Share

BUKAN ORANG PENTING!

Akhir pekan Tika sekarang berbeda dari biasanya yang banyak rebahan dan mandi pukul tengah hari kemudian di rapel ke sore.

Jam sembilan Tika sudah berdandan cantik menunggu pacar menjemput buat nonton dan beli novel sama cat buat Tika. Katanya sih di traktir tapi nanti bulan depan Tika yang traktir Daru.

Di jemput di depan rumah Tika langsung ngacir sambil pamit ke abang yang didalam kamar, mencium pipi gembil keponakan lelakinya yang sedang makan di meja pantri. Tika ucapkan salam perpisahan untuk jalan akhir pekan sama pacar.

Tika senang, jadi cengengesan selama perjalanan sampai Daru ketakutan dibuatnya. Untung cinta, jadi memaklumi tingkah Tika yang ajaib.

Sampai di bioskop, keduanya melihat-lihat film yang sedang tayang, mereka sama sekali tidak punya gambaran akan menonton apa datang kemari.

Tidak jelas sekali memang pasangan absurd ini.

"Ini kita mau nonton apa?."

"Kamu maunya nonton apa?."

"Lah, malah nanya balik. Aku itu nggak terlalu suka nonton, jadi nggak begitu update soal film yang lagi viral maupun yang seru di tonton and bla bla bla... "

"Ya ya ya... Nggak suka nonton, cuma drama korea doank! Dasar betina!."

Sontak Tika langsung tendang aja tulang keringnya Daru yang bacotnya suka bener.

Namanya betina, mana mau mengakui kesalahan begitu saja. Nonton drama korea kan karena Tika suka liat oppa yang bening, sebening piring yang dicuci dengan sunlight.

"Sakit, gila!!. Galak bener dah."

"Ya makannya, nggak usah gitu."

"Nggak usah gitu gimana maemunah?!."

"Ihhh! Udah deh. Intinya aja, kita mau nonton apa. Malah ngalor ngidul ngomongnya!."

Tika gemas, jadi dia pukul lengan Daru tiga kali yang buat empunya meringis pindah tempat duduk ke samping, jauh dikit.

"Beneran sakit loh. Nggak usah pukul-pukul lagi. Kita mau nonton film aja intinya. Aku juga nggak tau, asal ajak aja."

"Dih gila ya lu?!!."

"Kagak gila lah, orang gue ngajak nonton secara sadar."

.

.

Tika didalam bioskop, bulak balik kamar mandi terus. Dia kalau sudah banyak minum dan didalam ruangan dingin pasti beser.

Apalagi si bodoh Daru pilih kursi paling atas dan pojok tepat dibawah AC, wasalam dan undur diri saja. Tika 6 kali ke toilet sampai malu didalam studio bioskop mau ke kamar mandi lagi.

Sudah gitu, Tika lupa makan sebelum nonton, al-hasil perutnya kembung dan selalu ingin buang angin tapi malu. Pokoknya perutnya nggak banget, tau kan gimana rasanya keisi angin doang.

Tidak mau diam di kursi duduknya sampai Daru jitak palanya, terus di ambekin Tika yang keluar studio dan nggak mau masuk lagi.

Fyi, Tika itu tidak pernah nonton bioskop pakai uang sendiri. Banyaknya di traktir bang Tara, abang-abangan, sama teman kantor yang naik jabatan dan Daru sekarang.

Tika itu malas nonton film, jadi mana mau dia keluarkan duit untuk nonton film ke bioskop yang nanti tidak bisa di skip skip ketika nonton, kaya nonton di leptop.

Sudah, Tika nikmati akhir pekannya dengan Daru. Membeli buku, karoke, nonton dan terakhir makan di pinggir jalan. Tentu makan sate ayam kesukaan Tika dan ada bakpau.

"Akkhh... Ada bakpau!! Ada bakpau Daruuu..."

"Ilah dah. Berasa bawa anak kecil gue kalau lu teriak-teriak begini, malu anjir!."

Daru pegangi lengan Tika yang sudah mau berlari menuju penjual bakpau.

"Jarang-jarang soalnya tukang bakpau itu, Daru. Kata si mamangnya juga, mereka di pencar dan ada disetiap tanggal tertentu aja jualan dimari!." Tika jelaskan dengan semangat pada Daru.

"Ya ya ya. Mau tanggal berapa dan jualan dimana. Intinya lu gak usah bertingkah, disini rame Tikaaa..."

"Tikaaa..."

Tika lepas dari genggaman Daru dan berlari menuju penjual jajanan cilor, Daru ikut lari juga jadinya. Tika kalau di tukang jajanan itu nggak bisa diam, pasti kesana kesini dibeli apalagi banyak jajanan favorit Tika kalau pergi sama abang.

