Ririn mengikuti arahan dari ponsel Ayahnya, yang ia pinjam hanya untuk melacak pasangan selingkuh tersebut.
Matanya kembali melihat ponsel Ayahnya karena ingin memastikan kalalu lokasi yang ia datangi adalah benar.
Ririn melihat jam yang sudah menunjukan pukul 9 malam, entah apa yang dilakukan pasangan itu didalam apartement milik Miko.
Ririn sangat tau jelas dimana dirinya sedang berdiri sekarang, Apartement yang mana uang mukanya berasal dari dirinya dan sekali-kali ia membayar cicilan apartement ini.
Kakinya melangkah memasuki apartement untuk menuju unit apartement yang ditinggalin sama Miko. Saat ia sudah masuk ke dalam lift.
Ririn melihat pantulan wajahnya, yang mengenaskan sekali. Walupun dirinya sudah mandi, tapi tetap saja wajahnya kusut dan seperti orang tak bergairah hidup.
Saat ia sudah keluar dari lift, degup jantungnya sampai berdetak. Entah kenapa ia merasa hal seperti ini.
Ia berhenti sebentar untuk menenangkan perasaanya, saat dirinya sudah merasa lumayan baik. Ririn berjalann kembali.
Ririn sedang berada di langit 22, ia sedang berjalan menuju unit apartement itu. Ririn juga sekali-kali mengecek ponsel Ayahnya, hanya ingin memastikan kalau mereka tak pergi lagi.
Langkah kakinya berhenti, saat ia mendapati kalau dirinya sudah berada didepan unit apartement milik Miko.
Tangan Ririn dengan ragu-ragu menyentuh knop pintu. Ririn dengan sedikt kekuatan hatinya, ia menekan password pintu apartement.
Ririn tau password yang digunakan sama Miko, karena disaat pertama kali Miko menempati apartement ini, disanalah ia mendampingi pria itu.
Passwordnya adalah hari jadi dirinya dengan Miko. Ting, suara berhasil yang membuka pintu. Ririn akhirnya membuka pintu itu dengan perlahan.
DEG.
Saat ia sudah berada didalam unit apartement itu, pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah sebuah sepatu.
Benar kalau mereka berdua ada diapartement. Perasaan Ririn mulai tak enak dan air matanya perlahan kembali keluar.
Ririn perlahan masuk lebih ke dalam dan matanya terus menelusuri isi apartement ini yang terdapat makanan berserakan.
Matanya melihat sebuah film yang disetel di Tv dengan minuman yang ada dimeja. Sepertinya mereka habis nonton film bersama.
Kakinya kembali mencari ke mana Miko berada, saat ia menuju ke arah kamar Miko. Ririn mendengar suara yang aneh dari luar pintu.
Telinganya ia dekatkan lagi ke kamar pintu Miko. Suara tak terlalu terdengar jelas karena suara volume film yang besar sekali.
Ririn mengambil remote dan mematikan Tv itu. Saat Ririn sudah mematikan Tv tersebut, suara itu terdengar jelas dan membuat jantungnya berdgeup semakin cepat.
Tangannya bergetar saat menyentuh knop pintu kamar itu, air matanya sudah kembali keluar. Ada rasa didalam dirinya yang menginginkan untuk tidak membuka pintu ini.
Tapi disisi lain ada rasa ingin tau apa yang dilakukan mereka sebenarnya didalam kamar, Ririn tau ingin seberapa brengseknya pria yang ia cintai selam 7 tahun.
Hati Ririn memiilih membuka pintu kamar itu dan tubuhnya menjadi lemas. Air matanya bercucuran keluar dari mata indahnya.
Tubuhnya saking lemasnya ambruk ke lantai, matanya melihat pemandangan yang tak senonoh, yaitu mereka sedang melakukan hubungan badan diatas ranjang kamar Miko.
Ririn menangis sejadi-jadinya, saat mengetahui pria yang selalu ia cinta selama 7 tahun adalah orang yang juga akan menghancurkan perasaanya ini.
Sontak Miko dan Vanya memisahkan diri disat sedag asik memagut bibir dan menghentakan-hentaknya tubuh bagian bawah.
Miko dan Vanya benar-benar sangat terkejut sekali dengan kedatangan orang yang tak duga-duga. Miko dengan cepat memisahkan diri dari Vanya.
Miko memakaikan pakaian miliknya dan berjalan mendekati Ririn yang terduduk lemas dilantai kamarnya.
