Share

04. Kecewa; Halusinasi?

Satu minggu setelah hari pernikahanku.

Aku kuliah kembali, karena aku masih kuliah. Drey, dia seorang dosen di kampusku. Seharusnya Drey mengambil cuti setelah kita menikah, tetapi dia tetap mengajar mahasiswa di kampus.

Aku kecewa. Drey benar-benar berubah. Dia jarang meluangkan waktu untukku. Aku seperti diabaikan begitu saja. Cuti mengajar satu minggu, apakah Drey tidak bisa? Semua orang, ketika baru menikah, mereka pasti libur bekerja. Walaupun hari Ini Drey libur mengajar, aku rasa bukan waktu yang tepat.

Aku mengecutkan bibir kesal. Baru pulang dari kampus, tiba-tiba Mamaku berkata; katanya semua barang-barang milikmu sudah dipindahkan ke rumah baru milik Drey. Apa rumah baru? Jujur, aku benar-benar terkejut.

Sejak kapan Drey memiliki rumah? Dan Drey telah menyiapkan rumah untuk kita? Rumah yang katanya sudah milik Drey.

“Sekarang Drey sudah pergi ke rumah baru," kata Mamaku. "Hm ... kira-kira dua jam yang lalu."

“Serius, Ma? Drey sudah pergi ke rumah baru itu dua jam lalu?” tanyaku menyelidiki, aku belum sepenuhnya mempercayai kata-kata Mamaku.

Aneh. Kenapa Drey tidak mengajaknya pindah ke rumah baru bersama-sama? Atau memberi tahu lebih dahulu?

Mamaku bernama, Katerina. Dia mengangguk. “Kamu sih, ditungguin tidak pulang-pulang. Mama telfon, kenapa tidak diangkat?" tanya Katerina.

Aku mendengus. Aku memang telat pulang ke rumah karena harus mengerjakan tugas banyak bersama kedua sahabatku, Viola dan Jessica. “Auryn harus mengerjakan tugas, Ma. Lupa membuka ponsel. Jadi, aku biarkan ponsel di dalam tasku.”

Mama Katerina beroh ria lalu melanjutkan kalimat, “Drey tadi pindahin barang-barang kamu dibantu sama Kak Anna.”

Jantungku langsung berdetak keras mendengar nama Kak Anna. “Lho, Ma?” Aku berusaha biasa saja dan tidak terkejut.

"Kenapa?"

"Kak Anna tadi mau daftar menjadi dosen baru di kampusku, Ma. Kenapa dia pulang cepet ke rumah?"

Mama Katerina menghampiriku. “Hanya mendaftar menjadi dosen, sayang. Proses tidak lama. Jadi, pulang lebih awal dan membantu Drey memindahkan barang kamu. Barang-barang milik Drey di tante Elma  juga udah diboyong seminggu lalu ke rumah baru.”

“Tapi kenapa harus Kak Anna yang membantu Drey pindah ke rumah baru, sih, Ma?” gerutuku dalam hati setengah dongkol dan cemburu.

Ya. Aku harus jujur, aku cemburu.

Perasaanku menjadi terbang kemana-mana. Pikiran negatif terkoyak di otakku, terbanting-banting oleh perasaan gundah dan gelisah. Setelah mendengar pengakuan Drey, Drey mencintai kakakku. Aku menjadi orang cemburuan dan was-was.

“Lalu sekarang dimana Kak Anna, Ma?” tanyaku. Aku sudah menjamin bagaimana ekspresi wajahku, gelisah dan berkeringat dingin di pelipis. Aku mengigit kukuku sebelum Mama Katerina menjawab pertanyaan, aku sudah mengharapkan jawaban mama Katerina tidak sesuai dengan dugaanku.

“Anna belum pulang pulang ke rumah.” Mama Katerina melihat jam dinding. “Sudah jam setengah delapan. Mama ingat, barang-barang kamu yang dipindahkan ke rumah baru tidak banyak. Seharusnya Anna pulang cepat."

