Share

Bab 4: Menyuapinya Dengan Sendok

Singkatnya, pergerakan jari-jari Lucas Hank pun terhenti. Dia tidak jadi membuka kerudung wajah Charlotte.

Dia lalu menatap gadis yang tertidur di tempat tidurnya. Jika gadis itu membuka matanya, dia akan bisa menyaksikan matanya yang indah dan berwarna hitam pekat seperti mata anak kucing. Menatap bola mata tersebut seperti anak kucing yang sedang bermanja-manja, ada kombinasi kemurnian dan sensualitas.

Lucas menatap bekas kemerahan di leher Charlotte. Kulitnya terlihat halus. Saat itu dia hanya mencekiknya dengan ringan tetapi sudah ada bekas sejelas itu.

Dia pun berbalik dan kembali berbaring di sofa.

Gangguan tidurnya semakin parah. Ini bukanlah sesuatu yang bisa disembuhkan oleh jarum perak tipisnya. Namun gadis itu memang ahli. Tadi dia memang mendapatkan istirahat di tangannya sekitar 10 menit.

Sudah lama sekali dia tidak tidur seperti itu bahkan hanya dalam waktu 10 menit saja.

Lucas menatap sosok mungil itu dan berpikir bagaimana tangannya bisa begitu kecil dan lembut...

Keesokan paginya, Charlotte Shimon sedang menikmati sup biji teratai dan kurma merah yang disajikan oleh pelayan di ruang makan. Nyonya Hank tua duduk di sampingnya dan mereka mengobrol dengan riang.

"Charlie, pada pandangan pertama, aku sangat menyukaimu. Jika di masa depan Lucas menganiayamu, beri tahu nenek ya. Aku akan membantumu memukulinya... Minumlah supnya dan jangan berhenti. Makan lebih banyak sup dan buatlah lebih banyak bayi. Nenek ingin segera menggendong bayi kecil Lucas dan Charlie di tanganku.… ”

Nyonya Hank tua memiliki rambut seputih salju tapi dia sangat bersemangat. Dia baik dan hangat. Jika tingkahnya yang seperti badut itu bisa diabaikan, Charlotte akan sangat menyukainya.

Suara pelayan pun terdengar, "Tuan, selamat pagi."

Lucas Hank telah turun ke ruang makan.

Charlotte menengok dan melihat hari ini Lucas Hank mengenakan setelan kemeja putih dan celana panjang hitam, pakaian klasik yang keren. Kainnya telah disetrika dengan sempurna.

Dia turun dari tangga berkarpet dengan sikap anggun dan berkelas bawaan yang muncul dari tubuhnya.

Seorang wanita tua membuntutinya dan memegang sprei pengantin yang bernoda merah.

Wanita tua itu mengucapkan selamat kepada Nyonya Hank Tua sambil tersenyum. “Nyonya senior, selamat! Ini untuk mendoakan agar Anda mendapatkan cucu yang sehat secepatnya!"

“Luar biasa, luar biasa. Kepala Pelayan Harry, beri dia hadiah!”

Nyonya Hank tua memberikan hadiahnya dengan murah hati.

Charlotte Shimon langsung bisa melihat bahwa wanita tua itu sedang memegang seprai pengantin dari kamar Lucas Hank dan dirinya tadi malam. Seorang perawan akan berdarah pada malam pertamanya, kan.

Namun, mereka kan tidak melakukan apa-apa. Jadi, dari mana asal noda darah itu?

Lucas Hank pun berdiri di samping Charlotte dengan satu tangan di saku celananya. Ia lalu membungkuk dan berbisik di telinganya dengan santai. "Aku sudah melakukannya. Itu bukan hal yang aneh, bukan? Kau… masih perawan?”

Pertanyaannya terlalu jujur. Charlotte bahkan belum pernah berkencan sebelumnya. Telinganya yang cantik pun langsung memerah.

Dengan posisi Lucas Hank yang membungkuk untuk berbisik kepada Charlotte Shimon, pasangan itu terlihat begitu mesra. Mereka tampak persis seperti pengantin baru yang sedang meneteskan cinta yang manis seperti madu.

Nyonya Hank tua segera menutup matanya. “Aku tidak melihat apa-apa. Aku tidak melihat, tidak. Ayolah, kalian berdua ini.”

Saat berbicara, dia membuka jari-jarinya untuk sekilas mengintip mereka..

Lucas melihat ke arah telinga Charlotte yang memerah dan mengerutkan alisnya. Samar-samar dirinya terlihat seperti pria dewasa yang jahat.

“Kau belum merayakan ulang tahun ke 20, jadi kau masih dianggap berusia 19. Kau belum punya pacar… kan?”

Charlotte Shimon masih sangat muda dan baru berusia 19 tahun. Sedangkan Lucas Hank sudah berusia 27 tahun, tampan, dewasa, dan pada usia yang prima.

Pertanyaan Lucas yang terus-menerus dan kedekatan jaraknya hanya menekankan embusan udara yang hangat pada kulit lembut Charlotte. Hal itu membuatnya ingin bersembunyi.

"Apakah kau mau makan ini?"

Charlotte berbalik dan memberikan sesuap sendok kecil sup manis yang langsung dia sodorkan ke mulut Lucas. Satu-satunya niatnya adalah untuk menyumpal kata-katanya itu.

Kepala pelayan di sampingnya langsung berteriak, "Nyonya, itu sendokmu!"

Tuan mudanya benar-benar maniak kebersihan. Itu adalah sendok yang digunakan nyonya mudanya. Kepala pelayan itu lalu bergegas mengambil obat kumur.

