Share

Bab 10 Jangan Temui aku Jika Kau Tidak Dapat Menghabiskan Uang

“Kakak laki-lakimu sepertinya sedang melakukan coding.” Julian mengangkat alisnya.

"Coding?" Susan berkedip. "Aku tidak tahu dia bisa melakukan itu."

“Aku tidak terlalu yakin, tapi sepertinya benar. ”

“Oh.”

Tidak peduli apa yang dilakukan oleh kakak laki-lakinya, nampaknya kondisinya saat ini sangat baik. Ia bahkan menemukan sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiannya.

Susan memandang Jacob lama sekali.

Setelah beberapa lama, Jacob berhenti dan menoleh untuk melihat Susan sebelum tersenyum tipis padanya. “Susan.”

"Kakak." Susan tidak dapat menahan diri untuk merasa senang. Ketika dia pertama kali mendapatkan diagnosis penyakit skizofrenia, dia bahkan tidak dapat mengenali adik perempuannya sendiri.

Kondisinya membaik belakangan ini. Setidaknya, Jacob tidak melupakan dirinya.

"Susan," ulang Jacob sambil tersenyum. Satu-satunya hal yang dapat ia katakan adalah nama Susan.

"Kakak," jawabnya dengan sabar.

“Susan.”

"Kakak."

“Susan.”

"Kakak."

Keduanya melanjutkan percakapan yang tidak berarti. Julian merasa itu aneh, tapi melihat betapa bahagianya Susan, dia pun enggan mengganggu mereka dan hanya menunggu di samping.

Susan dan Jacob mengobrol sebentar seperti itu, dan setelah membujuknya untuk tidur, wanita itu berjalan ke arah Julian dengan malu. "Maaf, membuatmu menunggu."

“Senang mengetahui kau meminta maaf untuk itu. Lantas, apa rencanamu untuk meminta maaf padaku? " Julian tiba-tiba menutup jarak di antara mereka saat sinar bulan melembutkan alis kakunya.

Susan merasakan jantungnya berdetak kencang. Dalam rasa panik yang menderu, perempuan itu mundur selangkah dan berkata, "Aku.. kau... kau ingin aku meminta maaf dengan cara apa?"

Julian menatapnya dengan intens. “Kalau begitu aku akan mengumpulkan poin penyesalanmu beberapa kali lagi dan kau akan membayarku secara sekaligus.”

Dia berbalik untuk beranjak pergi. "Ayo, kita pulang."

Ketika Susan memperhatikan punggungnya, tanpa sadar seutas senyum terbentuk di wajahnya. Julian Shaw tidaklah menakutkan seperti yang ia pikirkan.

Begitu mereka sampai di rumah, Susan memandangi tempat tidur besar di kamar tidur dan merasa sedikit gugup. “Ju-Julian, bagaimana kalau kita tidur malam ini?”

"Bagaimana menurutmu?" Julian mengangkat alis ke arahnya, dan dengan sengaja memperpanjang nada bicaranya hingga wajah Susan menjadi merah. “Tentu saja, kita akan tidur bersama.”

“Tentu saja, kau jangan terlalu banyak berpikir,” lanjut pria itu, “Seperti kemarin, kau akan tidur di sisi itu, dan aku akan tidur di sisi ini. Aku tidak ingin tubuhku yang murni ini tercemar olehmu."

Susan tidak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin dia tidak tahu tentang nama panggilan CEO Shaw dan kemurniannya?

Selanjutnya, mencemari dirinya? Apakah Susan seorang iblis?

Namun, kata-kata Julian membuatnya merasa santai. Dia pun lalu mengganti piyamanya dan menyelinap di bawah selimut.

Julian mengerutkan kening padanya. “Kenapa piyamamu sama dengan yang kemarin? Apakah kau tidak punya baju ganti? ”

Dia menatapnya dengan naif. “Aku hanya punya dua set piyama, dan cuaca hari ini tidak terlalu bagus. Piyamaku yang lain belum kering.”

Sesaat Julian tidak bisa berkata-kata saat menatap Susan. “Aku ingat memberimu kartu. Kau dapat membeli ratusan piyama dengan uang did alam kartu itu, bukan? ”

Lelucon apa itu!

Wanita Julian Shaw sebenarnya hanya memiliki dua set piyama yang perlu dicuci dua hari sekali? Jika berita itu tersebar, hal ini akan sangat membuatnya malu!

“Aku tidak tahu berapa banyak uang yang ada di dalam kartu itu karena aku tidak pernah menggunakannya,” kata Susan, “Gajiku di Lanyard Construction yang dikirim padaku setiap bulan sudah cukup bagiku.”dalam

Julian mengerutkan keningnya lebih keras!

Dia tiba-tiba berpikir bahwa tidak hanya piyama saja. Susan hanya punya beberapa set pakaian sehari-hari sebagai pakaian ganti. Dia juga tidak pernah melihat wanita itu memakai perhiasan apapun.

