Share

Episode 5

1 Agustus 2020

Hingga akhir waktu

Episode 5

            “Wah, ada gadis cantic berkeliaran disini,”ucap salah satu preman kampus itu. Sonia masih belum menyadari bahaya yang mengintipnya, dia berbicara dengan baik dan sopan berharap para preman kampus tersebut segera menyingkir dari jalannya.

            “Kakak, maaf. Saya mau lewat,”katanya memintak pengertian. Bukannya menyingkir salah satu dari mereka justru semakin mendekatinya, karena takut gadis itu melangkah mundur secara perlahan.

            “Hei, cantic. Kenapa kamu takut? Tenanglah! Aku tidak akan menyakiti mahluk cantic sepertimu,”katanya sambil tertawa setan. Sonia merinding mendengar tawa pria itu, dia semakin melangkah mundur hingga tubuhnya menabrak dinding pembatas. Gadis itu merasa terpojok, matanya tidak menangkap adanya cela untuk dirinya bisa kabur, kenapa pula tadi ia harus pergi ke uks akhirnya saat mau kembali kesekolah malah terjebak diatara para berandalan kampus. Matanya terus menatap pria itu penuh waspada, dia tidak sampai ada kesempatan sedikitpun untuk para preman kampus itu untuk melakukan sesuatu yang tidak pantas padanya. Sonia memejamkan matanya rapat bersiap meneriam rasa sakit kalau saja pria itu akan melakukan sesuatu yang buruk padanya, mengingat langkah pria itu seakan tidak mau berhenti.

            Buahg…

Terdengar suara pukulan yang sangat keras, tapi rasanya rasa sakit tidak menyambangi tubuhnya, aroma semerbak wangi menyambangi indra penciuamannya, aroma yang terasa tidak asing baginya.

            “Hmmp, beraninya kalian bermain sendiri.” Suara seorang pria yang terasa tidak asing baginya, gadis itu memberanikan diri untuk membuka matanya, terlihat seorang pria yang dianggap sebagai adik iparnya berdiri di memunggunginya menjadikan dirinya sebagai pelindung untuk dirinya.

            “Fransis.” Tanpa sadar ia memanggil nama suaminya sendiri. Fransis tersenyum samar mendengar Sang istri menyebut Namanya dengan benar tidak lagi menganggap dirinya sebagai adik iparnya, ia tau dirinyalah yang ingin Sang adik berpura-pura sebagai dirinya dan begitupun sebaliknya, tetapi rasa hangat menjalar dalam lubuk hatinya saat gadis itu memanggil Namanya dengan benar. Matanya memandang sinis pria yang baru saja mencoba mengganggu istrinya, pria itu mencoba bangkit akibat tendangan yang cukup kuat darinya, pria itu menatap tajam dirinya tapi sedikit pun ia tidak gentar atau memiliki rasa takut walau hanya secuil.

            “Soici sugami,” ucap pria itu menyebut Fransis dengan nama adiknya terdengar seperti setengah menggeram. Fransis menatap dingin orang-orang yang hendak mengganggu istrinya.

            “Berani sekali kau mengganggu kesenangan Rico,”ucap salah satunya lagi menyalahkan pria itu karena telah mengganggu kesenangan bossnya, dia bernama Miko.

            “Kau lupa? Atau kau ingin babak belur lagi?”tanya Miko mengejek. Fransis tidak menaggapi ucapan pria itu, ia menatap datar mereka bertiga, dalam hati dia ingin menertawakan adiknya yang selalalu menyembunyikan sebuah rahasia darinya, misalnya saja yang satu ini, pernah babak belur karena dihajar preman kampus.

            “Sepertinya aku harus membuatnya sampai tidak sadarkan diri,”sahut Riko yang sudah berdiri tegak, pria itu bahkan masih sempat-sempatnya menyeringai meremahkannya.

            Sonia menatap pungguh kokoh yang berada di depannya, hatinya merasa khawatir kalau ketiga preman kampus itu akan melukainya. Mereka saling beradu pandung, mata meraka saling memberikan ancaman terhadap lawan, serempat Rico, Mico dan satu temannya menyerang Fransis, tapi pria itu mampu menangkis setiap serangan ketiga preman itu bahkan kembali membuatnya terjatuh, tapi saad dirinya lengah, Rico mengambil kesempatan itu lalu menendang perut Fransis dengan sangat kuat hingga menyebabkan pria itu tersungkur, melihat suaminya terlihat kesakikatan karena tendangan itu, Sonia menjadi sangat khawatir kalau pria itu tidak akan mampu mengalahkannya, matanya melirik Rico yang tertawa setan membuat nyalinya semakin ciut.