"Apa, Ma? Belum pulang ke rumah?"

Mama Katerina mengangguk. "Iya, sayang. Mungkin Anna sedang ada urusan."

Ya Tuhan! Siapapun tolong ... tolong bantu aku untuk berpikir positif! Aku harap, perkataan mama Katerina benar. Kak Anna mungkin sedang pergi ke rumah sahabat lamanya karena sudah lama berpisah.

Mama Katerina menyipitkan mata, sadar dengan perubahan diriku karena tiba-tiba aku terdiam cukup lama. "Ada apa, sayang? Kenapa muka kamu menjadi gelisah."

Aku langsung menggeleng kepala."Umm ...." Apakah aku harus mengatakan kepada Mama tentang kegelisahaan hatiku? "Ma—"

"Sayang, kamu sekarang ke rumah baru Drey, ya? Suami kamu sudah menunggu kamu," ujar Katerina, dia memotong perkataanku.

Aku menatap Mama Katerina dengan sorot mata teduh. “Mama tidak sayang sama aku?” tanyaku dengan manja seperti anak kecil.

"Lho, kenapa kamu berbicara seperti itu?"

Aku memajukan bibir beberapa senti, bermata puppy eyes. “Masa, anak sendiri diusir dari rumah, sih!" Aku memeluk erat pinggang Mamaku. Aku tidak ingin berpisah dengan mama, aku masih ingin tinggal di rumah mama Katerina.

“Bukan mengusir kamu, sayang.” Mama Katerina menyentuh rambutku dan dibelai dengan kasih sayang. “Kamu, 'kan sudah menjadi suami Drey. Dulu, kamu pernah bilang kepada mama."

"Bilang apa, Ma?" Aku lupa. Sungguh, aku seperti orang sudah tua dan pikun.

"Dulu kamu ingin mempunyai suami, bukan? Jadi menikah muda. Pasti Drey menunggu kamu, sekarang sudah malam. Seorang istri harus membuat makan malam untuk suami tercinta,” jelas Mama Katerina menggodaku.

Pipiku bersemu merah karena malu, kemudian menatap mama Katerina. “Mama, sudah tau aku tidak bisa memasak. Jadi, nanti Drey  membeli makanan di restaurant saja. Lebih gampang dan simpel.”

Mama Katerina mendorong lembut tubuhku, memandang wajah paras cantikku. “Hustt! Kamu jangan menjadi istri pemalas. Kalau tidak bisa memasak, kamu belajar masak dong, sayang. Tidak mungkin kamu makan setiap hari membeli di restaurant. Dengarkan! Itu namanya pemborosan." Mama Katerina menasehatiku.

Aku sedikit tidak setuju dengan ucapan mama Katerina.

"Mengerti?"

Akhirnya aku hanya mengangguk saja. Takut menjadi anak durhaka jika membantah perkataan orang tua. "Okay, Ma. Aku akan berusaha memasak membuat makanan spesial untuk Drey.”

Mama Katerina mengacungkan dua jempolnya.

"Auryn pamit dulu, ya."

“Iya, sayang. Jaga diri baik-baik dan hati-hati di jalan.”

"Siap!" Aku melangkah keluar, namun kakiku berhenti sadar akan sesuatu. Aku menolehkan kepala ke mama, “Tapi, Ma. Aku tidak tau alamat rumah baru Drey. Hehe.” Aku nyengir tanpa dosa dan memasang wajah idiot.

Mama Katerina menggeleng-geleng kepala.

“Kenapa Drey, tidak memberi tahuku lebih dahulu? Kenapa, Drey?" batinku.

****

Aku membayar taksi setelah berhenti di alamat rumah baru milik Drey. Aku melihat jelas bangun dua lantai itu seperti baru dirancang khusus dengan arsitektur bangunan kokoh, megah dan mewah. Serta mobil BMW berwana putih terparkir di sana, hanya diterangi oleh cahaya lampu.

