Share

2 Wangi Parfum Dan Telepon Tengah Malam

“Aku akan merubah semuanya kembali, aku akan membuatmu mengerti dan menyesali apa yang telah kau lakukan padaku saat ini,” gumamnya dengan yakin.  

Ceria merebahkan dirinya disamping Iren, namun pikirannya masih memikirkan Bagja. Sedang apa suaminya sekarang, apakah benar mengerjakan pekerjaan kantor bisa selarut ini. Ceria berusaha menepis pikiran-pikiran yang berkecamuk, membuat dadanya panas dan terasa sakit. Wanita itu merengkuh tubuh mungil putrinya yang tengah tertidur, sampai tak sadar diapun ikut terlelap. 

“Tok Tok Tok,” Ceria mengerjap, mendengar ketukan di daun pintu, waktu sudah menunjukan pukul satu malam. Dia melihat ke samping tempat tidurnya, Bagja belum datang, mungkin itu dia pikirnya. Wanita itu bergegas keluar kamar, dan mengintip dulu dari jendela untuk memastikan apakah yang pulang itu suaminya. 

Ceklek

Ceria membuka pintu, Bagja masuk dengan wajah yang terlihat lelah. Ceria mengambil tas kerja dan jaket dari tangan Bagja. Bagja segera memasukan sepeda motornya ke garasi. Sementara itu Ceria bergegas ke dapur membuatkan teh hangat untuk suaminya. 

“Mas ini teh nya, mau makan? Kalau mau, aku angetin lauknya,” ucap Ceria sambil menaruh secangkir teh hangat di meja. 

“Aku udah makan tadi, ga usah, mau mandi aja, siapin air anget ya,” pintanya sambil meneguk teh hangat yang disajikan Ceria. Wanita itu mengangguk dan melaksanakan pesanan suaminya. 

Ceria beranjak dan pergi ke dapur untuk menyiapkan air hangat untuk suaminya. Setelah siap, dia bergegas ke ruang tengah lagi namun suaminya tak ada disana. Kemudian menyusulnya ke kamar. Maklum rumah mereka hanya model minimalis dengan dua kamar saja, jadi jika tidak ada di ruang tengah maka opsi lainnya adalah kamar. 

“Mas,” ucapan Ceria terhenti ketika dia mendengar suaminya tengah menelpon seseorang. 

“Ya udah ya Sis, udah ah jangan ngambek gitu,” Bagja. 

“Iya, minta maaf, nanti aku ganti,” Bagja.

“Janji,” Bagja.

“Malam,” Bagja. 

Ceria mendorong pintu ketika mendengar suaminya sudah menyelesaikan obrolannya di telepon. Dia masuk dengan mencoba memasang wajah yang biasa. Bagaimanapun mendengar suami menelpon seseorang dengan begitu akrab diluar jam biasa membuat hatinya merasakan cemburu. Apalagi ini sudah lewat tengah malam. 

“Mas, airnya udah siap,” ucap Ceria sambil menghampiri Bagja. 

“Aku mandi dulu ya,” Bagja segera mengambil handuk dan meninggalkan Ceria dengan segudang pertanyaannya di kepala. 

Ceria kemudian membereskan pakaian Bagja yang tersampir disembarang tempat. Namun tercium aroma parfum yang lain, ini jelas parfum wanginya soft, pasti milik seorang perempuan ucapnya. Namun Ceria segera menepis kembali pikirannya, dia tidak mau tersulut emosi dan membuat pertengkaran malam-malam. Dia mencoba mengerti, Bagja baru saja pulang kerja dan lelah apa jadinya jika dia mempertanyakan hal yang bukan-bukan. 

Ceria membaringkan kembali tubuhnya disamping Iren. Ada tetesan bening mengalir disudut matanya. Dia memejamkan mata dan menarik nafas panjang untuk meredam gejolak yang ada didadanya. Dipeluknya tubuh mungil balita berusia dua tahun itu. Baginya Iren adalah salah satu sumber kekuatan untuknya. 

Tak berapa lama Bagja sudah keluar dari kamar mandi, tak ada percakapan berarti antara mereka. Bagja terlihat lelah, dia mengambil posisi tidur di sebelah Iren, berseberangan dengan Ceria. Tak ada ucapan selamat malam, tak ada pelukan hangat, tak ada kecupan sayang lagi seperti dulu. Hanya wajah lelah suaminya yang sudah mendengkur halus terbawa kealam mimpi, meninggalkannya dengan segudang pertanyaan yang belum bisa ditemukan jawabannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status