Share

KEPINGAN HATI YANG BERSERAKAN

Abang mana bisa diemin Tika, Tika kan ngangenin. Jadi wajar Tika balas diemin malah abang yang belingsakan kaya ikan didaratan.

Tapi seriusan, waktu bang Tara beberin rahasia yang Tika umpet-umpetin dari bang Farhan langsung hengkang balik. Mukanya nggak ada selow-selow nya, Tika takut dan nggak lama Burhan yang paham balik. Tika samperin bang Tara yang nonton tv.

"Abang ngomong apa sama bang Farhan?. Kok mukanya asem gitu, bukan aneh-aneh kan?.""

"Oh, enggak. Abang cuma bilang tentang kamu yang di apelin tiap malam minggu sama cowok."

Segera Tika geplak pala abang Tara dan berteriak hiperbola.

"Abang!!! Kok malah dibilangin, kan Tika suruh jangan bilang-bilang bang Farhan... Ih, terus gimana ini. Abang Farhan pasti marah, huhuhu. Nanti yang jajanin Tika siapa kalau abang Farhan ikut marah, harusnya kan Tika aja yang marah dan diemin abang."

Terus Tika yang sudah garuk-garuk kepala frustasi berat, agak lebay sih. Langsung ingat dan bilang.

"Ihhh. Lagian Tika nggak di apelin tiap malam minggu juga, nggak bener abang. Tika di apelin kalau bang Farhan nggak kerumah doank ya..."

"Yeuuu semprul. Nggak adil donk kalau lu doank yang boleh marah dan ngdiemin nggak jelas."

"Bodo amet!! Abang ngeselin, jangan minta aku masakin makan. Minta aja sama tetangga sana!!"

Langsung minggat Tika dari hadapan bang Tara dengan hentak kaki diatas bumi. Sedang Tara langsung kejar Tika. Terus lah adik kakak kandung itu debat dengan Tara yang minta maaf tapi dengan wajah tak menyesal, Tika makin makan kesal liat muka abangnya, jadi dia taboklah muka ganteng abangnya terus masuk kamar dan kunci.

.

.

Tika lanjutkan kehidupannya walau abang Farhan cuekin Tika, awal-awal ngdiemin Tika masih anteng-anteng aja. Jalan sama Daru sampai datang ke kosan yang lumayan bagus kamarnya, seharga satu juta perbulan. Panteslah bagus dan nyaman.

Tika duduk di ranjang tidur Daru, menunggu Daru yang sedang mandi di kamar mandi, ya masa mandi di empang kan.

Tika nunggu sambil main hp, tapi lama-lama perut Tika laper. Mau pesan online tapi nggak mau keluar duit. Nunggu Daru aja deh, beli makan pake uang Daru.

Punya pacar sesekali di manfaatin gapapa. Nanti gantian Tika ynag traktir kalau gajian. Hehehe.

Sampai singkat cerita, entah bagaimana Daru yang sudah selesai mandi duduk bersisian dengan Tika yang harum tubuhnya buat candu, yang padahal biasanya nggak ngaruh sama sekali walau kecium sama hidung Daru.

Tangan Daru menyentuh tubuh lembut Tika yang, kok rasanya baru megang diluar pakaian saja sudah terasa teksturnya bagaimana kalau tanpa pakaian.

Benar-benar keparat otak Daru.

Memang dasar setan jahanam, bisikannya dasyat sampai buat Daru berani mengelus paha Tika dan mencium tepat dibibir tapi Tika keburu melengos dengan tubuh bergetar takut.

Horor, Tika menatap Daru penuh kengerian.

"Kamu ngapain?."

Eh, mulut no akhlak yang tololnya akal sehat benar-benar sudah terinjak habis. Mulut Daru, otaknya sudah diambil kepala bawah malah bilang.

"Mau tidur sama aku?."

Alhamdulillah, sontak Tika langsung pukul kepala Daru dengan tas selempangnya yang berisi buku. Lumayan bikin kepayang puing. Langsung hengkang sambil menangis keluar kosan Daru, sedang Daru yang sudah malu dan pusing kepala tidak mengejar.

