"Airaa tidak mau ma!" tolak Airaa tegas pada ibunya yang kini berdiri di depannya.
"Ayolah sayang, ini demi perjanjian yang telah kami sepakati. Kasihan ayahmu jika kamu menolak ikut." jelas Ratna menjelaskan agar putrinya itu mengerti."Ya, tapi gak kayak gini caranya ma. Seharusnya mama dan papa bilang lebih dulu dong sama Airaa, jangan langsung main sepakati pendapat berdua aja." kesal Airaa pada kedua orang tuanya."Di coba aja dulu sayang. Yah, mau ya ikut?" bujuk Ratna tanpa lelah agar Airaa mau."Hhhh, ya sudahlah. Tunggu dulu kalau begitu, Airaa mau dandan dulu." pamit Airaa dengan langkah yang kesal menaiki tangga memasuki kamarnya.Ratna sedikit bersyukur dan tersenyum karena pada akhirnya Airaa mau ikut pergi dengannya dan sang suami ke rumah kerabat bisnisnya.Airaa memasuki walk on closetnya dan langsung memilih-milih pakaian apa yang cocok untuk ia pakai malam ini. Kebiasaan Airaa yang memang selalu lama dalam menimbang-nimbang pakaian apa yang harus ia kenakan setiap kali ia ada acara penting maupun dalam keadaan genting."Sebenarnya ada apa sih? Kenapa mama dan papa ngotot ingin aku agar ikut kerumah kerabat bisnis papa?" gumam Airaa bertanya-tanya sendiri."Ah, sepertinya aku pakai yang ini saja." ucapnya riang setelah menemukan satu set gaun berwarna merah terang yang akan ia pakai malam ini.Setelah selesai memakai gaunnya, Airaa sedikit memberi polesan make-up yang tipis ke wajah cantiknya. Setelah di rasa cukup puas dan bangga akan penampilannya, Airaa keluar dari kamar dan melangkah menuju ke lantai bawah yang ternyata kedua orang tuanya begitu setia menunggu dirinya hingga selesai."Sudah selesai?" tanya papanya.Airaa mengangguk seraya berjalan terlebih dahulu, Airaa masuk ke bagian kursi belakang mobil bersama mamanya. Sedangkan papanya duduk di kursi depan bersama sang supir.Pak Saipul selaku sang supir pun menghidupkan mesin mobil dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.Mama Airaa menoleh dan tersenyum melihat putri kesayangannya terlihat begitu sangat cantik malam ini."Kamu cantik banget sayang." pujinya seraya mengelus rambut putrinya dengan sayang.Airaa hanya menanggapinya dengan senyuman, karena sejujurnya pikiran Airaa tengah gamang saat ini. Entah kenapa keputusannya yang memilih ikut sepertinya sebuah pertanda buruk untuknya.******Pak Wira Atmadja mengeram kesal pada sang putra semata wayangnya. Dava mengingkari janjinya di telepon tadi yang mengatakan jika ia akan datang ke rumah nanti malam. Tapi kenyataannya, nihil. Pria itu sejak tadi tak kunjung juga menampakkan batang hidungnya.Padahal ia dengan susah payah membuat janji dengan kerabat bisnisnya, yang tadinya akan memperkenalkan anak mereka dengan Dava, putranya.Tapi dengan mudahnya Dava menghancurkan segala rencana yang sudah ia susun serapi mungkin. Rencana perjodohan ini seharusnya berjalan lancar dengan persetujuan dari kedua belah pihak.Pak Wira harus menerima malu dan kemarahan dari kerabatnya, saat merasa jika ia telah menipu sekaligus membohonginya. Sahabatnya sekaligus kerabat bisnisnya pun memutuskan pulang dengan perasaan yang sangat amat marah, dan sepertinya rencana perjodohan anak mereka pun batal."Sabar mas," ucap bu Hanum seraya mencoba menenangkan amarah suaminya."Bagaimana mungkin aku bisa tenang ma, jika anak itu...." pak Wira tak melanjutkan kalimatnya saat melihat raut wajah istrinya yang sendu dan mata yang berkaca-kaca bersiap tumpah.Pak Wira sangat tahu sekali jika istrinya sangat memanjakan Dava dan kelewat sayangnya terhadap putera mereka. "Ini karena kamu yang terlalu memanjakannya ma, hingga Dava dengan bebas dan se-sesuka hatinya melakukan semua hal atas apa ia yang ia mau. Sekalipun! sekalipun anak itu sama sekali tak pernah menurut atas perintah maupun keinginan dari kedua orang tuanya." ucap pak Wira sinis seakan menyalahkan istrinya yang terlalu memanjakan Dava."Apakah kamu pernah memperhatikan Dava walau sedikit saja mas?" sahut bu Hanum memberanikan diri pada suaminya.Setidaknya, sedikit saja suaminya itu memperhatikan Dava putera mereka. Dava. selama ini serasa seperti tak di