Nada bicara Marven terdengar tegas. Sebatang rokok di bibirnya bergerak-gerak saat dia mengatakan itu."Benar. Bersenang-senanglah dengan teman-temanmu sana! Jangan banyak bertanya!" sahut pria yang lain. “Kalian… beraninya kalian bicara seperti itu padaku? Kamu nggak mau mengajari mereka sopan santun? Lihat bagaimana mereka bicara tadi!" Stella menatap ke arah Gerald dengan ekspresi marah.Gerald kemudian memiringkan kepalanya sedikit untuk melihat ke arah Stella. “Sudah cukup, Marven. Kita tidak punya waktu untuk meributkan ini, oke? Saatnya pergi!""Oke." Marven mengangguk.Mereka pun masuk ke dalam mobil. Marven belum punya SIM, jadi Gerald yang harus menyetir.Tetapi Stella tidak akan membiarkan mereka pergi semudah itu. Melihat Gerald masih mengabaikannya, dia sontak menyerbu masuk ke kursi penumpang dan ikut duduk.“Hei! Apa yang sedang kamu lakukan?"Gerald menggumam dalam hati, 'Ada apa dengan Stella? Kenapa dia bertingkah aneh hari ini? Bukannya dia lebih suka bersenang-se
Letak Desa Winterbourne tidak terlalu jauh dari Howard County.Mereka harus menemui sebuah keluarga sesuai petunjuk Mindy sesampainya mereka di sana.Seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Yang membedakannya dari wanita lain seusianya adalah bekas luka bakar yang menutupi seluruh wajahnya. Wanita itu tampak ketakutan."Kalian mencari siapa?" Wanita itu terkejut akan kedatangan Gerald dan teman-temannya yang tiba-tiba. Dia menundukkan kepala untuk menyembunyikan bekas lukanya, mungkin karena malu atau khawatir orang asing takut melihat wajahnya."Senang bertemu dengan Anda, Nyonya. Boleh saya bertanya, apakah Anda sepupu Xenia? Dia bilang bahwa dia memintamu menyimpan sesuatu yang berharga untuknya. Kami di sini untuk mengambilnya kembali. Dia memberitahu kami bahwa Anda akan mengerti setelah membaca surat ini.” Jasmine mendekat dan menyerahkan sebuah surat.Wanita itu membaca surat itu dengan saksama. Dia kemudian mencuri pandang ke Jasmine sebelum kemudian menganggukkan kepala.
Gerald membungkuk di dalam lorong yang sempit. Dia melirik wajah Stella.Tak lama kemudian Gerald mendengar suara di luar. Orang-orang itu tidak akan menghentikan pencarian mereka. Jasmine sangat cemas hingga dahinya dipenuhi butiran keringat dingin. Tidak ada cara untuk keluar dari masalah ini jika mereka membiarkan hal-hal berlanjut tanpa mengambil tindakan.Gerald berada di baris paling belakang dan Stella tepat di samping Gerald. Detik kemudian, Gerald mengeluarkan sebuah alat yang tampak canggih dari sakunya. Stella terkejut saat melihat alat itu. Dia tahu bahwa itu adalah benda yang tidak biasa dan tidak dijual bebas di pasaran.Gerald menempelkan jari telunjuknya di bibir sebagai isyarat agar Stella tutup mulut. Kemudian dia memencet sebuah tombol di alat itu yang tampaknya mengindikasikan tanda bahaya."Ini... apa ini? Apakah alat ini bisa menyelamatkan kita?" bisik Stella heran, matanya terbuka lebar.Gerald menepuk dahi Stella dan berbisik di telinganya, "Lupakan apapun yang
“Aku?” Gerald menunjuk dirinya sendiri. “Aku lihat kamu cukup tangkas, Anak Muda. Bisakah kamu membantuku melakukan sesuatu?” untung saja wanita itu bisa menyembunyikan emosinya tepat waktu."Tentu saja, Nyonya. Aku yakin Gerald mau tetap di sini dulu dan membantu Anda," ujar Mandy. Dia memperlakukan Gerald seperti pelayannya sendiri.Karena tidak ada pilihan lain dan Gerald juga tidak mungkin menolak permintaan wanita itu, jadi dia menyanggupi untuk membantu.Setelah Jasmine dan yang lain pergi, wanita itu sontak memegang kedua tangan Gerald.Hal itu membuat Gerald kaget.“Nyonya, ada apa?" tanya Gerald seketika."Anak Muda, aku tidak tahu siapa kamu, tapi aku yakin bahwa kamu memiliki hati yang baik. Tolong katakan padaku di mana kamu mendapatkan liontin giok ini?" Wanita itu kemudian mengangkat liontin giok yang dia ambil dari lantai. Tidak diragukan, itu adalah liontin giok yang diberikan Queta padanya dengan nama Madeline terukir di sana.Gerald sedikit takut melihat betapa emosi