Itu mobil milik Drey.

Kenapa Drey menyembunyikan ini semua? Kenapa Drey tanpa sepatah kata memberi tahuku atau bercerita tentang perihal rumah?

Aku sudah membayangkan, hubunganku dengan Drey tidak akan baik-baik saja setelah aku mengetahui bahwa Drey mencintai kakak kandungku, Anna.

Kenapa menjadi rumit!!!! Ya Tuhan!!!!

Aku melangkah tidak sabar sampai di dalam rumah Drey, dress coklat selutut dengan setia bergerak mengikuti langkahku.

Aku mengetuk pintu dan memanggil nama Drey.

“Drey?”

Aku memutar kenop pintu dan ternyata tak terkunci. Aku langsung masuk ke dalam dan mencari suamiku. “Apakah Drey tidak ada di dalam?"

Aku menjadi takut salah masuk ke rumah orang lain. Itu tidak mungkin, karena tadi aku melihat mobil milik Drey di halaman.

Sedang memikirkan opsi panjang logis di mana Drey berada, mendengar suara membuat aku tersenyum. Itu suara Drey dari arah kamar paling dekat dengan ruang tamu.

Aku tidak berpikir negatif. “Drey?” panggilku. Tanganku memutar gagang pintu dan membuka. Klik, pintu terdorong.

“Drey apa kamu di dalam kamar—”

Suara aku semakin lirih, tidak melanjutkan kalimat. Aku membekap mulut dan ingin memekik keras. Tubuhku berdiri kaku di tempat. Mataku tidak berkedip dan dipenuhi euforia yang tercipta imajinasi. Detik-detik itu semakin terlalu, aku menyadari posisiku sedang berada dalam hal yang menggelikan sedunia.

Apakah ini yang dinamakan halusinasi? Kenapa kedua bola mataku melihat ada bayangan suaminya sedang memeluk mesra dan mencium tubuh seorang wanita? Wanita itu, kak Anna. Oh, tidak. Mungkin minusku bertambah sejak membaca novel online di ponsel. Aku mengucek mata dan memperjelas penglihatanku. Tapi, bayangan itu tidak berubah melainkan semakin jelas.

“Auryn?” panggil Drey. Drey langsung mendorong tubuh Anna. "Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Drey dengan ekspresi terkejut bukan main, benar-benar terkejut.

“Kamu bertanya kepadaku, kenapa kamu datang ke sini? Drey. Aku istrimu, bukan orang lain. Dan kamu bertanya mengapa aku di sini? Ya, aku datang ke sini karena kamu suamiku. Apakah aku salah?!" Aku semakin berteriak, meninggikan nada suaraku.

Aku emosi! Tetapi aku juga kecewa dan sedih.

"Kenapa kamu tidak memberi tahuku lebih dahulu? Aku bisa menjemputmu, Ryn." Drey mencari pembelaan diri sendiri.  "Bukankah kamu tidak tahu alamat rumah baruku?"

Aku hanya menyeringai mendengar perkataan Drey. Aku berusaha menahan emosi, menarik napas dalam-dalam. "Apa yang tadi kalian lakukan?!" tanyaku sakartis.

"Ryn ...." Kak Anna memanggilku. "Apa yang kamu lihat salah. Aku bisa menjelaskan semuanya tentang kejadian tadi."

Aku semakin muak.

Suara Kak Anna menelusup cepat telingaku. Jelas sudah. Seperdetik aku sadar akan bayangan itu nyata bukan semata halusinasi. Itu semua nyata!

“Berengsek kalian!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bundane Rara
baru baca Segini dah bikin erosi
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
drey lelki egois istri dtng mlh d bentak
goodnovel comment avatar
Nyx Swan
yah anna kok ngeselin sih 👊
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status