Share

Part 1

Seorang pria menatap nanar sebuah pusara yang bertuliskan nama wanita yang sangat ia cintai, Eva Azzara. Nando terus memperhatikan makam Eva, tak peduli hujan yang turun dengan derasnya, membuat bajunya basah kuyup.

Ia berlutut di makam Eva, mengelus batu nisannya dengan sayang. masih tak menyangka jika Eva akan meninggalkannya secepat ini.

Sedetik kemudian Nando tak merasakan air hujan mengguyur tubuhnya, ia menoleh ke belakang melihat sepasang sepatu flat shoes berdiri di belakangnya. ia mendongak ingin melihat siapa orang tersebut.

Disana, berdiri seorang wanita cantik berhijab yang tersenyum ke arahnya. seketika senyumnya lenyap saat melihat wajah Nando yang datar tanpa ekspresi.

"M--mas, hujannya deras sekali. sebaiknya kita pulang mas." cicit Kia takut-takut mengajak Nando untuk pulang.

"Kamu pulanglah duluan, aku masih ingin disini, menemaninya." titah Nando yang kini sudah beralih kembali melihat pusara Eva.

Tanpa menjawab ucapan Nando, Kia berbalik pergi dengan perasaan yang campur aduk.

"Bagaimana mungkin aku bisa menepati janji ku Va, jika rasanya se-sakit ini. kepergian mu membuat luka terdalam untuk kami semua." ucap batin Kia menjerit menangis.

1 bulan kemudian...

Sudah satu bulan semenjak kepergian Eva, seharusnya hari ini adalah tanggal pernikahan Eva dan Nando. namun, tuhan berkehendak lain.

Nando tersenyum kecut mengingat hari ini, pria itu memilih mengurung dirinya di dalam kamar. rasanya ia tak mau keluar, hari ini cukup dirinya dan foto-foto Eva yang masih terpajang lengkap di kamarnya.

Tok... tok... tok...

Suara pintu kamar Nando yang di ketuk seseorang, Nando bergegas membukanya. wajah ibunya lah yang Nando lihat saat membuka pintu kamarnya.

"Mama?" wanita paruh baya itu tersenyum.

"Boleh mama masuk sayang?" Nando mengangguk seraya membuka lebar pintu untuk memberi jalan Nella untuk masuk.

Nella terdiam begitu mendapati kamar sang anak yang masih terpajang begitu banyak foto mendiang Eva. dadanya sesak melihat hal itu. sebegitu cintanya sang anak pada Eva?

"Sampai kapan kamu begini terus, nak?" tanya Nella.

Nando diam, mata pria itu menyipit mencerna maksud perkataan ibunya.

"Lupakan dia Nando, kamu harus memulai kehidupan yang baru. kamu--"

"Melupakan mama bilang?" tanya Nando tak habis pikir.

"Sayang, maksud mama--" lagi-lagi ucapan Nella terhenti.

"Sudahlah ma, Nando ngerti. hanya saja Nando masih belum bisa melupakan Eva."

"Pelan-pelan saja nak, mama tidak menyuruh mu untuk melupakan semua tentang Eva. mama hanya minta agar kamu bangkit dari keterpurukan ini, mama yakin pasti Eva bakalan sedih jika melihat kamu yang seperti ini." ucap Nella memberi semangat untuk anaknya.

"Mama!" cegah Nando saat Nella ingin melangkahkan kakinya keluar.

"Iya?" tanya Nella berbalik ke arah putranya kembali.

"Ada yang mau Nando katakan sama mama." Nando menepuk sisi ranjang, mengisyaratkan agar sang mama duduk di situ.

Nella mendekat kemudian duduk di ranjang, Nando menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. ia butuh kekuatan untuk mengatakan hal itu.

"Ada apa sayang?" tanya Nella yang sudah penasaran.

"Tentang Kia."

Dahi Nella berkerut dalam begitu Nando menyebut namanya.

"Kenapa dengan Kia?" tanyanya.

Nando pun menceritakan kepada sang mama mengenai perihal janji yang telah ia dan Kia ucapkan sesuai permintaan Eva.

Nella syok mendengarnya, namun tak memungkiri rona kebahagiaan yang terpancar di wajahnya.

"Jadi, kapan kamu mau melamar Kia, nak?" tanya Nella antusias.

"Tidak tahu ma, aku masih ragu untuk menepati janjiku. apakah mungkin aku bisa menerima Kia dan mencintainya?" lirih Nando gusar.

"Nando, janji adalah janji, yang harus kalian tepati. kalian tidak boleh mengingkarinya, Eva pasti kecewa di atas sana jika melihat kalian tenyata tak menepati janji yang ia inginkan."

"Nando tahu ma, beri Nando sedikit waktu lagi untuk semua ini." pinta Nando.

"Pasti sayang, pikirkan lagi semua ini dengan matang-matang. ya, meski pun mama sangat berharap kamu jadi memenuhi keinginan terakhir Eva." setelah mengatakan itu Nella keluar dari kamar Nando.

Nando mengusap wajahnya kasar dengan kedua telapak tangannya yang kekar, ia serba bingung sekarang. tapi benar apa yang dikatakan ibunya, janji adalah janji yang harus di tepati.

Seminggu kemudian...

Nando sudah tampak lebih membaik dari sebelumnya, kini ia terlihat seperti sedia kala Nando yang biasanya. Nando memang terkenal sangat dingin dan terkesan cuek, namun bila dengan keluarganya maka ia jauh berbeda dengan yang orang lain lihat.

"Pagi ma, pa." sapanya saat sudah sampai di meja makan.

Ia kecup pipi Rasyid dan Nella bergantian.

"Pagi sayang." jawab kedua orang tuanya bersamaan, Nella balas mengecup pipi Nando.

Sementara Rasyid hanya menoleh sekilas dan melipat koran yang ia baca.

"Hari ini ada meeting pagi Nando." ucap Rasyid mengingatkan.

"Iya pa,"

Nella memperhatikan anak dan suaminya dengan senyum yang tak pernah luntur, bersyukur karena putranya sudah kembali ceria.

"Ma, Nando sudah putuskan mengenai janji itu." ucap Nando membuat Nella terdiam.

Rasyid yang bingung mendengar kata janji pun menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.

"Janji? janji apa maksudnya?"

"Jadi, apa keputusan kamu sayang?" tanya Nella antusias, mengabaikan pertanyaan penasaran suaminya.

"Nando akan mencobanya, nanti malam kita ke rumah Kia ya ma."

"Alhamdulillah, akhirnya ya Allah. semoga di terima ya nak, aminnn." ucap lega Nella begitu bahagia.

"Amiiinn." doa Nando menimpali.

Rasyid semakin bingung. janji, Kia, dan di terima. maksudnya apa?

"Tidak ada yang ingin menjelaskan pada papa, apa maksudnya ini?" ucap Rasyid memelas.

Nando dan Nella saling melirik tersenyum jahil.

"Rahasia." jawab keduanya kompak membuat Rasyid meradang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status