"Ririn," suara lembut Miko yang mana sudah duduk tepat dihadapan Ririn, yang mengeluarkan air matanya itu.
Ririn dengan air matanya yang lancang keluar begitu saja dan malah semakin deras. Hatinya merasakan deyut rasa sakit.
Tubuhnya kaku dan tak bisa bangkit. Tapi Ririn dengan sekuat tenaga untuk bangkit, agar ia bisa keluar dari apartement yang menjijikan ini.
Ririn menepis tangan yang menjijikan dari tanganya, Ririn dengan tubuh yang tertatih-tatih berjalan menuju pintu keluar.
"Ririn!! dengarkan aku."
Miko masih mengejar Ririn yang berjalan keluar tanpa mengatakan apapun kepadanya, ia menarik Ririn saat gadis itu sudah berada didepan pintu.
"Degarkan aku!!" Miko menarik paksa tangan Ririn dan membuat gadis itu berada didepan Tv sekarang.
Ririn yang tak mempunyai kekuatan ditarik paksa sama Miko, hanya bisa menuruti pria itu. Ririn ingin menolak, tapi tubuhnya begitu lemas dan tak berdaya.
Matanya menatap ke arah Miko yang mencoba menjelaskan kepada dirinya. "Tak perlu menjelaskan ini semua, aku sudah tau apa yang kalian lakukan selama ini."
"Jadi tak perlu mengatakan apapun, lagi."
"Ririn," suara itu berasal dari Vanya yang sudah mengenakan pakainnya.
"Apa kau mencintainya?" tanya Ririn sambil melihat wajah pria itu.
"Iya," jawab Miko dengan wajah yang tertunduk.
"Apakah selama hubungan kita, kau tak mencintai aku?"
"Aku mencintai kamu, Ririn."
"Apa rencana pernikahan ini hanya main-main saja?"
"Tidak, aku serius kepada kamu." Miko sambil mengenggam tangan Ririn dengan lembut.
"Kau egois!!" maki Ririn seraya menarik tangannya agar tak disentuh sama pria itu.
"Kenapa kalian melakukan ini kepadaku? apa salahku kepada kalian?" Ririn berdiri didekat pasangan selingkuh tersebut.
"Aku mencintainya."
Saat mendengar suara itu, Ririn menoleh dan mendapati kalau kakaknya yang mengatakan hal itu.
"Tatap aku Mba dan katakan ucapan tadi!" tegas Ririn yang melihat Vanya memalingkan wajahnya agar tak menatap dirinya.
"Katakakan Mba!!' teriak Ririn.
"Hentikan Ririn." Miko yang seakan menghalangi Ririn agar mendekati Vanya.
Ririn menatap tajam ke arah Miko yang seakan melindungi Mba Vany, padahal ia tak akan melakukan apapun kepada kakaknya sendiri.
"Miko, apa salahku? apa karena aku tak bisa melayani nafsu kamu? apa aku tak secantik Mba Vanya yang seorang model?"
"Katakan!! agar aku bisa memperbaiki diriku?" katakan jika aku mempunyai salah dan kekurangan?"
"Ririn sudah cukup." Miko yang memeluk Ririn agar wanita itu bisa tenang.
Saat Miko memeluk dirinya, matanya langsung bisa melihat ke arah Mba Vanya yang sepertinya tak suka jika ia dipeluk sama Miko.
"Jika aku mempunyai kekurangan katakan! kenapa kau malah berselingkuh dan lebih parah itu bersama dengan kakakku sendiri!!' bentak Ririn.
Ririn memukul dada bidang berkali-kali milik Miko. Lalu ia berontak minta dilepaskan.
"Kesalahan apapun yang kau lakukan selalu aku maafkan, tapi kesalahan fatal ini tak akan pernah aku memaafkan kamu dan juga kau Mba Vanya."
"Ririn." ucap Miko.
"Kalian mengira aku bodoh!! hingga tak akan bisa tau apa yang kalian lakukan kepadaku?" Ririn berucap dengan suara yang keras.
"Kita Putus Miko, kau puas Mba!! melakukan hal ini kepada adik mu sendiri!!"
"Ririn jangan seperti itu." Miko yang mengenggam kembali tangan Ririn, tapi ditepis sama Ririn.
"Kalian saling mencintai dan semoga kalian hidup bahagia!! aku tak akan pernah bersama pria yang sudah tidur dengan seorang wanita, terutama wanita itu adalah kakakku sendiri."
