semuanya karena uang!"

"Kenapa dia masih masuk kerja? Bukankah dengan telentang saja di atas ranjang, pasti banyak bos yang mau menghamburkan uangnya?"

    Cuitan pedas, sangat menusuk hati Kaira. Tapi, siapalah Kaira? Menjelaskan juga tidak mungkin bisa membuat mereka langsung mempercayainya.

"Kalau tidak mengumumkan aku adalah Istrimu, setidaknya jangan mengumbar kedekatan denganku," batin Kaira dengan kesal.

"Kai, jangan dengarkan mereka. Kamu fokus saja dengan pekerjaanmu selama apa yang mereka bicarakan adalah sesuatu yang tidak benar," Lily menutup telinga Kaira dengan kedua tangannya.

"Iya! Aku sedang belajar untuk tidak menghiraukan apapun," jawab Kaira.

"Jangan dulu membuka forum kantor, atau membuka grup tim kita," Kaira menghela nafasnya dalam-dalam. 

"Benar kata Lily, aku hanya harus melakukan satu hal, yaitu membuang semua cemooh itu," batin Kaira.

"Apa perusahaan menggaji kalian hanya untuk berkumpul dan mengurusi orang lain?" teriakan Jay menunjukan rasa marah karena karyawannya tengah asyik dengan urusan orang lain.

   Mereka yang berkumpul dan bergosip bubar. Jay mulai memasuki ruangan kerja Kaira dan ingin membahas masalah kehebohan yang sedang terjadi karena hingga detik ini, Jay lupa untuk meminta nomor Kaira.

"Suami Istri yang aneh. Nomor ponsel saja tidak punya," batin Jay.

   Jay melangkah tanpa menimbulkan suara, sehingga Kaira dan Lily masih melanjutkan perbincangan mereka. Jay tidak menyapa Kaira dan mendengarkan pembicaraan Kaira dengan Lily.

"Kenapa juga waktu itu Predir menggendongmu?" tanya Lily.

"Waktu itu kakiku luka," jawab Kaira.

"Harusnya dia membuat pesta atau setidaknya acara makan-makan bersama Istrinya dan penghuni kantor ini."

"Untuk apa?" tanya Kaira.

"Untuk menjelaskan kalau kau bukan wanita simpanannya. Kalau misal kau istrinya, apa yang kau ingin dia lakukan?" tanya Lily.

"Pertanyaanmu bagus Lily, aku akan menambahkan bonus bulan ini untukmu," batin Jay.

"Aku? Kalau aku jadi Istrinya, tentu saja aku ingin di akui," jawab Kaira.

DEG... DEG... DEG...

"Ternyata keinginan dia sesederhana itu? Tapi aku tidak menjaga jarak darinya di kantor, apa pengakuan seperti itu tidak cukup?" batin Jay.

   Kaira terdiam. Lily juga terdiam. Jay sedari tadi di belakang mereka juga diam. Keadaan menjadi kehing sesaat.

"Seorang Istri, pasti bahagia kalau Suaminya mengakui status pernikahan mereka. Mau alasan apapun yang membuat mereka menikah, atau mau sebeda apapun derajat, bibit, bebet dan bobotnya, sebagai suami istri harus saling mengakui," imbuhnya.

"Iya, kau benar!" jawab Lily.

   Jay kembali ke ruangannya diam-diam. Merenungkan kata-kata yang keluar dari bibir Kaira. Kata-kata yang memiliki sebuah makna. Jay duduk menghadap laptopnya.

"Apa cari tahu saja, caranya membahagiakan seorang istri? Atau sesuai keinginan dia, aku siapkan pesta untuk mengakuinya?" batin Jay.

***

   Seperti hari kemarin, Jay menunggu Kaira untuk pulang bersama di luar kantor. Kaira sudah masuk ke dalam mobil, dengan membawa sebungkus roti di tangannya.

"Kamu belum makan?" tanya Jay.

"Aku tidak sempat makan," jawab Kaira.