Orang-orang pastilah tahu bahwa bahkan semua "teman baik"-nya terbungkus oleh perhiasan mewah, namun istrinya sendiri tampak sangat sederhana.

Julian merengut saat membuka lemari Susan. Pakaian di dalamnya terlipat rapi dan orang-orang pun dapat menghitung jumlah pakaian yang dia miliki dalam sekilas pandangan. “Apa kau hanya memiliki dua mantel saja?”

“Ya, dan itu sudah cukup,” Susan menjawabnya seperti biasa.

“Merek apa ini? Kenapa aku belum pernah melihatnya di mana pun sebelumnya?!”

“Jangan lihat mereknya. Itu sebenarnya cukup mahal dan aku telah menghabiskan beberapa ratus dolar.” Susan tampak agak sedih. Jika bukan karena ingin terlihat lebih rapi di kantor, dia lebih suka menabung beberapa ratus dolar yang telah ia habiskan itu.

Julian tidak bisa berkata-kata. Dia mengambil semua pakaian dari lemari dan membuangnya ke tempat sampah.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Susan berlari dengan gugup.

“Bagaimana bisa wanita Julian Shaw memakai semua omong kosong ini? Susan, jangan mempermalukan aku dengan sengaja ” Dia menatap Susan dengan jijik.

“Aku pun tidak bermaksud seperti itu! Sebelumnya, aku memakai baju seharga puluhan dolar. Sekarang setiap pakaian yang aku miliki harganya lebih dari seratus dolar,” balasnya.

Julian tiba-tiba merasa gatal di antara giginya. Kemudian, dia mengeluarkan kartu hitam dan menyerahkannya padanya. “Susan, aku memperingatkanmu. Kalau kau memakai pakaian seperti itu lagi, aku akan menamparmu di tempat!”

Nada bicaranya yang kejam membuat Susan menciut. “Pakaian itu berkualitas bagus…”

Julian melihat betapa enggannya dia. Dalam hati, Julian berpikir sikapnya lucu dan juga menjengkelkan.

Setelah beberapa saat, Julian berkata dengan nada muram, "Apakah kau masih ingat kita akan pergi makan malam keluarga dalam beberapa hari?"

"Aku ingat. Aku bahkan menyetel pengingat di ponselku.” Susan mengusap ponselnya untuk membuktikannya.

“Apa kau berencana berpakaian seperti itu ketika mengunjungi ibu mertuamu? Meski kau tidak merasa malu sekalipun, aku yang akan merasa malu!"

“Tapi, aku selalu berpakaian seperti ini.” Ekspresi Susan polos di wajahnya.

Untuk sesaat Julian kehilangan kata-kata, dan harga dirinya goyah. Sebelumnya dia dengan sengaja memaksakan dirinya untuk mengabaikan segala sesuatu tentang Susan, sehingga dia tidak menyadari hal ini.

“Tapi, itu dulu, dan sekarang berbeda! Bukankah ibuku mengatakan padamu untuk mengurusku? Jika kau berpakaian seperti ini, bagaimana dia bisa percaya bahwa kita memiliki hubungan yang baik? Aku akan memberikan izin mengambil cuti besok untukmu. Kumohon pergilah dan beli beberapa pakaian yang layak. Masing-masing pakaianmu tidk boleh kurang dari $ 10.000! Dan juga, belikan beberapa perhiasan," ancam Julian, "Aku akan memeriksa struk pembayarannya besok. Jika jumlah totalnya kurang dari $ 10 juta, aku akan menghukummu.”

"Sepuluh... sepuluh juta!" Rahang Susan terbuka saat mendengar angka itu.

“Perhiasan itu penting. Ingatlah untuk membelikan sesuatu yang akan membuatku bangga. Jika kau mempermalukanku saat makan malam keluarga, kau akan mati." Julian memberikan sebuah kartu padanya dengan sikap mengancam.

“Baiklah…” Susan berjuang untuk menerima kartu itu. "Tapi…"

“Tidak ada kata tetapi. Sudah diputuskan seperti itu! " Julian memotongnya.

"Lalu ... apa yang akan kupakai besok pagi?" Susan menatapnya dengan tatapan polos. “Kau membuang semua pakaianku!”

Julian tidak tahu harus berkata apa.

Akibatnya, asisten pribadi Julian menerima misi tengah malam untuk membeli pakaian untuk istrinya.

Keesokan paginya sebelum berangkat kerja, Julian mengingatkannya, “Ingat apa yang aku katakan. Jangan temui aku jika kau tidak bisa menghabiskan $ 10 juta. Aku telah memanggil seorang sopir, Alfred, untuk melayanimu hari ini. Jadi, sebaiknya kau membelanjakan uangnya!”

"Baiklah." Kepala Susan merasa pening.

$ 10 juta!

Bagaimana dia bisa menghabiskan semua itu dalam sehari?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status