Share

02. Menikah; Hari Pernikahan

Namaku Auryn Chistina. 22 tahun.

Hari ini adalah hari paling bahagia. Aku akan menikah. Hari pernikahanku menjadi kenangan sangat manis dalam hidupku. Menikah dengan seseorang yang aku cintai, dia kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan selama lima tahun dan sekarang kami menikah.

Drey Vincent. Ya, namanya Drey. Dia akan menikahiku dan menjadi kekasih hati. Kekasih hati? Aku berharap menjadi kekasih hati Drey hingga seumur hidup dan maut memisahkan.

Kini pernikahanku akan berlangsung dengan meriah. Kakakku, Anna Daisy namanya. Dia kakak kandungku, dia baru pulang dari Inggris, karena dia kuliah di Inggris. Dia menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Jakarta di Indonesia untuk menghadiri pernikahanku. 

Aku tahu, Anna sangat baik kepadaku dan menyayangiku. Anna dan aku berbeda, Anna sangat pintar, sedangkan aku? Haha, aku tidak sepintar dia.

“Wah ... Aku tidak menyangka, kamu akan menikah lebih dahulu, Ryn."

Anna tersenyum manis melihatku mengenakan dress panjang berwarna putih. Tangan halusnya kini menyentuh pipiku.

"Kak, maaf. Aku menikah lebih lebih dulu, sedangkan Kak Anna belum menikah." Aku merasa bersalah menjadi seorang adik. "Seharusnya Aku menikah setelah Kak Anna menikah."

“Tidak apa-apa." Anna menggeleng kepala. "Kamu tahu? Hari ini kamu cantik sekali, Ryn pakai gaun pengantin.”

Aku tersipu malu mendengar pujian dari Anna.

"Kakak mendukung kamu untuk menikah. Jika pernikahan ini terbaik untukmu, aku tidak apa-apa, kamu menikah sebelum aku menikah. Ayo keluar, calon suamimu sudah menunggumu.”

Aku tersenyum lebar mendengar perkataan Anna. Aku bahagia, Anna tidak marah karena aku menikah dahulu. Menurutku, Anna menjadi kakak yang baik dan perhatian. Aku percaya, suatu saat nanti, Anna akan mendapatkan pendamping hidup berhati lembut, baik dan pengertian.

Tubuhku terasa panas dingin ketika keluar dari kamar dan melihat Drey, dia sedang menungguku. Astaga, dia tampan sekali mengenakan jas putih dan ada bungga di saku kemejanya sebagai hiasan. Gagah, tampan dan sempurna. Rambutnya tertata rapi membuat ketampanan bertambah.

Aku tersenyum ke arah Drey. Aku menjadi canggung ketika dia melihatku dengan mata yang tidak berkedip. Aku berusaha merubah kecanggunganku, aku akan meminta bantuan Anna, tetapi Anna tidak ada lagi di sampingku. Kemana dia pergi?

Drey menghampiriku.

Aku menjadi sangat gugup. Gugup sekali. Hatiku berdebar dan tanganku bergetar. Aku mencengkram gaun pengantinku, supaya tidak gemetaran karena gugup.

“Ku mohon ..., please. Jangan gugup, jangan gugup!" ucapku dalam hati. Aku takut menjadi salah tingkah dan mempermalukan diriku sendiri di depan Drey. Oke, Ryn. Aku harus bisa—menenangkan diriku sendiri dan aku memejamkan mataku sebentar lalu membuka mataku. Rasanya baru memejamkan mata, tiba-tiba Drey sudah berdiri di depanku.

Drey meraih tanganku yang dingin. Dia tersenyum manis, senyuman sangat manis! Hingga senyuman Drey meluluhkan hatiku. Sepersekian detik, aku merasa jauh lebih tenang setelah melihat senyuman manisnya.

Dan aku membiarkan Drey menggenggam erat tanganku.

"Ryn ...."

"Ya?"

"Kamu gugup?"

Ah, aku ketahuan sedang gugup oleh Drey.

"Umm...." Aku bingung harus menjawab apa. Jadi, aku mengangguk.

"Jangan gugup. Pernikahan kita akan berjalan dengan lancar."

Aku mengangguk dan aku percaya, pernikahan adalah yang terbaik untuk hidupku.

Kita keluar dari rumah dan menuju tempat pesta pernikahan. Berkali-kali Drey membisikan kata-kata agar aku tidak terlihat gugup dan gemetaran. Tangan kananku memegang buket bunga.