Mata Ririn melihat ke arah Mba Vany yang masih enggan untuk menatap dirinya, matanya kembali berahli untuk meliaht ke arah Miko.
"Terima kasih Miko." Ririn berjalan menuju pintu apartement, tapi langkahnya kembalu dihadang sama pria itu.
"Ku mohon, biarkan aku pergi." Ririn dengan mata yang masih mengeluarkan cairan bening itu.
Miko melepaskan tangan Ririn dan membuatnya bisa keluar dari apartement ini.
Ririn sudah keluar dari apartement, ia sendirian berjalan dalam keadaan yang menangis tersedu-sedu. Hatinya merasakan amat kesakitan.7 tahun bukan waktu yang sebentar, sudah terlalu banyak hal yang sudah dirinya lewati bersama dengan Miko. Ririn sangat mencintai pria itu dan mempercayainya.Tapi orang yang ia cintai dan percayai malah orang yang akan menghancurkan hatinya berkali-kali lipat.Semua yang sudah ia susun tentang rumah tangga bersama dengan Miko harus pupus dan hanya menjadi tinggal kenangan yang menyakitkan.Tak akan ada lagi hari pernikahan dan impian dirinya untuk membangun rumah tangga dengan pria itu. Uang yang sudah ditabung selama ini untuk pernikahan, hanyalah sia-sia saja.Ririn berada dihalte bus sendiri saja, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Hawa dingin yang menusuk tubuhnya y
"Ada apa?" tanya Binnie yang sedari tadi melihat Ririn yang terus saja memandang selembaran brosur itu."Indah kan?" Ririn yang bertanya kepada temannya itu."Iya indah sekali, terkenal dengan pantainya luar biasa," jawab Binnie yang juga ikut melihat brosur itu.Ririn masih memandangi brosur, dengan sekali-kali bibirnya tersenyum manis. Binnie melihat ekspresi wajah Ririn, yang sepertinya senang sekali hanya melihat brosur itu."Pergilah!"Ririn yang mendengar apa yang dikatakan sama teman itu, ia menoleh ke arah Binnie. Ririn hanya mengelengkan kepalanya saja, sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan sama Binnie."Kenapa?" Saat Ririn ingin menjawab pertanyaan dari temannya itu, suara intruksi terdegar dan menandakan kalau waktu jam istirahat sudah selesai. Semua chef harus kembali lagi untuk memasak.Kali ini Ririn tak melakukan kesalahan seperti kemarin, dirinya juga memasak seperti biasanya yang s
Pukul 10 malam, Ririn tak bisa tidur. Dirinya sudah memutuskan akan pergi ke Hawai mengunakan uang yang dirinya tabung selama ini.Uang yang ia kira untuk modal pernikahan dan rumah tangga. Tapi takdir berkata lain, uang ini akan ia gunakan untuk menghibur dirinya yang sedang patah hati.Ririn sedang mencari tiket pesawat dari Indonesia ke Hawai. Tak lupa juga Ririn mencari hotel untuk ia tinggalin.Ririn sangat berhati-hati sekali dalam mencari tiket dan juga hotel, karena ia tak ingin ditipu dan uangnya menjadi habis.Jiwa iritnya masih mendarah daging didalam diri Ririn, membuat Ririn membanding semua harga hingga menghabiskan waktu 3 jam lamanya.Akhirnya semunya sudah selesai, ia menatap jam dan membuat matanya membulat sempuran karena sudah pukul 12 malam.Ririn bergegas menuju ranjangnya dan membaringkan tubuhnya yang lemas ini dan butih istirahat yang banyak."S
Ririn tersenyum setelah pulang dari acara makan-makan bersama dengan rekan kerjanya, besok ia sudah resmi menjadi pengangguran.Ia akan memberitahu ke dua orang tuanya nanti saja, setelah ia selesai berlibur. Saat bibirnya tersenyum sumringah.Ada satu hal lagi yang membuat senyumannya luntur seketika, pria yang sudah mengkhinati hatinya.Ririn berpura-pura tak melihat keberadaan Miko dan kakaknya Mba Vanya. Mereka bertengkar diluar rumah.Ia hanya berdecih sinis saja melihat kelakukan sejoli itu, mereka sangat bemesra sekali disaat Miko masih mempunyai hubungan dengan dirinya.Sekarang setelah putus dengannya, malah pasangan tersebut terus saja bertengkar. Ririn tak memperdulikan mereka.Ia lebih memilih untuk masuk ke dalam rumahnya, tapi ada suara yang memanggil namanya. Tapi Ririn mengacuhkannya.Saat ia mengacuhkan mereka, sebuah tangan mencekalnya. Hingga membuat R