Setelah kejadian itu, Daru meminta maaf pada Tika yang sudah kehilangan kepercayaan. Tapi sehabis itu, Daru hilang kabar dan Tika sempat mencari kabar. Kenapa Daru tidak ada kabar, soalnya selama di kantor Tika menghindari Daru.

Apalagi Daru sudah tidak masuk beberapa hari.

.

.

Sudah empat hari, dan abang beneran marah sama Tika soalnya main cuma kalau di ajak nggame sama bang Tara, Tika chat balesnya singkat-singkat. Tika jadi sering uring-uringan. Kalau ditelepon pasti bilangnya rapat dan sibuk. Terus berlanjut sampai Tika putus sama Daru yang entah gimana hilang kabar.

Awalnya Daru masih bisa diajak ketemu dan jalan, tapi lama-lama dia sering bilang sibuk dan hilang. Apalagi setelah kejadian dikos Daru, hubungan keduanya benar-benar berjarak. Terus baru-baru ini ada nomor asing masuk dan menjelaskan semuanya. Dia perempuan dan Tika merasa buruk akan itu sebagai seorang wanita juga.

Katanya dia mau kasih bukti dari ucapannya. Makannya mengajak Tika ketemuan.

Dan disinilah kemudian Tika diajak bertemu dengan keduanya yang dimana Daru menggendong seorang anak lelaki berumur sepuluh bulan, sepertinya, Tika tidak tau. Terus wanita muda yang lebih tua dikit sama Tika yang menghubungi dan menjelaskan perkaranya. Tau gitu Tika nggak bersuara apalagi untuk marah, sudah kosong duluan pikiran.

Daru selalu membuang muka, tidak berani menatap kearah Tika. Jadi Tika juga tidak mau menatap apalagi anak kecilnya terlihat senang dan sering tertawa hanya karena hal kecil yang Daru lakukan.

"Maaf ganggu waktu kamu,"

"Nggak sama sekali kok, ini juga akhir pekan."

Kemudian diam, ketiganya diam diantara hiruk pikuk restoran. Tika menoleh untuk menatap sekeliling restoran tidak mau balas tatap wanita dihadapannya, Tika malu. Beneran malu dan hilang harga dirinya sebagai wanita terhormat.

Begini, wanita dihadapan Tika adalah istri Daru dan anak dalam gendongan Daru adalah hasil dari pernikahan mereka. Daru menghilang karena istrinya datang berkunjung ke kota tempat dia mencari nafkah, untuk menjauhi terciumnya hubungan Daru dengan Tika. Maka dia menghilang sampai Tika dihubungi istri Daru yang baik hati sekali menjelaskan dan memohon maaf atas sikap Daru.

"Saya paham kamu tidak bersalah, ini adalah habits dari suami saya yang sering mengencani perempuan lain dibelakang saya. Saya mohon maaf mewakili suami saya karena telah mempermainkan perasaan kamu."

Begitu isi pesannya sampai si istri mengajak ketemuan dan Tika sanggupi untuk melihat kenyataan itu sekarang benar ada didepan mata. Namanya Mawar, wanita anggun terlihat lembut nan manis dalam balutan gamis pastel dan kerudung pasminanya.

Mawar tidak marah, dia memaafkan. Atau orang lain akan mengatakan, bodoh, sangat bodoh mempertahankan laki-laki yang sudah sering berselingkuh.

Mawar mengambil alih anaknya dari Daru dan bersuara layaknya anak kecil untuk menarik perhatian Tika dan menghilangkan ketegangan.

"Kakak manis, namaku Putra. Aku udah mau satu tahun umurnya, kakak manis jangan cemberut ya, biar Putra bisa liat manisnya kakak kalau tersenyum."

Yang ada Tika menangis, dia langsung sesegukan dihadapan keduanya. Dia hancur, Tika benar-benar jadi kepingan tau kalau dia dimaanfaatkan. Dan parahnya tidak tau kalau dia cuma selingkuhan, Tika menahan tangis tapi tidak bisa.

Dia jadi ingat kata-kata abang Tara waktu itu, yang tidak setuju dia pacaran dengan Daru yang umurnya sudah kepala tiga. Abang bilang.

