“Kenapa bengong? Sambut tamu kita ke depan!” Baiklah, harus menyambut tamu. Aku bangkit dan menyambut seorang lelaki dan perempuan, sepertinya mereka bule. Aku harus menunjukkan performaku dalam berbahasa Inggris.
POV DAVIN
“Selamat pagi, Pak.” Dia menyapa. Hampir saja runtuh aku membuka kedok. Tidak, kalau aku baik sama dia, bukan tidak mungkin dia juga akan jatuh cinta padaku. Lebih baik dia menganggapku bos galak dan menyebalkan, hingga cintanya beralih kepada Devan. Atau mungkin memang sudah beralih? Karena beberapa kali aku melihat mereka sangat akrab. Tunggu! Aku tidak boleh cemburu.
“Apa jadwalku hari ini?” tanyaku. Dadaku masih berdebar berhadapan dengannya seperti ini.
“Hari ini,a da rapat direksi pagi, setelahnya makan siang dengan klien di restoran yang sudah disepakati, kemudian memeriksa berkas,” ucapnya. Aku tidak kuasa menahan,&nbs
“Kenapa bengong? Sambut tamu kita ke depan!” Aku menyuruhnya berinteraksi dengan tamu yang datang dari Amerika tersebut. Aku belum mendengar dia berbicara bahasa Inggris, kalau ternyata kurang fasih, harus diajari sampai sangat fasih. Ternyata dugaanku benar, walau tidak buruk, tapi aksen pengucapannya belum benar.***Meyyis***POV DAVIN“Ke ruanganku!” Aku menyuruhnya datang ke ruangan. Sepertinya, dia butuh sesuatu. Mungkin, dia akan sangat benci kepadaku, karena menyuruh bekerja keras. Tapi akan lebih baik. Dia datang dengan membuntutiku.“Duduk!” Aku membuka lemari buku. Mengambil kepingan CD dan buku panduan berbahasa Inggris. “Pelajari itu, saya akan memeriksa setiap dua hari sekali, kau mengerti? Kembali bekerja! Satu lagi, besok ke apartemen saya, tugasmu tidak hanya di kantor, tapi mengantarku pulang pergi juga,” tukasku. Ah, sejenak aku
“Pak, maaf,” panggil Shasha. Aku menoleh, berhenti tepat di depan mejanya. Dia menyentuh leherku, membetulkan dasi. “Maaf, aku kira dasi bapak Kurang rapi karena berlari.” Aku menelan ludah. Ternyata, begitu sangat bahaya berada di area terdekat dengannya. Mungkin aku … ah, apa yang aku pikirkan. Kenapa kali ini dia sangat cantik?***POV SHASHA***Demi apa pun, aku harus melakukannya. Kata mama, menjadi sekretaris itu seperti baby sitternya. Aku melakukan semua untuk bos. Dari kebutuhan kecil, hingga besar semua aku yang mengatur. Termasuk sekarang, melihat dasinya miring, harus bisa mendandaninya.“Pak, maaf.” Aku keluar dari kubikel, menyentuh dasi yang ada di lehernya. “Maaf, aku kira dasi bapak Kurang rapi karena berlari.” Kami sangat dekat. Aroma maskulin mulai menyentuh hidungku. Ya Tuhan, jangan sampai dadaku meledak berada sangat dekat denga
“Ngapain masih bengong! Buruan, atau mau lembur sampai malam? Berkas yang bulan kemarin harus semua dicek. Bulan depan kita berangkat ke Amerika selama dua minggu. Persiapkan bahasa Inggris kamu. Pastikan PR sari saya, sudah fasih.” Ah, aku bener-bener bis agila kalau menghadapinya terus. Setengah berlari, menuju ke toiletnya. Ini sangat nyaman. Mirip di rumah bukan di kantor. Meskipun sudah dua minggu kerja, baru kali ini masuk ke toiletnya. Apa yang kupikir? Lebih baik langsung berganti baju saja, saatnya menyediakan camilan untuknya. Bergegas go!***Meyyis***POV AUTHORShasha mulai terbiasa dengan ritme kerja Davin yang sangat cepat. Pagi ini, seperti biasa datang untuk melayaninya. Davin tinggal diapartemen, terpisah dari orang tuanya. Dia hanya akan datang akhir pekan, selalu meminta ditemani oleh dirinya. Bahkan, kadang Shasha tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri.Shasha memilihkan baju ke
