Share

4

Huft, di tengah sibuknya mereka berbincang, kumanfaatkan situasi tersebut untuk kabur dan untungnya Pak Raden begitu mengerti posisiku, sehingga dia hanya tersenyum sembari mengangguk, diriku pun akhirnya kembali ke ruang tamu dan duduk di samping ayah yang sedang berbicara bersama Tante Cahyani.

Aku memandang Ibu Cahyani, walau umurnya sudah di atas kepala lima, dia masih cantik juga, pantas ayah terpana sama dia, bahkan senyum dan suaranya pun membuat orang yang mendengarnya jadi nyaman.

Kalau begini, aku setuju jika Tante Cahyani menjadi pengganti ibuku, karena ayah sama dia tak ada tanda-tanda ingin saling memanfaatkan, bahkan tatapan mereka tak bisa berbohong untuk saling mengungkapkan.

"Nyonya Cahyani, sebentar lagi, mereka berlima akan menyusul," lapor Pak Raden dan Tante mengangguk lalu memersilakan Pak Raden yang pamit kemudian.

Tak lama, apa yang dikatakan Pak Raden telah terbukti, di mana kelima putra Tante Cahyani pun sudah datang dan duduk di sampingnya.

"Mamah nyuruh kami ngumpul di sini buat apa?" Aku tidak tahu siapa nama pria yang bertanya, tetapi aku tahu orangnya karena dialah yang aku intip tadi, sementara di sampingnya, pula ada salah satu pria yang brondong sedang menggodaku dengan alisnya yang dinaikturunkan.

Bukannya tergoda, aku malah ilfeel sama dia.

"Maafin Mamah yang ngasih tau kalian secara mendadak kalau Ma-"

"Mamah tenang saja, kami berlima sudah setuju dengan keputusan Mamah untuk menikah dengan Bapak Adibal Keswara," potong pria yang pandai bernyanyi tadi dan aku melongo, mengapa semudah itu?

Ekspresi Tante Cahyani berubah menjadi terharu, bahkan dia menangis dan menghamburkan dirinya dalam pelukan putranya itu.

"Mamah enggak nyangka, Mamah kira kalian enggak bakalan setuju kalau Mamah nikah lagi," ungkap Tante Cahyani, yang aku tangkap, kemungkinan dirinya berpikir banyak kali untuk memutuskan sebuah pernikahan, aku rasa keputusannya lebih berat di banding ayah yang hanya memilikiku sebagai putri tunggalnya dan aku salut kepada mereka yang tentu mementingkan kebahagiaan sang mamah.

"Asalkan Mamah bahagia, kami takkan ragu untuk merestuinya," balas pria yang bersuara merdua, aku rasa ... dia anak pertama di antara keempatnya ini, kemungkinan besar walau hanya firasat.

"Tapi ... Mamah penasaran, kalian tahu dari mana sih kalau Mamah pengen nikah lagi?" tanya Tante dan aku ikut penasaran jadinya.

"Tadi Agam enggak sengaja denger Mamah lagi teleponan dan kebetulan juga Mamah bahas pernikahan gitu, apalagi mata Mamah enggak bisa bohong kalau lagi bahagia."

Oh, jadi pria yang berbicara setelah Pak Raden menegurku namanya Agam yah, hm ... enggak lama lagi aku bakalan manggil dia Bang Agam.

"Owalah, Mamah kecolongan dong." Tante Cahyani tertawa kecil, kemudian kembali menatap ayah dan mengatakan, "Pak Adibal, ini kelima anakku, yang pertama ada si Abraham, kedua Agam, lalu disusul sama August, terus ke Aderald sama si bungsu ini namanya Adnan," ujar Tante Cahyani memperkenalkan putra-putranya.

Aku agak terkejut sih, soalnya ayah nikahin janda anak lima yang anaknya tuh jadi semua (ganteng) dan enggak cacat gitu.

Sementara diriku yang bagaikan kaleng ikan? Ingin memerlihatkan apa? Cantik juga enggak, tapi tepos iya, uh ... malu-maluin banget, padahal niatnya aku pengen malu-maluin ayah, apakah ini yang namanya karma?

"Salam kenal, di sampingku ini namanya Aristela, dia putri saya satu-satunya," balas ayah memperkenalkanku dan aku tersenyum manis untuk memerlihatkan pesona sesungguhnya bahwa aku ini bidadari terpendam yang cantiknya enggak cantik amat.

"Salam kenal Kak Aristela, panggil Adnan, walau masih muda tapi gantengnya enggak ketulungan."

Buset juga nih bocah, karena tangannya terulur, aku pun membalasnya dan tersenyum pula lalu mengatakan, "Salam kenal Adnan, semoga bisa menjadi adik yang baik nantinya, selamat bekerja sama."

Mampus, semoga peka ya, males aku kalau punya adik yang nakal, apalagi tiri. Respon yang ditunjukkan Adnan malah cengengesan dengan dua jempol yang dinaikkan, bisa kusimpulkan, Adnan ini asyik orangnya, kalau begitu bagus sekali karena mendapatkan orang asyik dan bisa sefrekuensi itu agak jarang.

"Perkenalkan, saya Abraham, orang yang kamu intip tadi, untung cuman enggak pake baju, kalau yang di bawah enggak saya pakein juga, bisa silau mata kamu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status