Charlotte tampak terkejut. Saat ini dia hanya berpikir untuk menyumpal mulutnya, namun dia telah menyuapinya dengan sendoknya sendiri tanpa berpikir dua kali.

Uh…

Lucas Hank yang baru saja disuapi pun menegakkan tubuhnya. Ada sedikit kerutan di wajahnya sebelum akhirnya dia menelan sup tersebut di bawah tatapan panas semua orang.

Kepala pelayan pun menjadi sangat tercengang. Apa... yang salah dengan tuannya?

_Tuan, Anda benar-benar aneh. Apa kau lupa tentang itu?_

Nyonya Hank tua pun mengangguk puas. Melewati usia 70-an, dia memiliki penilaian yang cerdas terhadap orang-orang. Dia menyukai Charlotte Shimon begitu melihatnya. Gadis ini ditakdirkan untuk bersama cucunya.

"Menakjubkan. Kalian berdua makan dari semangkuk sup yang sama. Sepertinya cicitku akan segera datang ke perut Charlotte." Nyonya Hank tua sangat gembira.

Sambil memegang sendok yang baru saja ia suapkan kepada Lucas Hank dan menatap sisa sup biji teratai dan kurma merah, Charlotte Shimon berada dalam dilema apakah dia harus terus memakannya atau tidak.

Lucas Hank lalu duduk dan melihat ke arahnya. Ia berbicara dengan nada prihatin, "Mengapa kau tidak makan lagi? Minumlah, supnya akan menjadi dingin."

“….”

Charlotte tahu bahwa Lucas pasti sengaja berkata demikian. Dia baru saja menyuapinya dengan sendok tersebut dan sekarang pria itu ingin dia terus menggunakan sendok yang sama.

Itu artinya mereka berdua akan melakukan ciuman tidak langsung...

“Mm hmm, Charlotte, kenapa kau berhenti? Makalah lebih banyak lagi. Kami akan memberimu satu porsi lagi nanti," kata Nyonya Hank Tua.

Charlotte dengan cepat menenggak sisa sup dengan sendoknya. “Aku kenyang, nenek. Aku tidak mau lagi."

Melihat kepolosan Charlotte dan jawaban cerdasnya yang cepat, ujung bibir Lucas pun menyunggingkan sebuah senyuman. Dia sedang dalam suasana hati yang bagus.

Setelah sarapan, Nyonya Hank tua bertanya, “Charlotte, apakah nanti kau akan keluar?”

Charlotte mengangguk. “Nenek, aku ingin pulang ke rumah,”

“Kau harus pulang. Lucas, pergilah dengan Charlotte. Bawalah beberapa hadiah. Itu yang harus kau lakukan sebagai menantu,” Nyonya Hank tua segera memanggil Lucas.

Sudah terlambat bagi Charlotte untuk menghentikannya karena Lucas sudah berjalan ke arah mereka.

“Baiklah. Ayo kita pergi.”

Keduanya pun meninggalkan Orlane Estate dan berjalan menuju ke halaman rumah. Lucas membuka pintu kursi penumpang dengan sopan. "Masuklah."

Charlotte pun melambaikan tangannya. “Sekarang nenek tidak melihat kita. Pergilah melakukan apapun yang mau kau lakukan. Aku akan memanggil taksi untuk pulang ke rumahku,"

Lucas mengangkat alisnya. “Bukankah kau bilang akan berakting di depan nenek? Masuklah dan jangan buat aku mengulangi perkataanku untuk yang ketiga kalinya,”

Pria ini sangat dominan.

Namun, jantung Charlotte berdetak kencang. Lucas telah menyetujui perjanjian damai yang dia sebutkan tadi malam!

Karena tidak bisa lagi menolaknya, Charlotte pun memasuki mobil mewah tersebut.

Saat mobil melaju di sepanjang jalan, keduanya pun terdiam. Untuk menghindari suasana canggung, Charlotte pun menghadap ke jendela mobil.

Jendela mobil yang mengkilap memantulkan siluet Lucas. Pria itu mengemudi dengan penuh perhatian, meletakkan kedua tangannya yang besar di setirnya dan tampak bersahaja saat dia mulai menyalakan mesin, memindahkan gigi dan mulai menyetir.

Charlotte melihat jam tangan mahal di pergelangan tangan kokoh pria itu. Harganya lebih dari satu juta.

Dia tidak tahu identitasnya tetapi dia tahu bahwa mereka telah mencapai kata sepakat. Hal ini akan selaras dengan apa yang direncanakan Charlotte bagi keluarga Shimon.

Tatapan Charlotte kemudian beralih ke pemandangan diluar jendela.

*******

Setengah jam kemudian, mobil mewah itu pun diparkir di kediaman Keluarga Shimon.

Charlotte lalu menunduk untuk melepaskan sabuk pengamannya tetapi gagal membukanya.

"Biar aku yang membukanya,” Lucas membungkuk.

Charlotte pun membiarkan Lucas membantunya dengan pengunci sabuk pengamannya.

Kemarin Lucas benar-benar menangkap aroma wewangian dari tubuh Charlotte. Sekarang jarak di antara mereka berdua begitu dekat sehingga saat ini dia hanya mencium aroma yang menyenangkan dari tubuh gadis itu.
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nyno
Tuan Hank....anda sangat cerdik, dan anda sangat lihai bersandiwara .........
goodnovel comment avatar
Kia Qirana
Gadis yang pandai. Bak pepatah : air tenang menghanyutkan. Dia menyimpan misteri. Dan bikin penasaran
goodnovel comment avatar
mahmud jamahsari
ah ntap! nshdjdkskhsv
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status