perhatikan papanya yang hanya memperdulikan semua yang berkaitan dengan perusahaan, bisnis, uang dan nama baik keluarga.Hal itulah yang membuat Dava lebih memilih bekerja di perusahaan orang lain daripada perusahaan milik keluarganya sendiri yang menurutnya seperti neraka. Dava juga memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen miliknya, hal itulah yang semakin membuat Dava jauh dari keluarganya padahal masih di kota yang sama.Pak Wira tak menjawab ucapan istrinya, ia lebih memilih menaiki tangga memasuki kamarnya. Urusan yang tadi sungguh mengacaukan pikirannya, kesempatan yang seharusnya menguntungkan perusahaan dan nama baik keluarganya pun pupus sudah.Airaa merenggut kesal pada kedua orang tuanya, ternyata dugaan dia benar kan! jika kedua orang tuanya mengajak dirinya ikut hanya untuk mengetahui rencana perjodohan yang sudah mereka rencanakan.Kedua orang tuanya merencanakan perjodohan untuknya tanpa sepengetahuan dirinya maupun izin darinya. Itulah yang membuat Airaa kesal setengah mati, jika saja mama dan papanya bicara jujur lebih awal padanya. Kemungkinan besar, Airaa tak akan semarah ini.Dan kemarahan Airaa seakan mau meledak saat lelaki yang ingin di jodohkan dengannya tak kunjung datang. Ia merasa keluarga lelaki itu seperti ingin mengerjai dirinya beserta kedua orang tuanya."Sudah, cukup!" teriak Airaa kesal dan menutup kedua telinganya dengan tangan.Sejak pulang tadi Airaa langsung mengunci dirinya di dalam kamar, ketukan pintu dan suara sang ibu yang tak kunjung berhenti memanggil namanya pun tak ia gubris sama sekali.Masa bodo bagi
"Kakak ipar Kia!" teriak Dava gembira melihat kehadiran Kia di kantor, dengan menenteng sesuatu yang bisa Dava pastikan jika itu kotak bekal makan siang."Dava ya?" tebak Kia tersenyum ke arah pria tampan itu."Ah, ternyata kakak ipar Kia mengingatku. Yeeaayy!" lagi Dava berteriak kegirangan membuat resepsionis cantik di situ tertawa.Tanpa merasa malu karena ia bertingkah layaknya seperti anak kecil, Dava justru mengedipkan sebelah matanya pada resepsionis itu."Mau bertemu siapa? Aku, om Rasyid, atau Nando?" goda Dava.Pipi Kia merona merah malu, saat Kia membuka mulutnya ingin bicara. Dava mencegahnya."Tidak perlu menjawabnya, karena aku yakin pasti kakak ipar Kia ingin bertemu dengan Nando. Ayo, mari kuantar kak," ajak Dava tersenyum lembut pada Kia.Dava dan Kia berjalan bersisian menuju lift yang akan mengantarkan mereka berdua ke lantai di mana ruangan Nando berada."Dava?""Iya Kak?" "Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Ki
Demi Airaa sang wanita incaran Dava yang telah membuat dunianya jungkir balik serta hari-harinya yang kacau. Untuk itu, Dava melakukan rencana kerjasama bersama Kia, istri dari Nando sahabatnya.Kia sudah berjanji pada Dava, apabila pria itu berhasil membongkar kedok kebusukan Aisyah, wanita ular yang menjelma menjadi malaikat di rumah mertuanya itu. Maka Kia akan dengan senang hati memperkenalkan Dava dengan sepupunya yang terkesan selalu berpenampilan seksi, Airaa.Mendengar itu, tentu saja mata Dava berbinar bahagia. Apa yang selama ini ia nantikan akan segera terkabul, dan untungnya wanita yang ia cari selama ini ternyata sepupu Kia. Ah, dunia memang terasa sempit sekali. Eh, tapi belum tentu juga jika Airaa sepupu Kia ini adalah wanita yang Dava cari, bisa saja mungkin bukan dia. Hhhhh, Dava jadi sedikit ragu."Sekarang aku harus apa?" tanya Dava bingung ke arah Kia.Kia tampak berpikir, bagaimana caranya agar penyamaran Dava berhasil menghalangi Aisya
Aisyah dibuat kesal setengah mati oleh Dava, bagaimana tidak? Pasalnya Dava malah membawanya berkeliling-keliling gak jelas. Awalnya Aisyah tetap kekeh tak mau ikut ke mobil Dava, tapi pria itu menakut-nakutinya jika terlalu lama di jalanan sepi itu, mau tak mau Aisyah akhirnya ikut dengan Dava."Hei, pria kacamata, kau sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Aisyah kesal."Ke neraka bersama, kau mau kan?""Apa maksudmu?" tanya Aisyah bingung."Di mana alamat rumahmu? Sejak tadi kau tidak memberitahukannya padaku. Makanya aku membawamu jalan-jalan saja." Dava pura-pura tak mengetahui di mana Aisyah tinggal, padahal dia tahu dan sangat hafal rumah Nando."Rumahku di jalan..." Aisyah mengatakan di mana alamat rumah Nando pada Dava.Dava menganggukkan kepalanya. "Di situ kau tinggal?""Iya, memang kenapa?" tanya Aisyah."Tidak apa-apa, hanya bertanya saja," jawab D
