Share

Part 7

Vanka berdiri di depan Lintang yang sedang menatapnya. Pagi ini, Vanka berangkat sekolah sendiri. Ia tidak menunggu Lintang. Cowok itu tidak tahu kalau Vanka sudah berangkat duluan. Ia tadi sempat ke rumah Vanka, namun gadis itu sudah tidak ada. Dan, sekarang Lintang sedang berada di depan kelas Vanka. 

"Kenapa lo berangkat duluan? Kenapa gak chat gue dulu?" tanya Lintang.

"Gue gak mau telat kayak kemarin," jawab Vanka singkat.

"Telat dari mana? Ini aja masih jam setengah tujuh. Gue aja gak telat."

"Gue cuma gak mau berangkat sama lo aja." 

Lintang menatap Vanka bingung. Kenapa gadis ini terlihat jutek padanya? Apa kesalahannya?

"Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Emang gue salah apalagi?" tanya Lintang.

"Harga novel yang lo beliin buat gue berapa? Biar gue ganti uangnya," ucap Vanka tanpa menjawab pertanyaan Lintang.

"Gak usah ganti uang gue. Gue ikhlas kok beliinnya," tolak Lintang. Tapi ucapannya tidak dipedulikan oleh Vanka. Gadis itu merogoh dua lembar uang seratus ribu dan memberikannya pada Lintang.

"Uangnya udah gue ganti, ya. Gue masuk kelas dulu," pamit Vanka.

Lintang langsung menarik lengan Vanka membuat gadis itu langsung membalikkan badannya.

"Kenapa?" tanya Vanka ketus.

"Lo kenapa sih, hah? Gue salah apa sama lo? Bilang sama gue dong. Lo pikir gue terawang yang bisa tahu pikiran lo?"

Vanka tersenyum kecut. Ia langsung melepas tangan Lintang dan berjalan masuk ke kelasnya tanpa mempedulikan Lintang.

"Ck! Dia kenapa lagi sih?" decak Lintang.

*****

Vanka berjalan menuju perpustakaan. Di sepanjang jalan, ia berpapasan dengan Dean.

"Hai Vanka," sapa Dean.

"Hai Dean," balas Vanka sembari tersenyum.

"Lo mau ke perpus ya?" tanya Dean yang dibalas anggukan kecil oleh Vanka.

"Bareng ya sama gue. Kebetulan gue juga mau ke perpus. Mau balikin buku," ucap Dean.

"Iya, boleh."

"Tang," panggil Vino.

"Apa sih?" tanya Lintang.

"Itu lo liat deh. Vanka lagi sama Dean," ucap Vino sembari memegang kedua pundak Lintang agar cowok itu menoleh ke arah Vanka dan Dean.

Ia menatap Vanka dan Dean yang sedang berjalan beriringan. Sesekali, Vanka tertawa karena guyonan yang dilontarkan Dean.

Tanpa sadar, Lintang sudah mengepalkan kedua tangannya. Ia paling tidak suka jika miliknya diganggu oleh orang lain.

Ia langsung berjalan menuju mereka.

"Ngapain lo deketin cewek gue?" tanya Lintang dengan wajah dingin.

"Gue gak deketin Vanka. Gue cuma mau ke perpus bareng dia," jelas Dean.

"Halah gak usah banyak omong lo!"

Bugh! 

Lintang medaratkan pukulannya tepat mengenai wajah Dean membuat Vanka membulatkan kedua matanya.

Ia langsung menghadang Lintang, ketika cowok itu ingin melayangkan pukulannya lagi.

"Udah stop Lintang! Bisa gak sih, sehari aja gak usah bikin masalah?"

"Gimana gue gak bikin masalah, dia udah deketin lo! Lo juga kenapa jadi cewek kecentilan banget? Udah punya cowok masih aja cari perhatian sama cowok lain," sinis Lintang.

Vanka tertawa renyah membuat Lintang menatap bingung ke arahnya.