"Kau di bully?"

"Siapa yang bilang?"

"Kai, ada yang ingin ku diskusikan denganmu."

"Silahkan saja."

"Wanita itu suka tema yang seperti apa untuk sebuah pesta pernikahan?" tanya Jay.

"Wanita itu? Apa Keysana sudah kembali?" batin Kaira.

   Kaira tidak langsung menjawabnya dan memilih untuk langsung mengecek ponselnya. Tidak ada pesan, tidak ada sebuah panggilan masuk dari Keysana.

"Kenapa Key tidak menghubungiku kalau dia sudah kembali?" batin Kaira.

   Ada sesuatu yang terasa menusuk dada hingga tembus ke organ vital. Rasa sakit, pedih, sedih, kecewa, menjadi satu di hatinya. Kaira menatap wajah Jay sejenak lalu menunduk kembali.

"Kalau dia mau membuat pesta pernikahannya denganku, harusnya dia bertanya apa yang aku sukai atau apa yang aku inginkan untuk tema pernikahan, bukan mengibaratkan kata wanita," batin Kaira.

"Kai, apa kau mendengarku?"

"Iya. Tema yang bagus menurutku sederhana tapi terlihat mewah," jawab Kaira.

"Aku akan merepotkanmu untuk hal ini. Apa kau bisa membantuku?" tanya Jay.

"Iya!" jawab Kaira begitu singkat.

"Aku hanya ingin memberimu sebuah kejutan. Aku tidak akan menyia-nyiakan wanita sepertimu," batin Jay.

***

   Kaira keluar dari mobil, masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Jay untuk berjalan bersamanya. Kaira langsung masuk ke dalam kamar, mandi dan membaringkan tubuhnya yang begitu lelah.

   Jay menunggu Kaira di lantai bawah. Makanan sudah hampir dingin tapi Kaira tidak kunjung keluar dari kamar. 

"Dia kemana? Bukannya dia belum makan? Kenapa tidak turun?" batin Jay.

   Jay menyusul Kaira. Kaira sudah tidur dengan membawa rasa lapar dalam mimpinya. Tangan Jay mengusap lembut kepala Kaira.

"Hamster kecilku, selamat tidur!" Jay mencium kening Kaira.

"Aku akan makan setelah kau bangun. Ada yang aku urus di ruang kerja," bisik Jay.

***

   KEESOKAN PAGINYA...

     Kaira seperti menghindari Jay, karena sebelum Jay bangun, Kaira sudah berangkat ke Kantor. Jay tidak tahu dan tidak mnegerti apa yang membuat Kaira menjauhinya.

    Pagi-pagi buta, Kaira sudah berada di kantor. Meja kerja begitu kotor karena ulah karyawan lain. Kaira membersihkankan sebelum menggunakannya untuk bekerja. Kertas cemooh berserakan di atas mejany.

TRINGGG

"KAI, KAU SEDANG MENGHINDARIKU?"

       Kaira membuka pesan di ponselnya yang baru saja mendaparkan sebuah pesan. Pesan dari nomor baru. Dari gaya bahasa dan tutur katanya, sudah jelas pesan itu dari Jay. Kaira hanya menjawabnya satu kata 'TIDAK'.

"Jangan meluluhkan hatiku kalau kau berniat bersama Keysana. Hal ini yang mengganjal di hatiku. Hal ini juga yang membuat tidak ingin menikmati hidupku yang hanya sementara karena semua yang aku miliki, hanya titipan dari Keysana, termasuk kamu," gumam Kaira dengan perasaan yang nyaris putus asa.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
Suami istri yg aneh, no hp saja tidak punya. Aduhh Jay lucu nya kamuhh uhhh. Makanya terus terang sama istri mu supaya dia mau peka dan terbuka, wajar saja jika dalam dirinya ada rasa Takut yg sangat Besar huhaaa
goodnovel comment avatar
Rapunzell
batin mulu perasaan kek andin sama aldebaran
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Bodoh.. Sabar ajh yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status