Share

BAB 5. Tinggalkan Dia!!

Semua orang yang berada didapur mereka aneh dengan sikap Ririn yang menjaid kebih diam dan tak ceria.

Wajah Ririn yang kusut dan tak semangat, membuat orang-orang bertanya ada masalah apa hingga membuat Ririn sangat berbeda sekali.

"Apa ada masalah?" Binnie yang mendekati Ririn yang masih memasak.

"Tidak ada," jawab Ririn.

Binnie yang mengerti, kalau Ririn sepertinya tak ingin di ganggu sama sekali. Binnie menyampaikan kepada orang-orang yang berada didapur, kalau jangan menganggu Ririn.

Sedangkan Ririn lagi memasak menu makanan, ia memasak dengan perasaan yang kacau. Pertama kalinya didalam hidupnya, kalau ia memasak makanan dengan suasan hati yang buruk.

Brak.

"Ririn!"

Kepalanya menoleh setelah mendengar kalau namanya disebutkan, ia menoleh dan mendapati kalau kepala chef yang memanggil namanya.

Ririn mendekatinya pria itu yang berstatus kepala chef. "Iya chef," jawab Ririn dengan suara yang serak.

"Sebenarnya ada apa dengan mu?"

"Apa ada masalah?" tanya balik Ririn.

"Tamu Vvip protes kau memasak terlalu asin. Kau harusnya tau Ririn, ini adalah hotel bintang lima yang menyajikan segalanya dengan kelezatan dan kemewahan. Tapi apa yang kau masak ini!" bentak kepala chef.

Ririn hanya diam dan tak melawan sama sekali, membuat kepala chef menjadi semakin marah karena ia seperti diacuhkan sama Ririn.

"Siapa yang memasak makanan ini!!!!"

Suara dari luar begitu mengelegar, membuat orang-orang yang berada didapur menoleh ke arah pintu dapur dan melihat manager hotel-lah yang masuk.

Brak!! "Siapa yang membuat masakan ini!!" bentaknya laginya dengan suara yang semakin kuat.

Orang-orang yang berada didapur menundukan kepalanya karena ada atasan mereka yang datang.

"Saya." Ririn maju ke arah manager itu, walaupuan ia sudah dihalangai sama kepala chef.

"Kau!!" manager itu menunjuk wajah Ririn dengan jarinya.

"Gegara masakan bodoh mu itu!! tamu Vvip menjadi marah dan kecewa, kau seharusnya tau kalau tamu Vvip itu sangat penting!!" bentaknya tepat diwajah Ririn.

"Maaf." Ririn hanya menjawab seperti itu saja, tanpa berkata apapun lagi.

"Gegara masakan sampah mu itu, kau sudah membuat orang penting yang akan melakukan kerja sama menjadi berfikir buruk dan berdampak kerugian yang besar bagi hotel dan reputasi hotel bintang lima ini!!"

"Bukan kau saja yang akan kena masalah, tapi saya juga akan melakukan kena masalah!!"

"Saya minta maaf dan tak akan mengulangi kesalahan saya lagi," jawab Ririn dengan kepala yang tertunduk.

"Tenanglah, saya yang akan menganti memasak dan menghidangkannya langsung ke tamu Vvip," ucap kepala chef kepada Manager hotel itu yang murka tersebut.

"Kau pecatlah dia!! karena tak becus berkerja," kata Manager itu.

"Sepertinya tak harus seperti itu," jawab Kepala Chef yang berusaha menenggahi masalah yang sedang terjadi.

"Ririn hanya baru pertama kalinya melakukan kesalahan ini saja, jadi tak perlu segala memecatnya. Saya yang akan bicara sama tamu Vvip," timpal kepala chef sambil sekilas melihat ke arah Ririn.

"Seterah, tapi kau harus pastikan kalau tak ada masalah yang akan terjadi lagi!!"

"Saya akan pastikan kalau ini yang terakhir kalinya," jawab kepala chef.

Setelah mendengar apa yang dikatakan sama kepala chef, manager hotel itu pergi dan keluar dari dapur hotel.

Ririn hanya diam saja, mulutnya terlalu kelu untuk membalas apa yang dikatakan sama Manager itu.

"Maaf chef," ucap Ririn sambil menundukan kepalanya dalam-dalam ke arah kepala chef.

"Istirahatlah, matamu merah," balas kepala chef sambil menepuk bahu Ririn.

Ririn masih menundukan kepalanya sampai kepaal chefnya pergi keluar dari dapur, karena akan bicara sama tamu Vvip itu.

"Ririn mari ke ruangan staff." itu suara Binnie yang sudah merangkul pundak Ririn agar berdiri tegap dan menundkan lagi.

Ririn masuk dengan tubuh yang dituntun sama Binnie yang membawanya ke ruangan staff. Ririn duduk dibangku dengan tubuhnya yang lunglai.

"Minumlah." Binnie yang menyerahkan botol minum air.

"Terima kasih," balas Ririn.

"Istirahatlah, aku keluar dulu untuk bekerja lagi."

"Iya terima kasih Binnie," timpal Ririn menatap mata Binnie yang berjalan keluar dari ruangan ini.

Hari ini semuanya menjadi kacau dan kacau. Tanpa terduga air matanya kembali keluar dari kelopak matanya yang sudah bengkak.