"Laki-laki umur segitu, sedang merantau. Biasanya sudah menikah dan nggak single lagi. Biasanya di kampung aslinya dia sudah punya istri dan anak. Makannya abang nggak setuju, takut kamu nggak sadar kalau jadi selingkuhan!." Malu, Tika malu.

Menutup kedua wajah dan terus bersuara mengucap maaf.

"Maaf. Maafin aku yang bodoh. Maafin aku mbak, maaf karena sudah jadi orang ketiga."

"Hei... kamu nggak salah, mbaklah yang salah. Ini sudah jadi takdir dari Tuhan, kamu sama sekali tidak bersalah. Seharusnya mbak juga ikut suami merantau untuk menjaga sahwatnya dengan perempuan lain, tapi mbak nggak melakukan itu walau suami mbak mengajak untuk ikut merantau."

Terus Mawar beri ucapan menyemangati untuk membangun kepercayaan diri Tika sedang Daru bungkam dari awal sampai akhir. Hanya saja matanya memerah, berpura-pura sibuk dengan anaknya. Sampai satu kata terucap"maaf" Tika langsung hengkang dari sana setelah menampar Daru untuk pelampiasan kesakitannya.

"Brengsek!," kemudian Tika menoleh menatap Mawar berurai air mata.

"Maaf aku menampar suami mbak, dan aku beri masukan sama kamu brengsek. Sadar sebelum kamu kehilangan, berteman dalam kekosongan dan kehilangan. Itu sangat menyakitkan. Jadi berubah atau ditinggalkan suatu saat nanti."

"Karena waktu berputar, yang berjuang akan lelah dan menyerah."

Sudah. Tika keluar dari restoran dengan tatapan beberapa pelanggan restoran yang sedang makan.

.

.

.

Farhan memeluk Tika yang menangis tidak berhenti, baju kaos bagian dadanya telah basah begitupun bagian pundak yang sekarang jadi tempat Tika bersandar pasrah.

Farhan usap-usap punggung sempit yang masih saja bergetar ini, entah kenapa. Hatinya ikut merasa sakit dan nyeri itu datang dengan nyata ketika datang kerumah tidak mendapati Tika kemudian menunggu dan kepulangan Tika malah bersama tangis pilu.

Tara tengah menyusul kakak sulungnya, yang balik dari luar negeri untuk berkunjung ke Indonesia selama sebulan bersama keponakannya. Jadi hanya ada mereka berdua dirumah itu.

"Abang... aku jahat banget ya... aku jadi orang ketiga di antar suami istri, gimana ini abang?."

Tika meracau terus, Farhan hanya menenangkan dengan kata-kata yang dia saja tidak paham. Ada apa dengan orang ketiga, dari mana bisa jadi orang ketiga.

"Aku cewek oon yang hampir aja pacaran sama cowok udah nikah, aku hampir hancurin masa depan anak laki-laki tanpa dosa. Aku hancurin hati perempuan baik hati karena kebodohan aku."

Suara Tika lemah dan serak, tangisnya sangat hebat dan sudah hampir dua jam-an Tika baru terlihat tenang. Farhan bingung, dia jadi ikut sakit dengan tingkah Tika yang begini.

Tapi fokus Farhan adalah ucapan terakhirnya yang buat abang langsung lepas pelukan untuk memastikan dengan rasa kejut 1000 volt hiperbola, emosinya sudah hampir terkumpul untuk bertanya ganas.

Tapi suara tangis Tika melemah dan tubuhnya mendadak melemas dan Farhan panik ketika sadar kalau Tika tidak sadarkan diri.

Tolong, jangan buat yang aneh-aneh. Begitu kata isi hati Farhan yang masih bisa sedikit bergurau untuk menghilangkan sedikit rasa khawatirnya.

"Brengsek!! Siapa yang bikin kamu sampai kaya gini, Tika?. Seharusnya abang nggak biarkan kamu dekat sama laki-laki brengsek siapa pun itu tanpa abang screening!."

Maki Farhan sambil membawa tubuh Tika menuju kamar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status