Share

Episode 3

"Beruntunglah kami menemukanmu, terlambat sedikit saja kau bisa mati karena tenggelam dalam kolam, "sahut temannya yang lain.

"Itu benar, Sonia, kau harus melawan, "timpal Sieru setuju.

"Miseru, Sieru, aku tahu kalian sangat mengkhawatirkan ku, tapi aku tidak mau dikeluarkan dari sekolah, lagi pula aku hanya murid biaya siswa, pasti guru tidak akan ada yang dipihakku, "ucap Sonia pasrah.

Fransis sudah tidak tahan lagi, ia tidak suka melihat seorang yang lemah dan hanya bisa pasrah saat ditindas tanpa ada usaha untuk melawan, meski tubuhnya masih terasa sangat lemah dan rasa sakitnya belum sepenuhnya reda tapi dia tak boleh membiarkan ini terus terjadi, pria itu menyibak gorden yang menjadi tirai penghalang diantar mereka.

"Masako, itukah nama perempuan itu? "tanyanya dingin. Sonia terkejut melihat seorang pria yang dikiranya sebagai adik iparnya itu mendengar pembicaraan mereka,terlebih lagi pria itu juga terbaring di atas ranjang ruang kesehatan.

"Soici, apa yang kau lakukan?kenapa wajahmu terlihat pucat?"tanyanya khawatir. Perlahan gadis itu bangkit dari ranjangnya, ia turun menghampiri pria itu, dia menatapnya penuh khawatir.

"Ada apa dengan wajahmu? "tanya Fransis pura-pura tak tau. Gadis itu menjadi bingung, ia menyentuh wajahnya sendiri, dia merasa wajahnya baik-baik saja tak ada masalah, lalu kenapa pria itu berkata seperti itu?.

"Memang kenapa dengan wajahku, aku merasa wajahku baik-baik saja, Soici, "jawabnya heran.

"Maksudku, kenapa wajahmu terlihat cemas dan panik!"ucap Fransis menjelaskan.

"Tentu saja, itu karena aku cemas melihat wajahmu yang terlihat pucat, lagi pula kau terlihat seperti menahan sakit, apa itu salah, Soici? "balas Sonia sekaligus memintak pendapatnya.

"Benar, lalu kenapa kau tidak terlihat cemas saat dirumah sakit tadi? "tanya Fransis seperti orang cemburu. Gadis itu mulai memikirkan ucapan pria itu, memang benar, dirinya tidak merasa khawatir sama sekali saat melihat orang yang dikiranya sebagai suaminya itu terbaring di atas ranjang rumah sakit, tapi dirinya begitu cemas melihat orang yang dikiranya sebagai adik iparnya itu terlihat pucat bahkan seperti menahan sakit.

"Apa maksudmu, Soici, tentu saja aku sangat khawatir pada kakakmu, "kilahnya.

"Hn, "jawab Fransis tak jelas. Dalam hati pria itu tak akan percaya begitu saja ucapan istrinya, dia bukan orang bodoh yang bisa dibohongi dan tak dapat membedakan mana yang jujur dan tidak, pria itu mengalihkan perhatiannya pada sang istri,ia hanya menatap datar gadis itu.

"Eh,Soici,kamu jangan ceritakan ini pada kakakmu,ya? Fransis pasti tidak akan suka melihat sikapku ini, "pinta Sonia memohon.

"Tentu saja aku tidak akan suka melihat sikap lembekmu itu, "batin Fransis kesal.

"Pokoknya kau jangan ceritakan apapun padanya! "kali ini gadis itu justru memberikan perintah. Fransis hanya diam saja tak perduli dengan permintaan atau permohonan istrinya, untuk apa juga dia cerita, kalau dia sendiri sudah mendengar langsung dari mulut istrinya sendiri.

"Memang apa yang akan dilakukan oleh tuan,Lonenlis,Sonia,hingga kau terlihat ketakutan seperti itu?"tanya Sieru penasaran.

"Dia akan melakukan seauatu padanya, yang muungkin bahkan tak akan bisa kalian bayangkan sebelumnya,"jawab Sonia sambil membayangkan sosok sang suami tercinta.

"Kau berlebihan, Sonia, memang apa hubunganmu dengan tuan,Lonenlis,Itu?"tanya Miseru penasara. Gadis itu hanya merasa sangat heran kenapa sahabatnya itu bisa tau banyak tentang orang lain.