Tunggu saja nanti Tika sakit tenggorokan kemudian bengek karena tidak jaga makanannya, lalu demam dan mual. Daru nanti mampus dimarahi abang pasti.

.

.

"Uhukk.. uhuk...."

"Makannya, jangan kaya bocah. Udah tau badan be'es masih aja asal jajan. Emang cuma sama si Farhan lu jinak di bilangin buat jangan jajan asal."

"Berisik abang."

"Halah. Buru makan nih, minum obatnya."

"Tenggorokan Tika masih sakit, bawa mesin uap aja deh kesini. Buat nelennya juga sakit."

"Nina lagi ambil, nanti dia kesini. Tapi ventolin kamu habis, jadi nyuruh mang Sueb belikan dulu ke apotik. Udah deh, makannya kamu pantang dulu makan cokelat, susu, gorengan, telur sama es. Kalau sakit begini yang pusing semuanya, lu udah kaya orang mau sekaratul maut begini cuma gara-gara asma lu kambuh."

Bang Tara duduk dipinggir ranjang sambil memijat kening Tika yang katanya pening habis.

"Ya, siapa juga yang mau punya banyak alergi. Ini turunan dari siapa kali, mamah cuma alergi dingin kenapa aku banyak banget!!." Tika berucap lemah dengan sesekali menarik napas panjang.

Tika tidak tidur rebahan, dia sandaran di kepala ranjang. Kalau rebahan dadanya tertekan dan makin tidak bisa bernapas. Apalagi sekarang setiap tarikan napasnya terdengar seperti peluit, berisik.

Ciri khas, pengidap asma sekali.

"Abang mau kemana?."

"Mau nelpon mang Sueb, lama bener beli obat ke apotik. Abang kasian liat kamu makin susah buat napas."

Dengan wajah cemas bang Tara langsung hengkang dan ka Nina masuk kedalam kamar Tika dengan segelas teh hangat juga mesin uap.

"Minum tehnya dulu, biar dada kamu legaan dikit."

"Ka..."

Tika sedih, dia mulai susah napas. Punggungnya sakit karena cape tarik napas panjang terus. Dadanya sesak terhimpit, gara-gara kemarin jajan asal tanpa mau dengarin Daru. Tika akhirnya mendapat akibatnya. Kepala pening, teggorokan sakit, perut mual dan badan demam.

Lengkap sekali kan.

Air mata Tika sampai menetes tapi mau nangis keras nggak bisa, sesaknya malah makin terasa.

"Udah jangan nangis, nih si Farhan nelponin terus. Bentar... nah dia Video call."

Terus muka abang langsung kelihatan disana, Tika histeris karena rasa getir sebab sakitnya.

"Tika.... Jangan nangis, nanti kamu makin susah napasnya!!." Wajah abang langsung panik disana melihat Tika malah menangis begitu juga ka Nina.

"Uhh... Banggg.."

"Tarik napas, hembuskan pelan-pelan. Jangan nangis oke..."

"Abang sini... sini bang..."

"Ini gimana bisa begitu si Tika, Nin?."

"Tiga hari lalu, si Tika nggak bisa di bilangin, dia jajan sama pacarnya yang harusnya dia pantang."

"Si Tara mana?!! Kenapa dia nggak ada?!!. Lagi gimana pacarnya!! Udah gue bilang dari awal, brengsek ini si Daru!!."

Suara abang makin melengking melihat Tika masih juga tergugu memegang dada sesak, Tika membungkuk karena tidak dapat bernapas.

"Abang dimana?... kesini bang..."

"Abang nggak bisa kesana sekarang. Nanti akhir pekan abang bisa kesana, sekarang abang lagi temani Sarah di Amrik. Kamu jangan ngadi-ngadi makannya nanti!! Nina--."

Tika langsung buang hp ka Nina ke ujung kamar dengar abang lebih mentingin si Sarah-Sarah ini. Bodo amatlah, dengan itu bang Tara datang dengan obat dan wajah super pucat melihat Tika menangis.

Membuka cairan ventolin dan memasukkan kedalam selang mesin uap dan memasangkan pada Tika agar segera dihirup.

.

.

Baru bangun tidur di hari libur, abang sudah ada diruang tv main game bersama abang Tara yang tengah berteriak berseru ribut. Nggak tau, Tika nggak tau masalah game yang keduanya mainkan. Seminggu berlalu sehabis Tika sakit, sekarang Tika sudah sedikit baikan. Walau masih dalam pantauan abang.