POV SHASHAAku mulai terbiasa dengan segala keperluan Davin. Kami semakin dekat, walau masih saja ada jarak tidak seperti dulu. Lebih tepatnya, aku harus tahu diri sebagai bawahannya. Kadang memang merasa lelah, tapi harus bisa menikmati. Sebentar lagi, tahun ke satu aku bekerja kepadanya. Sepertinya, hidupku memang untuk bekerja. Dari dua puluh empat jam, hampir empat belas jam aku bersamanya. Jika pekerjaan sudah kelar, seperti baby sitter harus mengikutinya sampai di tertidur. Memang, gajiku lebih besar dari sekretaris pada umumnya. Selain itu, Davin sangat sopan tidak pernah macam-macam.“Kenapa? Belum pernah melihat cowok seksi?” ucap Davin. Aku kaget, sepertinya lamunanku membuat terlambat untuk keluar dari kamarnya“Saya akan keluar,” pungkasku. Kakiku mulai melangkah tapi ….“Tidak usah, tetap di sini.” Bagaimana bisa? Dadaku terasa terba
“Belum, aku akan menyerahkan tim promosi untuk menyelesaikan kasus ini terlebih dahulu. Kamu tetap fokus pada hal yang biasanya saja,” ucap Davin. Aku mengiyakan perkataannya. Mau bagaimana lagi? Lembur ya lembur. Sudah bias aitu. Tidak lagi menjadi rutinitas yang spesial. Menjadi asisten dan sekretarisnya, tidak mudah.***Meyyis***POV DAVINAku mencari Shasha. Kemana dia? Ini baru pukul lima? Aku mencari di kubikannya, tidak ada? Lebih baik kembali saja ke ruanganku. Melihat suasana kota yang semakin meremang, lebih baik. Aku melihat ke arah jalan yang semakin padat. “Maaf, Pak. Saya terlambat.” Dia datang sambil berlari.“Dari mana? Sudah sore, kamu tidak akan pulang?” tuturku.“Bapak mau pulang sekarang?” Aku tidak menjawab, langsung balik badan dan meninggalkan ruangan itu. Tapi, tidak ada bunyi sepatu. Aku menoleh, melihatnya
“Ada apa? Apa kamu mencari seseorang?” tanya dia. Sudah tahu nanya, batinku tidak suka pada wanita itu, sebab kalau ketemu yang dibicarakan selalu saja hal yang sama. Akan menjodohkan dengan anaknya, yang super duper menjijikkan karena pesolek sejati. Aku sangat anti dengan wanita pesolek. Pasti akan banyak menyusahkan. Aku permisi untuk mencari Shasha.***Meyyis***POV SHASHAAku sangat curiga dengan Davin. Bilang tidak ada apa-apa? Tapi wajahnya tidak bisa bohong. Walau sudah lama berpisah, boleh dibilang aku sangat mengerti dirinya. Baiklah, mungkin saja memang ada sesuatu yang terjadi. Aku ke kantor bagian periklanan. Mereka sedang sibuk memperbaharui iklan dan ….“Pak Ari, mengapa mengubah fitur?” Aku melihat, bagian iklan merubah deskripsi fitur.“Kamu tidak tahu masalah yang terjadi?” tanya beliau.“Tahu
Aku menyelipkan tangan di lengannya. Aish jantung, jangan lompat-lompat, dong? Stop, jangan sampai dia tahu kalau aku gugup. Bisa berabe kalau tahu. Kami melangkah ke pesta itu, dia menyapa beberapa kolega. Lebih baik melepaskan diri dari malapetaka ini. Lebih baik aku mojok dan makan minum ‘kan? Ais, ini minuman aku tidak pernah coba. Davin selalu memberikan jus jeruk. Aku ingin suasana baru. Aish, ini minuman rasanya aneh. Pahit, ditenggorokan mirip coca-cola, kemrenyes … atau lidahku yang bermasalah, ya? Tapi sudah mengambil, bukankah tidak sopan tidak meminumnya? ***Meyyis*** POV DAVIN “Hah? Dia minum wine? Bahaya!” bisikku kepada diri sendiri. “Kamu di sini? Aku cari0cari juga. Kebiasaan kalau pesta menghilang. Sha, sudah aku katakan untuk menjauhi minuman seperti itu, malah meminumnya. Apa tahu ap aitu?” tanyaku menyingkirkan minuman set
“Kamu, sangat seksi saat tidur seperti itu. Mulai sekarang, aku akan memperhatikanmu. Maafkan aku, karena sudah membuatmu susah. Aku akan melindungimu mulai saat ini. Aku mencintaimu.” Satu kecupan mendarat di kening Shasha, yang kini sudah terlelap. Aku mulai menjalankan mobilya.***Meyyis***POV SHASHA“Ah, pusing banget!” bisikku pada diri sendiri. Kepalaku sangat pusing dan rasanya pengar. Aku kenapa, ya? Aku memijit lembut kepala, agar lebih baik. Tunggu! Ini … ini bukan kamarku? Bajuku … bajuku ganti? Ini kamar siapa? Aku mengingat kejadian semalam.Lebih baik melepaskan diri dari malapetaka ini. Lebih baik aku mojok dan makan minum ‘kan? Ais, ini minuman aku tidak pernah coba. Davin selalu memberikan jus jeruk. Aku ingin suasana baru.Aish, ini minuman rasanya aneh. Pahit, ditenggorokan mirip coca-cola, kemrenyes … atau li