"Dia... suamiku,"jawab Sonia. Semua orang yang ada disitu memandangnya tak percaya.

Fransis hanya tersenyum tipis, "Tapi kau bahkan tak mengenaliku, "batinnya miris.

"Suamimu? "ulang Nadza sambil melirik Fransis. Gadis itu merasa aneh pada sepasang suami istri tersebut.

"Bisakah kalian keluar! aku mau tidur, "sela Fransis sambil kembali naik keatas ranjangnya dan bersiap untuk tidur kembali.

Mereka langsung menoleh pada pria itu dengan tatapan tidak suka.

"Tapi, Soici-."Sonia hendak protes namun dipotong terlebih dulu oleh Nadza.

"Baiklah, Soici, aku akan keluar, "potongnya. Tapi sebelum keluar,ia terlebih dulu mengecup pipi putih pria itu, tanpa perduli ada hati yang sedang meradang melihat kecupan itu. Gadis itu bahkan tak perduli saat pria itu langsung menatap tajam dirinya, menurutnya mereka berdua sangat lucu dan kekanakan, setelah itu dia pun benar-benar pergi meninggalkan ruangan itu.

Sonia merasa aneh dengan dirinya,ia merasa kesal pada gadis itu lantaran telah mencium pipi pria yang dikiranya adalah adik iparnya tersebut, ia memandang Fransis yang sudah kembali memejamkan matanya, Sieru dan Miseru ikut keluar karena merasa ada yang perlu mereka omongkan, dan tinggalah sepasang suami istri itu dalam ruan kesehatan.

"Apa hubunganmu dengannya?! "tanyanya kesal. Pria itu tak menjawab karena memang tak ingin, ia justru pura-pura tidur. Gadis itu memandang sendu suaminya, seandainya saja dia tau kalau pria didepannya adalah suaminya sendiri mungkin kejadiannya akan berbeda.

"Aku tidak tau ada apa denganku, tapi jika aku boleh jujur, aku sangat tak suka melihatnya mencium pipi putihmu ini, aku merasa senang saat kau menciumku tadi, aku tau aku salah, kau adalah adik iparku, tapi... aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri, sampai aku berharap kau adalah suamiku, "ucap Sonia sambil mengusap pipi pria itu yang tadi dicium oleh Nadza seakan ia ingin membersihkan bekas ciuman itu.

"Kau tau? aku tak rela siapapun menyentuhmu, aku jahat, 'kan, Soici? semoga kakakmu akan memaafkanku, "ucapnya lagi. Setelah itu ia menyingkirkan tangannya dari wajah sang suami, dia mendekatkan wajahnya pada wajah sang suami, mengeliminasi jarak diantara mereka.

Cuuup...

Ia pun mencium bibir sexi milik sang suami, "Itu ciuman pertamaku, "ucapnya sambil terus menatap bibir itu. Setelah itu ia mengangkat wajahnya kembali.

"Aku menyukaimu, adik ipar, itu ciuman pertamaku, "katanya.

"Hn, jadi begitu?! "ucap Fransis sambil membuka matanya dan menatap lurus gadis itu.

Sonia membulatkan matanya, dia kelabakan karena ternyata pria itu tak sungguh-sungguh tidur, padahal dia pikir pria itu sudah tidur pulas, sekarang dia jadi malu sendiri. Gadis itu langsung menundukkan wajahnya tak berani memandang wajah pria itu, ia yakin sekarang pasti pria itu memakinya dalam hati, ah, kenapa dia bisa sebodoh itu ketahuan mencium bibir adik iparnya dan itu adalah ciuman pertama miliknya, bagaimana kalau pria itu akan melaporkannya pada suaminya.

Perlahan Fransis bangkit dari ranjang, ia mendudukkan dirinya di tepinya, "Jadi kau ingin aku yang jadi suamimu? "tanyanya menggoda. Tanpa sadar gadis itu langsung mengangguk, tapi saat kesadarannya kembali, ia buru-buru menggelengkan kepalanya, dia merutuki kebodohannya, "Bagaimana kalau nanti dia lapor pada kakaknya? "batinnya takut.

Fransia tersenyum geli melihat ekspresi takut pada wajah istrinya, sebuah seringai jahil menghiasi bibir pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status