Habis ngadi-ngadi, sudah tua masih saja ngyele dibilangin. Banyak pantangan tapi tidak di pantang, giliran sakit yang rempong banyakan. Huh, dasar Santika!.

Tika masuk kedapur dan ambil gelas untuk minum. Lalu Tika buka lemari pendingin untuk mencari cemilan pagi. Sayang cuma nemu roti, selai cokelat dan buah mangga belum dibuka, huh.  Tika ambil pisau dan mengupas buah mangga untuk sarapan, nanti setengah jam Tika akan makan nasi. Karena kalau belum makan nasi bukan sarapan namanya, Tika kan Indonesia banget.

Tika kalau makan sedikit, cuma setengah centong. Lagi asik ngunyah sambil merem malah ada yang dorong kepala Tika, kan merusak nikmat Tika dalam memakan sarapan dalam keadaan sadar tidak sadar.

"Terobosan baru kayanya, makan sambil tidur."

Hm... bodo amat, Tika mana peduli. Dia ambil potongan buah lagi dan mengabaikan Farhan, suruh siapa ngeselin. Laki kok  mulutnya lebih-lebih dari ibu-ibu komplek.

"Kemarin itu, bukan maksud ngatain kamu. Cuma abang sanksi sama laki-laki yang deketin kamu."

Abangmah suka gitu nggak ditanya pasti suka jelasin terus. Jadi Tika dengarkan saja walau diluar terlihat mengabaikan, abang juga kelihatan biasa saja dan tetap buka mulut menjelaskan.

"Terus, bukan maksud mau ngabain Tika. Kan abang lagi ada masalah sama bisnis makannya lupa kasih tau kalau abang punya pacar lagi, harusnya Tika tau kalau abang sibuk kerja biasanya kalau sampai lupa kabarin."

Iya,sih. Harusnya Tika peka cuma gara-gara lagi falling-falling cinta, lupa diri. Tika angguk-angguk saja sambil makan mangga matang habis itu abang selesai bicara buka lemari pendingin dan mengambil mangga terus berkecimpung sambil memunggungi Tika.

Farhan ambil blender terus dia masuki potongan buah mangga. Habis itu abang buka tutup blender dan berbalik untuk menatap Tika dan menawarkan.

"Mau?." Tika menggeleng dan mendengus.

Karena abang minum jus mangga dari blender langsung tanpa mau repot-repot mengambil gelas, alasannya katanya malas mencuci gelasnya. Jadi langsung teguk dari blender, kan minta dipukul tuh jakunnya yang naik turun sok sexy.

Uh!! Tika jadi nggak fokus. Makannya tepok-tepok pipi biar sadar, soalnya tadi akal sehat sempat mau undur diri saja sebelum ditutup secara resmi. Abang damagenya suka muncul tiba-tiba gitu.

"Abang kebiasaan jorok!. Minum jus pake gelas kek, jangan langsung gitu."

"Sengaja, biar kamu kesel terus ajak abang ngomong. Abis kamu muka kusut mulu kaya handset dalam kantong. Terbukti kan?."

Abang tersenyum culas Tika mencebik marah sendiri, jadi rungsing dia. Kan masih marah kenapa malah ngajak ngomong abang, negur lagi.

Asal kalian tau ya, Tika kalau sudah marah pasti suaranya hilang. Mukanya badmood, diliatnya asem terus bikin orang sakit perut, mules, pokoknya nggak enakin membuat kita ikutan rungsing dan unmood.

Maksud suaranya hilang itu, Tika akan banyak diam dan tidak banyak menanggapi. Lebih banyak melipir jauh dari keramaian dan sekalinya dibuat kesel nanti yang keluar itu silet tajam semua, nyelekit habis.

Makannya teman-temannya yang paham pasti bakalan lebih memilih diam sampai Tikanya sendiri yang ajak mereka ngobrol. Kalau sudah begitu artinya Tika sudah cukup dengan kesendiriannya.

.

.

.

Farhan membereskan meja kerjanya, memisahkan berkas yang belum dia tanda tangani maupun yang belum direvisi dan bawa berkas yang selesai dia cek kepada sang sekretaris. Wajahnya masam tidak ada manis-manisnya, gantengnya makin maut. Buat orang ikut gegana.

"Dewi, ini berkas untuk besok. Tolong coba cek jangan sampai ada kesalahan lagi."

"Oke, bos."

Terus Farhan hengkang tanpa balas senyuman manis menggoda yang kecut diakhir karena diabaikan bos ganteng. Bos nya kalau sudah baik, baik sekali. Tapi kalau sedang anjlok moodnya pasti kaya sekarang, berasa melihat malaikat pencabut nyawa. Mungkin bos nya kerasukan dewa kematian, habis hawanya mematikan bikin panas dingin pengin menjauh.