Pukul 10 pagi hari. Ririn baru bangun dan ia membuka matanya perlaha-lahan. Tubuhnya sudah menjadi lebih baik.Ririn merasa ada yang aneh kepadanya, hingga ia akhirnya sadar kalau koper miliknya. Ririn bagun dari atas ranjangnya.Matanya melihat jelas kekacuan yang dialami sama kamarnya ini. Semua barang-barang yang ia ingin bawa, belum juga dikemas dengan baik.Ririn merenggangkan tubuhnya, lalu ia kembai ke lantai kamarnya. Ririn mengumpat karena jam sudah menunjukan pukul 10 pagi.Bahkan ia belum juga keluar dari kamarnya sama sekali. Tapi itun harus cepat mengemasi pakaiannya, walaupun ia harus menahan lapar sekali pun.Berjam- jam, Ririn mengemasi pakaian miliknya dan juga barang-barang yang akan ia butuhkan disana nanti.Pukul 5 sore hari. Ririn baru menyelesaikan semua kebutuhan dirinya. Ia memakan waktu lama hanya untuk berkemas.Karena ini adalah perjalanan per
Pukul 7 malam, Ririn yang sudah siap dengan semuanya. Bahkan taxi yang dirinya pesan sudah datang dan berada didepan rumahnya.Ririn sudah berpelukan kepada ke dua orang tuanya. Sejujurnya ia sedih sekali, karena baru pertama kalinya ia pergi jauh dari ke dua orang tuanya."Hati-hati kamu disana dan jangan lupa makan." suara Mamahnya yang Luna yang terus memperingati anaknya itu."Iya Mamah," jawab Ririn."Miko mana Ririn?"Pertanyaan yang dianjukan sama Mamahnya, membuat ia menjadi bingung dan tak mengerti harus menjawab seperti apa.Tapi dirinya tak boleh memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Lagi-lagi sepertinya dirinya harus berbohong sama ke dua orang tuanya ini."Lagi ada kerjaan.""Seharusnya, dia mengantarkan kepergian kamu." kali ini suara Ayahnya Ririn."Miko tak ingin berpisah dengan aku, jadi lebih bak tak menga
"Wow, bagus sekali!!!!" teriak Ririn.Ririn sudah sampai di kamar hotelnya, saat ia pertama kali masuk matanya langsung saja disuguhi pemandangan pantai Hawai.Ririn loncat-loncat saking senangnya dirinya, andai saja ia mempunyai ponsel. Pasti ia akan memfoto dirinya yang datang ke hawai ini.Tubuh Ririn menjadi diam saat, ia mengingat kalau dirinya harus menelepon orang tuanya jika sudah sampai.Tapi ia tak punya ponsel dan juga tak memiliki sim card. Mengingat hal itu membuat Ririn menjadi bingung.Jika ia tak cepat menghubungi ke dua orang tuanya, pasti ia mereka berdua akan khawatir sama dirinya."Ririn bodoh." Ririn memukul kepalanya, saking bodohnya dirinya yang melupakan barang yang penting itu.Saat Ririn duduk diatas ranjang empuk ini. Tubuhnya diam dan membeku, saat matanya pertama kali melihat telepon kabel yang berada dimeja."Apa bisa m
Ririn menelan ludahnya sendiri, ia sangat gugup saat pria asing yang dirinya ikuti itupun semakin mendekati dirinya."Maaf, saya harus pergi." Ririn berjalan ke arah samping, agar bisa menghindari pria yang ada didepannya ini.Tapi pria asing yang tidak ia ketahui namanya, malah menghalanginya lagi dan pria itu menarik dagunya dengan kasar, hingga membuatnya bisa menatap wajah pria itu.Pria itu memang tampan sekali, tapi sangat disayangkan kalau pria yang ia ikuti ini, jahat sama dirinya yang mana adalah wanita lemah."Maaf, Tuan saya harus pergi."Arrght," rintih Ririn.Tubuh mungil Ririn terdorong lagi dan membentur dinding hotel ini, ia menatap tajam ke arah pria itu, karena bersikap kasar sama dirinya."Sakit!!" bentak Ririn."Siapa kamu sebenarnya?" tanya pria itu."Saya Ririn," jawab Ririn sambil menggulurkan tangannya agar b