Share

4. Kegiatan Hana

Hari minggu. Hari yang sangat menyenangkan bagi setiap orang. Di mana kebanyakan orang akan lebih memilih bersantai di dalam kamar seharian sambil tiduran atau marathon movie maupun drama.

Tapi menurut Hana, definisi menyenangkan di hari minggu bukanlah kegiatan seperti itu. Ia lebih suka mengerjakan banyak hal. Seperti pagi ini, ia menuruni tangga rumahnya dengan begitu riang sambil menyanyikan salah satu lagu milik Ed Sheeran.

"Suara lo jelek dek." Ucap Azka yang berada di ruang tengah tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari tv.

Hana yang menginjak tangga terakhir pun langsung menghentikan nyanyiannnya dan mengerucutkan bibir. "Abang juga suaranya jelek." cibir Hana.

"Kita kan saudara." 

"Tau ah, terserah Abang." 

Hana langsung berjalan menuju dapur dengan menghentak-hentakkan kakinya. Sementara itu, Azka tertawa melihat kelakuan adiknya dan berdiri ikut menyusul Hana ke arah dapur.

"Bunda. Liat tuh Abang, pagi-pagi udah cari masalah." Hana menghampiri Bundanya yang saat ini tengah menyiapkan sarapan di meja makan.

"Yeaahh, siapa juga yang nyari masalah." Azka juga mendekat dan langsung duduk di kursi meja makan.

"Abang. Adiknya jangan di candain mulu." tegur Citra—Bunda Hana dan Azka.

Azka langsung memberenggut kesal sambil mengambil satu sendok besar nasi goreng ke atas piringnya.

"Hana duduk sarapan." ucap Citra sambil menyendokkan nasi goreng ke piring dan memberikannya pada Hana.

Hana pun duduk di kursinya. "Makasih Bunda." 

Citra hanya mengangguk menanggapi dan ikut duduk untuk sarapan. "Bunda besok mau ke Malaysia." ucap Citra sebelum memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Ditatapnya satu persatu anaknya untuk melihat bagaimana tanggapan mereka.

Azka dan Hana pun mengangguk mengiyakan. Mereka paham betul jika Bunda mereka akan melakukan perjalanan bisnis. Semenjak Ayah mereka tiada, Citra menjadi tulang punggung keluarganya. Hasil kerja kerasnya pun tidak sia-sia, karena saat ini ia sudah punya perusahaan sendiri yang bergerak di bidang fashion. 

"Yang penting Bunda jaga kesehatan." ucap Hana sembari memegang tangan kiri Citra yang berada di atas meja.

Citra mengangguk tersenyum. Ia sangat beruntung memiliki anak-anak yang dapat mengertinya.

Kini Azka telah selesai makan dan langsung mengecek notifikasi di ponselnya. "Besok Abang juga ada pemotretan di luar kota. Terus Adek gimana?" Azka sekarang juga sudah bekerja sambil kuliah. Ia sekarang menjadi model terkenal yang banyak di cari. Bahkan untuk biaya kuliahnya ia bisa tanggung sendiri. 

"Gitu yah. Mmm Adek bisa nginap di rumah Syafa." ucap Hana lalu meneguk air putihnya hingga tandas.

"Baiklah. Setelah ini Adek mau kemana?" Citra memandang anaknya yang terlihat rapi berpakaian.

"Biasa Bunda. Adek mau ke Day Care." Hana lantas berdiri lalu membereskan piring bekas makanan mereka. Seperti biasa, Hana bertugas untuk mencuci piring.

Azka menghampiri Hana yang sedang mencuci piring dan meletakkan gelas bekas pakainya di samping westafel. Azka kemudian menyenderkan tubuhnya di meja dapur dan melipat kedua tangannya di dada sambil melihat aktivitas Hana yang sedang cuci piring.

Azka berdehem untuk mendapatkan perhatian. "Kabarnya Syafa gimana?" Akhirnya Azka memberanikan diri untuk bertanya.

Hana mengangkat sebelah alisnya lalu memandang Azka. "Kabarnya baik-baik aja. Bahkan sangat baik-baik saja." lalu muncul ide di kepalanya untuk membuat Azka cemburu. Ia pun tersenyum mencurigakan. "Bahkan kini Syafa dekat ama Sean." ucap Hana blak-blakan tanpa memperdulikan ekspresi Azka yang kini syok akibat mendengar ucapannya.