            Tendangan Rico tepat menganai lambungnya membuatnya terasa nyeri, matanya melirik Sang istri yang terlihat gemetar karena ketakutan, rasanya tek tega juga melihat istri kecilnya ketakutan, mengabaikan rasa nyerinya, ia segera bangkit dan menendang Rico selagi pria itu masih menikmati kemenangan sementaranya.

Duagh…

Pria itu terpental hingga menanbrak dinding akibat tendangan Fransis, matanya masih memandang Fransis yang menyeringai iblis membuatnya semakin kesal tapi rasanya tubuhnya sangat kesulitan walau sekedar untuk bangkit,”Sial! Bagaimana dia bisa begitu cepat berada di depanku,”batinnya kesal. Ia pun berusaha untuk bangkit, tapi pandangannya memburam dan dia pun tidak sadarkan diri.

“Cih, dasar lemah,”ucap Fransis meremahkan. Dia menyerngit saat nyeri di perutnya kembali terasa, matanya masih memperhatikan kedua teman Rico menyeret pria itu kabur darinya. Melihat suami yang dikiranya adik iparnya itu terlihat kesakitan bahkan hampir jatuh, gadis itu segera berlari menghampiri suaminya lalu memeluknya, dalam hati ia bersukur pria itu baik-baik saja tidak ada luka yang terlalu buruk. Fransis hanya diam tanpa merespon pelukan istrinya, ia membiarkan gadis kecil itu menumpahkan segela rasa yang ada dalam hatinya, rasa takut, gelisah, resah bahkan panik. Tak lama kemudian, Sonia melepaskan pelukannya, matanya menatap pria itu khawatir.

            “Kau baik-baik saja,’kan. Soici? Katakan padaku mana yang sakit! Apa perlu kita kerumah sakit? Atau-,”ucap Sonia terpotong.

            “Disini.” Tunjuk Fransis pada telinganya. Gadis itu menyerngit bingung, seingatnya pria itu terkena tendangan di perutnya bukan telinganya, tapi kenapa dia menunjuk telinganya?.

            “Telingaku bisa tuli kalau kau terus bicara,”ucap Fransis bosan mendengar istrinya terus mengoceh tanpa henti, meski dalam hati ada sedikit rasa lega melihat gadis itu menghkhawatirkannya juga sedikit terhiris karena nama yang disebut bukan namanya melainkan nama adiknya.

            Sonia mengerucutkan bibirnya melihat sikap pria itu yang sangat acuh, padahal dia,’kan, khawatir, tapi malah diomeli, dasar pria tidak tau terimakasih,”Aku ini khawatir padamu, tadi dia menedangmu sampai terpental. Jadi aku bertanya, mananya yang sakit? Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengamu, Soici. Aku-,”ucapannya terpotong lagi.

            “Cukup! Kau berisik,”sergah Fransis. Gadis itu merengut sebal, lagi- lagi ucapannya dipotong, tapi ia tak ingin terlalu memikirkan hal itu, Sonia membukukkan tubuhnya di depan Sang suami, mendekatkan kepalanya pada perut pria itu, seperti seorang yang ingin mendengarkan bayi dalam kandungan seorang ibu. Fransis itu seorang pria tulen bukan setengah wanita, jadi dia tidak mungkin hamil, pria itu menatap jengah Sang istri yang membuatnya ingin menenggelamkan dirinya kedalam sumur, kenapa ada wanita seperti ini?

            “Kau tidak akan mendengar suara apapun disana,”ucapnya jengah. Gadis itu mengangguk membenarkan ucapan pria itu, telinganya memang tidak menangkap suara apapun.

            “Kau benar,”balasnya. Dia semakin menempalkan telinganya, berharap setelah ini dia akan mendengarkan sesuatu.

            “Lalu apa yang kau lakukan?!”tanya Fransis setengah menggeram, dia tidak habis pikir, bukankah gadis itu sudah tau kalau dirinya itu seorang pria, jadi kecuali ia kelaparan tidak akan mendengarkan suara apapun dalam perutnya.

            Sonia terkesiap, dia segera memundurkan kepalanya dan menegakkan tubuhnya, tapi tetap saja pandangannya tidak beralih dari perut suaminya,”Aku hanya memastikan tidak ada darah yang keluar dari sana, aku takut kalau kau terjadi pendarahan,”jawabnya sambil terus mengamati perut rata tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status