Soalnya dari pagi sudah uring-uringan dalam ruang meeting hanya karena kesalahan proposal yang sudah diberikan kepada klien dikembalikan. Kemudian membanting apapun barang yang dia pegang keatas meja tanpa perasaan.

Pokoknya dalam mode buas begini jangan disentuh takut kena bacok. Mulutnya sudah setajam golok baru diasah.

Kan jadi hiperbola.

Jadi begini sahabat. Akhir-akhir ini abang sering berkunjung untuk ajak jalan Tika, taunya Tika sudah janjian sama pacarnya. Dan itu hampir setiap minggu. Ketika abang ajak dihari yang lain Tika iyakan tapi setelah itu main cancel karena diajak pacar jalan dadakan.

Farhan dinomor duakan karena ada yang baru, tidak terima dia. Makannya sekarang dia akan datang menyusul lebih dulu setelah mengirim pesan dengan titah tegas, pakai tanda seru tiga.

Abang jemput dan bilang pacarmu. Kamu pulang sama abang!!!

Sekarang Farhan didalam mobil menuju kantor percetakan Tika, ponselnya terus meraung tapi Farhan abaikan. Dia tau Tika pasti ingin batalkan dan minta pulang duluan saja.

Sayang, nyampe kantor Tika tidak ada, kata pak satpam sudah pulang duluan karena sekarang akhir pekan. Kantor juga sudah terlihat sepi jam dua siang.

Banting setir Farhan belokkan mobilnya keluar pelataran kantor Tika terus menuju rumah Tika.

.

.

.

"Gimana rasanya jadi penonton, enak?."

"Biasa aja." Tanya Tara.

Tara menarik satu alisnya tidak percaya. Masih menggoda manaik turunkan kedua alis.

"Oh, biasa aja?."

"Iya biasa aja,"

"Iri dan dengki."

Tara yang baru mau melengos, karena umpannya tidak dimakan Farhan langsung berbelok sambil ngakak.

Jadi setelah menahan marah dirumah Farhan malah menemukan kedua cucu adam beda jenis kelamin tengah mengobrol diruang tamu dengan Tika yang memerah kedua pipinya. Manis dan Farhan nggak suka ya, kok manis gitu diliat sama orang lain. Farhan yang sudah sering liat buluk, cantik maupun manis asemnya Tika liat yang beginian.

Terus dia ikut duduk bareng Tara yang nonton bola di ruang tv menatap arah jarum jam empat tepat diruang tamu dimana Tika sama Burhan lagi ngobrol terus Tika cekikikan malu-malu meong. Panas hatinya, dia selama sama Tika nggak pernah tuh begitu sikapnya kalau ketawa.

"Makannya ya, adek gue itu terlalu mungil-mungil ngangenin. Kalau nggak diikat nanti ketarik sama umpan pejantan lain tau rasa."

Farhan diam sedang matanya masih liat Tika yang memukul lengan pacarnya ketawa. Uh, kok jadi panas dingin gini liatnya.

"Asal lo tau aja, gue nggak bilang ini karena Tika nggak mau lu marah. Tiap malam minggu banyak yang datang kerumah sampai jam sepuluh malem cuma buat ngapelin si Tika, adek gue laku keras cuy!!"

Berhasil, umpan Tara dimakan Farhan yang langsung kusut tuh muka sudah kaya baju belum di gosok terus dibuntel-buntel tanpa bentuk. Sedang bang Tara langsung ngakak lagi pegang perut. Habisnya kalau tidak disadarkan, nanti keduanya nggak ada yang mengerti sama perasaan mereka karena tittle kakak-adik zone.

Farhan juga tidak sadar, kalau hampir tiap hari ngapelin adiknya tapi lupa. Adik manisnya padahal nggak tiap malam minggu kok di apelinnya, gimana mau ngapelin orang pawangnya ada dirumah terus.

Paling kalau abang ditanya Tika mau main atau eenggak jawabannya tidak. Baru Tika beritahu teman laki-lakinya buat dateng kerumah. Itu juga datangnya Tara cueki, biar merasa nggak nyaman dan buru pulanglah.

Enak saja ngapelin adiknya tapi belum dihalalin. Apalagi pernah nangis tuh Tika gegara di PHP in sama yang sering ngapelin jadian sama yang lain.

Jadi sekarang, biarkan bang Tara yang baik hati ini membantu adiknya, biarkan deh kalau nanti dia dilangkah. Tara tidak percaya mitos kalau dilangkah nikah bakalan susah dapet jodoh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status