Ririn menangis selama 30 menit, hingga tubuh dan matanya menjadi kelelahan dan akhirnya Ririn tertidur pulas dibangku.

***

Mata Ririn terbuka perlahan-lahan, kepalanya berdenyut sakit. "Awa," rintih Ririn yang memeganggi kepalanya.

Tubuhnya menjadi sakit semua, karena ia tertidur diatas kursi. Ririn mengusap matanya dengan lembut.

Mata Riri melihat ke arah jam yang membaut ia terkejut, karena sudah menjukan pukul 6 malam. Pasti teman-temanya yang lain sudah pulang.

"Duduklah."

Ririn terlonjak kaget karena ia melihat ada kepala chef yang sedang menatap dirinya, Ririn dengan cepat menundukan kepalanya untuk menghormati kepala chef.

"Kau baik-baik saja?"

"Iya chef, terima kasih," jawab Ririn yang memjiat pelipisnya yang merasakan kesakitan.

"Minumlah dulu."

Ririn mengambilnya dari tangan kepala chefnya itu, ia membuka botolnya dan meminunya untuk menghilangkan dahaganya.

"Jujurlah apa ada masalah?" tanyanya dengan suara yang lembut.

Ririn terdiam dan menundukan kepalanya lagi, ia hanya menganggukan kepalanya saja. Sebagai jawaban dari pertanyaan kepala chefnya.

"Apa itu? masalah keluarga?" 

"Bukan Chef," jawab Ririn.

"Lalu apa?" tanya Chef yang berjenis kelamin laki-laki itu.

"Percintaan?" tanya kepala chef lagi.

Ririn lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya, sebagai jawaban. Tangannya dengan kasar mengusap matanya karena mengeluarkan air mata lagi

"Tinggal saja jika pria itu membuat masalah dan jangan menangisi pria seperti itu. Oh iya apa apa dia selingkuh?"

"Iya chef," jawabnya.

"Kau itu terlalu baik dan hebat sekali, jangan karena pria pengkhinat itu hidupmu menjadi berakhir dengan kacau seperti itu. Tinggalkan saja!!"

"Kau cantik, pintar, baik, mempunyai bakat yang luar biasa dibidang kuliner. kau harus meninggalkan pria pengkhianat itu, pasti dia akan menyesal!!" kepala chef yang bicara dengan nada yang mengebu-ngebu.

Ririn perlahan mendongkan kepalanya dan melihat kepala chefnya. "Apa aku memang seperti yang chef katakan?" tanya Ririn.

"Ya kau hebat Ririn, jangan membuat hidupmu hancur hanya karena pria pengkhianat itu."

"7 tahun aku bersama chef, itu bukan waktu yang sebentar. Tapi kenapa pria itu malah mengkhinati aku. Apa salahku?" Ririn yang mengungkapkan isi hatinya.

"Dia yang salah, kau tak salah apapun. Pria pengkhianat itu yang tak bersyukur memiliki dirimu."

"Padahal kita sudah merencanakan pernikahan." Ririn dengan matanya yang kembali mengeluarkan cairan bening itu.

"Jangan menikah dengan orang seperti itu, kau harus bersyukur pengkhianat itu kedoknya sudah terbuka sebelum pernikahan terjadi."

Ririn mengusap air matanya karena kepala chef yang meminta, kepala chef mengatakan kalau ia boleh menangis tapi jangan terlalu lama.

"Seperti ini, jangan menangis."

"Terima kasih chef,"

"Aku tak melakukan apapun, jadi jangan berterima kasih. Aku seumuran sama Ayahmu Ririn, jadi kau sudah ku anggap anak sendiri."

"Terima kasih sekali lagi."

"Pulanglah sudah malam dan istirahatlah. Kau bisa mengambil cuti, jika tubuhmu belum fit."

"Tidak, besok saja akan kembali bekerja dan maaf akan insiden hari ini."

"Baiklah. Cepat ganti baju dan pulang."

"Iya chef."

Ririn bangkit dan berjalan menuju ke loker kerjanya dan menganti pakaiannya diruang ganti. Saat Ririn keluar dari ruang ganti.

Ririn keluar dari ruag staff dan berjalan menuju ke luar dengan jalan yang melewati dapur hotel. Ririn melilhat kepala chef masih ada didapur.

Ririn mendekatinya dan menundukan kepalanya, ia juga menyampaikan akan kembali pulang dan Ririn mengucapkan terima kasih lagi.

Setelah itu Ririn menuju ke arah pintu, tapi langkah kakinya terhenti saat ia mendengar namanya dipanggil sama kepala chefnya.

"Iya chef," jawab Ririn yang sudah memutarkan tubuhnya agar bisa chef.

"Siapa wanita yang menganggu hubunganmu?"

Ririn terdiam dengan mata yang melihat ke arah wajah chef. "Kakakku."

Mendengar itu kepala chef menjadi terdiam dan melihat ke arah anak buahnya itu. Dirinya tak menduga akan jawaban dari Ririn yang membuat ia terkejut.

"Semangatlah Ririn."

"Terima kasih chef, selamat malam dan sampai jumpa."

Ririn pun keluar dari dapur hotel, untuk menunjuk kembali ke rumahnya, yang sudah menjadi tempat tak nyaman lagi bagi dirinya ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status