Dan kini, wanita yang persis seperti Queta muncul di hadapannya. Yang memperkuat kecurigaan Gerald adalah ketika dia melihat betapa gelisahnya wanita itu saat melihat liontin giok. Apakah ada alasan lain lagi?"Apa kamu baru saja mengatakan bahwa namanya adalah Queta? Apakah dia benar-benar mirip denganku?" tanya wanita itu berbinar-binar."Benar. Dia memberi saya liontin giok ini. Dia ingin sekali bertemu ibu kandungnya yang telah dipisahkan bertahun-tahun yang lalu. Dia selalu sendiri sejak saat itu. Hidupnya dipenuhi dengan penderitaan, makan makanan yang tidak enak dan pakaian yang tidak pantas. Dia dibesarkan di panti asuhan karena menangis dengan suara keras!" jawab Gerald.Tangis wanita itu pecah lagi. Dia lalu duduk di kursi dengan lemas.“Apakah Anda siap mengakuinya? Anda adalah Xara, kan?" tanya Gerald.Wanita itu menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan mengangguk pelan."Iya..."Setelah itu, dia segera berdiri dan meraih tangan Gerald. "Aku mohon padamu, tolong izinkan
Gerald segera mengatakan yang ingin dia katakan.Gerald tahu Keluarga Fenderson masih terus mencari Xara. Gerald tentu saja tidak bodoh dan tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak perlu bagi dirinya sendiri.Tetapi pada saat yang sama, Gerald sangat penasaran dengan yang sebenarnya terjadi antara Xara dan keluarganya bertahun-tahun yang lalu.Gerald ingin tahu sebenarnya hubungan antara dirinya dengan Queta. Ketika Gerald bertanya kepada Xara, perempuan itu menjadi cukup terbuka dan mulai menceritakan kebenarannya tanpa ditutup-tutupi lagi.Tampaknya ada benang merah di antara semua ini.Peter Crawford, nama yang disebut oleh Xara adalah putra kedua di keluarga besar Crawford ketika itu. Dia adalah seorang pria muda dan tampan. Dia adalah ayah Queta. ‘Kalau dirunut secara logis, pria bernama Peter adalah pamanku sendiri yang sering diceritakan oleh ayahku ketika aku masih kecil.’‘Dulu, ayahku bilang pamanku bekerja di luar kota, makanya dia jarang pulang ke rumah.’ ‘Tidak aneh a
Suara hati Gerald mengatakan sekarang belum saatnya bagi Gerald untuk membuka jati dirinya sebagai Tuan Muda dari Keluarga Crawford.“Itu benar. Jika hanya itu masalahnya, maka Dylan tidak akan menyerang Keluarga Fenderson dengan membabi buta!” kata Xara. Dylan adalah nama ayah Gerald.Jantung Gerald berdetak kencang ketika mendengar nama ayahnya disebut Xara. Gerald tidak mengatakan apapun dan terus mendengarkan Xara dalam diam.“Itu karena terjadi peristiwa lainnya setelah insiden itu…” “Setelah insiden itu, master dari Keluarga Crawford, Dylan, mengurung Peter di rumah. Tetapi Peter mengkhawatirkan aku dan putriku setengah mati. Jadi, suatu malam, Peter mengajakku kawin lari. Queta sudah lahir ketika itu dan kami berencana untuk pergi ke suatu tempat yang tak seorang pun mengenal kami dan sebuah tempat kami bisa menjalani kehidupan yang layak!”Xara melanjutkan...Malam ketika Xara mengajak pelayan pribadinya, Xenia, untuk pergi mencari sebuah kamar di hotel dengan tergesa-gesa.
“Tunggu sebentar!” Tiba-tiba Xara berseru.“Gerald, keadaanku sekarang sangat menjijikkan. Menurutmu apakah aku tidak akan membuat Queta takut jika aku pergi menemuinya? Lagi pula, aku tidak pernah berada di sisi Queta selama bertahun-tahun. Aku sudah menelantarkan Queta. Akankah Queta membenciku? Akankah dia membenci seorang ibu yang sangat jelek ini?”Ketakutan Xara terdengar dari nada suaranya.“Queta pasti akan menolak untuk mengakui diriku sebagai ibunya karena aku adalah wanita yang buruk rupa dan kejam!” “Ditambah lagi, semuanya ini tiba-tiba. Apakah Queta bisa menerima semua ini?” Xara menyentuh wajahnya sendiri sambil berbicara.Gerald menggaruk-garuk kepalanya. “Jika aku memberitahu Queta bahwa Anda adalah ibunya, Queta pasti akan sangat senang. Aku pikir kamu hanya belum mengenalnya dengan baik, Queta adalah seorang gadis yang sangat baik!” “Itu tidak akan berhasil. Gerald, bagaimana kalau begini? Buat saja pengaturan supaya aku bisa datang sebagai pengasuh Queta. Aku ta