Syafa dan Azka sempat menjalin hubungan sewaktu SMA. Waktu itu Syafa dan Hana baru kelas sepuluh sedangkan Azka kelas duabelas. Hubungan mereka berjalan dengan sangat baik. Bahkan sempat di cap anak satu sekolahan sebagai pasangan yang paling romantis. Namun hubungan mereka renggang karena Azka yang terlalu sibuk dengan ujian dan pemotretannya. Saat itupun karir Azka sedang naik daun, jadi ia benar-benar sibuk.

Hingga delapan bulan hubungan mereka, Syafa memilih memutuskan Azka. Sebelumnya Syafa berharap agar Azka mau memperbaiki hubungan mereka namun jawaban Azka langsung mengiyakan. Bahkan ia mengatakan lebih baik seperti itu.

Bukan karena Azka tidak sayang lagi pada Syafa. Namun ia tidak bisa selalu mengabaikan Syafa seperti itu. Bahkan menurutnya pengabaian itu akan sangat menyakiti Syafa.

"Oh ya?" Azka menegapkan tubuhnya dan berjalan ke samping Hana.

"Iya Abang." Hana telah selesai mencuci piring dan membersihkan tangannya. "Adek duluan yah Bang. Udah telat nih." setelah mengeringkan tangannya Hana bergegas ke kamarnya di lantai dua untuk mengambil tas dan meninggalkan Azka yang di penuhi pikiran tentang Syafa.

***

"Lo kok tau sih gue mau ke Day Care hari ini." Hana memandang laki-laki yang sedang menyetir di sebelahnya.

"Gue kan cenayang Na." ucapnya sambil tersenyum.

"Terus gue percaya gitu Sean, ishh jawab, kok lo tau gue mau ke sana hari ini." cecar Hana penasaran. Bagaimana tidak, saat Hana membuka pintu ia langsung dikagetkan dengan Sean yang telah berdiri bersandar di samping mobilnya sembari memandangnya dengan senyum mengembang. Untung saja Abangnya sedang ada kerjaan lain hingga tidak bisa mengantar Hana. Jadi Abangnya tidak bertemu dengan Sean.

"Insta story lo pagi ini." Sean menghentikan laju mobilnya karena lampu merah.

"Insta story?" Hana memandang Sean dengan tatapan bertanya.

"Ck masa lo lupa sih. Baru juga dua jam yang lalu."

Hana berpikir sejenak. "Oh iya gue ingat. Pagi ini gue buat insta story tentang mau ke Day Care. Hehehehe sorry, gue kok lemot yah pagi ini." Hana tertawa cengengesan.

"Nggak Na. Lo nggak lemot. Tapi lo cantik pagi ini." Dan bersamaan lampu jalan pun berubah jadi hijau. Sean menjalankan mobilnya dengan senyum mengembang. Sedangkan Hana salah tingkah dan memilih untuk melihat keluar kaca jendela mobil.

"Sudah sampai Na." Sean mematikan mesin mobilnya dan melihat kesekitaran area parkir.

Day Care ini tidak terlalu luas. Gaya dan warna bangunan unik, sangat nyaman di lihat oleh mata. Di sana hanya terdiri dari dua bangunan di bagian depan. Terdapat taman di antara kedua bangunan itu. Sedangkan bagian belakang di bangun semacam tempat tinggal buat anak-anak. Yah, selain sebagai tempat penitipan anak. Day Care ini juga menampung anak-anak yang terlantar.

Hana sangat menyukai tempat ini. Ia sangat suka melihat anak kecil yang bermain, berlarian, belajar bahkan saling bertengkar. Menurut Hana, apapun yang di lakukan mereka sangatlah menggemaskan. 

Hal ini juga mengingatkan Hana pada masa kecilnya yang menyenangkan. Mengingat kenangan itu, Hana langsung memegang bandul kalung yang di pakainya. Sebenarnya itu bukan kalung, melainkan sebuah cincin. Karena cincin itu sudah tidak muat di jarinya, makanya ia memasangnya sebagai kalung. Cincin itu hadiah sekaligus kenangan terindah untuknya.

"Na. Kita turun sekarang."

Ucapan Sean menyentakkan lamunan Hana. "Oh iya. Kita turun." Hana turun dari mobil masih memegang bandul kalung yang ada di lehernya.

Hana dan Sean berjalan beriringan menuju ke Day Care."Lo tadi ngelamun?" ucap Sean.

"Hah, enggak kok. Mmmm lo yakin mau nemenin gue di sini. Maksud gue, gue biasanya lama di sini takutnya lo bosan." Hana berhenti dan menghadap Sean.

Sean tersenyum. "Nggak kok, gue juga suka ama anak kecil."

"Lo yakin?"

Sean menganggukkan kepala lalu memasukkan kedua tangannya ke kantong jaket yang ia pakai dan langsung berjalan duluan memasuki Day Care.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status