Mataku melihat banyak orang-orang yang menunggu kita, aku melihat keluarga Drey dan keluargaku. Serta sahabatku, Jessica dan Viola. Semua orang bertepuk tangan dan tersenyum lebar melihatku dan Drey berjalan di karpet merah. Aku berusaha untuk tenang.

Kemudian, acara bertukar cincin.

Gugup, cemas, deg-degan, khawatir menyelimuti hatiku saat Drey memegang jariku dan akan memasangkan cincin. Pernikahan ini benar terjadi, aku masih tidak menyangka.

Aku sangat bahagia!

Jantungku semakin berdetak kencang ketika jarak tercipta diantara kami semakin dekat. Aku melihat pancaran kebahagiaan di wajah Drey. Tiba-tiba Drey mencium keningku, setelah aku memasangkan cincin di jarinya. Semua para tamu undangan bersorak-sorai  bahagia dan bertepuk tangan. 

“Drey, terima kasih telah menikah denganku. Aku menjadi wanita beruntung menjadi istrimu,” kataku.

Drey tersenyum. “Terima kasih telah bersedia menjadi istriku," ucap Drey dengan suara lembut, dia menggengam erat kedua tanganku.

****

Acara pernikah sudah selesai dan berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Benar-benar acara pernikahan yang sempurna. Para tamu undangan sudah pulang ke rumah masing-masing. Sekarang hanya ada sanak saudara di sana.

“Sayang, kamu pasti cape."

Aku menolehkan kepala mendengar suara Drey. Aku mengangguk. "Aku sangat bahagia, Drey!"

Dan Drey hanya tersenyum mendengar perkataanku, aku benar-benar bahagia memilik Drey, bahagia Drey telah menjadi suamiku. Banyak wanita yang jatuh cinta kepada Drey, tetapi Drey memilih aku untuk menjadi istrinya.

Drey menyeka keringatku dengan lembut yang membasahi kening. “Aku sudah menikah denganmu? Sekarang bolehkah aku memelukmu, Ryn?” Drey memasang wajah mesum dan sepertinya ingin menggodaku.

Aku melototkan mata. Apa peluk? Astaga, Drey! Belum 24 jam pernikahan kita berjalan sudah meminta peluk. Ada-ada saja kemauan dia.

"Acara pernikahan kita baru saja selesai. Kenapa kamu minta dipeluk?" tanyaku.

Drey menggaruk tengkuk tidak gatal. “Apa salah jika aku minta dipeluk oleh istriku, hm? Sekarang kamu sudah menjadi istriku."

Aku mencubit lengan Drey. "Apa yang kamu katakan?" tanyaku dan menggertakan gigiku.

"Aduh, sakit." Drey mengelus bekas cubitanku.

"Rasain. Salah sendiri, mesum tidak tahu tempat." Mataku memutar melihat sekeliling, berharap tidak ada orang yang mendengar obrolan kita.

"Maaf, sayang. Okay, nanti peluk di kamar saja. Mau istirahat sekarang?”

Aku mengangguk. Jujur aku merasa merasa lelah. Dengan kasih sayang Drey meraih dan menggenggam tanganku, kita berjalan menuju ke kamar pengantin dan kita sudah berpamitan kepada keluarga Drey dan keluargaku untuk beristirahat lebih dahulu.

Aku menghentikan langkah. “Kak Anna!” teriakku memanggil Anna.

Sejak tadi aku tidak melihat Anna. Jadi aku bermaksud memamerkan suamiku dan memperkenalkan. Pasti mereka belum saling mengenal, karena ketika Drey ke rumahku, tidak pernah bertemu dengan Anna. “Kemari!”

“Kenapa, Ryn? Apa kamu membutuhkan sesuatu?” tanya  Anna setelah menghampiriku dan berdiri di depanku. “Kalian akan istirahat?” Suara telah berubah menjadi gelisah.

Aku mengangguk. Aku ingin menjawab pertanyaan Anna, tetapi tiba-tiba Drey melepaskan genggaman tangan. Aku menolehkan kepala, menatap Drey dengan bingung. Kebingunganku bertambah melihat ekspresi wajah Drey, Drey manatap lekat wajah Anna yang berdiri di depanku.

Ekspresi wajah Anna juga berubah 100 persen, dia terlihat gelisah dan kaget. Tetapi langsung tersenyum paksa kepada Drey.

Aku menatap Drey bingung dan penuh tanda tanya. Ada apa dengan Drey dan Anna? Apa mungkin mereka saling mengenal?

Hening tidak ada yang berbicara, seolah-olah tatapan mata yang berbicara.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
anna kya nya mntan drey
goodnovel comment avatar
MaharKu
ceritanya sweet sekalii uuuuuuhhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status