Happy reading!++++++++Dava berhasil membongkar kedok busuk Aisyah di hadapan Nando dan seluruh keluarganya. Untunglah, dan kini wanita licik itu sudah di bawa pergi jauh dari kediaman Nando.Syukurlah, sekarang semua masalah sudah terselesaikan dan nampak damai. Namun tidak untuk Dava, karena dia harus melakukan tugas terakhir yaitu mengurus Aisyah yang rencananya akan ia bawa tinggal di rumah sakit jiwa.Kenapa rumah sakit jiwa? Ya, menurut Dava dan atas persetujuan suami Aisyah, Aisyah memang layak dan pantas untuk di rawat di rumah sakit jiwa.Dava benar-benar bertanggung jawab akan tugasnya, mengurusi segala keperluan Aisyah selama proses perawatan wanita itu disana. Dava bahkan memberi tempat tinggal yang layak untuk suami dan anak Aisyah agar sewaktu-waktu apabila mereka merindukan Aisyah, maka tak terlalu jauh ke rumah sakit. Dava juga memberi pekerjaan untuk Ridwan, meskipun awalnya suami Aisyah itu menolak bantuannya, beruntungl
"Airaa, tunggu!" teriak Dava berlari mengejar Airaa yang keluar dari cafe."Lepas!" tekan Airaa marah ketika Dava berhasil mengejarnya, sebelah tangan Airaa di cekal Dava agar wanita itu berhenti."Mau apa kau sebenarnya? Lepas!" bentak Airaa muak dengan tingkah Dava."Aku mau dirimu."Sepertinya Dava harus menyumpal mulutnya sendiri ketika tanpa aturan bibirnya mengucapkan dua kata ajaib itu.Airaa yang sudah kesal pun semakin kesal setelah mendengar ucapan Dava. Apa-apaan pria di depannya ini mengatakan hal seperti itu? Apa dia kira Airaa ini seorang jalang?"Kau masih ingat aku, kan?" tanya Dava dengan masih mencekal tangan Airaa.Ingat? Tentu saja Airaa ingat, tapi situasi saat ini tak mendukung Airaa. Airaa menggeleng seraya berkata. "Maaf, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku tidak mengenalmu." "Apa?!" Dava ternganga mendengarnya.Bagaimana bisa? Tidak mungkin! "Kau bohong!" sentak Dava kesal."Kenapa kau mem
Airaa meremas kuat pakaian yang di kenakannya setelah bu Hanum mengatakan semuanya. Tentang siapa Airaa dan soal wanita yang akan mereka jodohkan untuk Dava.Bagaimana reaksi Dava setelah mendengarnya? Jangan di tanya lagi, tentu saja pria itu berbinar bahagia.Sangking bahagianya bahkan pria itu merengek kepada sang ibunda, agar secepatnya di nikahkan bersama Airaa, bahkan kalau perlu hari ini juga mereka menikah."Ma, Dava mau menikah sekarang juga." pinta Dava yang masih merengek pada bu Hanum."Pria gila!" dengus bu Hanum sebal melihat tingkah putranya yang kelewat ajaib.Apa dia pikir menikah itu mudah, asal kita mengatakan mau maka langsung bisa di laksanakan, paling tidak mereka juga harus mempersiapkan segalanya bukan? Seperti gaun pengantin, cincin pernikahan dan masih banyak lagi.Tapi ya dasarnya Dava yang sableng dengan entengnya ia mengatakan, itu masalah gampang mama.Airaa yang sedari tadi hanya diam saja sedikit membuat Hanum jad
Seharian ini Airaa hanya termenung di ruangannya di butik miliknya, memikirkan bagaimana nasibnya selanjutnya yang di jodohkan dengan Dava. Pria Playboy tidak waras itu, bagi Airaa Dava itu pria tengil yang kurang sehat alias gila.Suara ketukan di pintu membuyarkan segala lamunan Airaa, ia menginterupsi seseorang sih pengetuk pintu untuk masuk. Sita membuka pintu ruangan Airaa dengan sebelah tangan yang memegang nampan. Sita meletakkan gelas yang berisi kopi panas seperti biasa setiap paginya untuk Airaa."Terima kasih Sita, sayang." ucap Airaa bersikap ceria seperti biasanya."Sama-sama mbak Airaa."Airaa pun langsung meniup-niup uap panas yang keluar dari kopi itu, kemudian menyesapnya sedikit demi sedikit agar perutnya terasa hangat."Ada yang mbak butuhkan lagi?" tanya Sita, kali saja ada yang di perlukan Airaa."Ah, tidak Sita. Terima kasih, kamu bisa kembali ke pekerjaanmu." titah Airaa."Baik mbak, permisi." Sita menunduk hormat.