"Lo marah karena gue sama Dean? Terus, apa kabar lo sama Lisa? Lo boleh dekat-dekat sama Lisa dan mesra-mesraan sama Lisa, sedangkan gue gak boleh dekat sama cowok lain gitu? Mau lo apa sih sebenarnya? Jadi orang itu jangan egois, Tang. Muak gue lama-lama hadapin lo," ucap Vanka dengan wajah kesal kemudian menarik Dean berjalan masuk ke perpustakaan.

"Argh! Sialan!" umpatnya.

"Sabar, Tang," ucap Vino yang sudah berada di sampingnya.

"Lo emang salah, Tang. Lo larang Vanka buat dekat-dekat sama cowok lain, sedangkan lo dekat sama Lisa. Gimana dia gak marah sama lo coba?" sahut Roy.

"Ingat Tang, jadi orang jangan egois. Lisa ya Lisa, Vanka ya Vanka. Jangan dua-duanya lo embat. Lo jangan sakitin hati Vanka, Tang," nasehat Vino.

Lintang terdiam sejenak. Apa ia salah hanya karena tidak ingin miliknya didekati orang lain? Walaupun, ia tidak mencintai Vanka. Tapi, tetap saja ia tidak suka kalau ada cowok lain yang mendekati Vanka selain dirinya. Terdengar egois bukan? Namun, itu lah dirinya. Dan, ia juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa seperti itu.

*****

"Van," panggil Dean membuat Vanka menoleh padanya.

Mereka sudah keluar dari perpustakaan. Sekarang, mereka sedang berjalan menuju kantin.

"Kenapa De?"

"Lo lagi ada masalah ya sama Lintang?"

Dean menatap wajah Vanka yang tiba-tiba berubah menjadi sendu. 

"Sorry. Kalau lo gak mau jawab juga gak papa kok," ucap Dean.

"Gak papa. Gue emang lagi ada masalah sama Lintang. Malah hampir setiap hari gue ada masalah sama dia. Gue gak tahu kenapa, tapi gue sama dia selalu berantem. Kebanyakan sih gue sering marah sama dia karena Lisa. Dia sering banget jalan sama Lisa, seolah-olah Lisa itu pacarnya. Tapi, giliran gue yang ngajak dia jalan dia gak mau. Dia selalu marah setiap kali gue cemburu sama Lisa, tapi dia jauh lebih marah kalau liat gue sama cowok lain. Itu yang buat gue kesel sama dia. Dia itu egois. Gak pernah ngerti perasaan gue," cerita Vanka.

Dean terdiam sejenak setelah Vanka menceritakan masalahnya.

"Sorry ya gue jadi curhat," kekeh Vanka. Ia merasa tidak enak karena sudah menceritakan masalah pribadinya pada Dean.

"It's okay. Gue senang kok kalau gue bisa jadi teman curhat lo. Kadang emang lo butuh orang buat ceritain masalah lo, baru lo merasa lega."

Vanka mengangguk-angguk setuju dengan ucapan Dean.

"Makasih ya lo udah mau dengar cerita gue."

"Sama-sama. Tapi, kalau saran gue sih lo harus tegas sama Lintang. Lo harus suruh dia milih antara lo sama Lisa. Lo jangan biarin Lintang sama Lisa dekat mulu. Ntar, yang ada Lintang jadian sama Lisa. Lo gak mau kan sampai itu terjadi?"

Vanka menggeleng cepat. Tentu saja, ia tidak akan terima kalau Lintang pacaran dengan Lisa. Sampai kapanpun, ia tidak akan merelakan Lintang ke pelukan cewek lain.

"Ya itu kalau lo mau ikut saran gue sih. Kalau gak mau juga gak papa."

"Makasih atas sarannya. Gue bakal ikutin saran lo. Gak sia-sia gue curhat sama lo," ucap Vanka sembari tersenyum.

Dean menyunggingkan senyumnya. "Kalau lo ada masalah lo boleh cerita ke gue. Dengan senang hati, gue bakal dengar cerita lo."

Vanka mengangguk. Ternyata, ada untungnya ia bercerita dengan Dean. Tidak seperti, Lia dan Sela yang ketika ia meminta saran pada mereka, selalu mereka menyuruhnya untuk putus dari Lintang.

Mereka sudah sampai di kantin. Terlihat Lia dan Sela yang sedang melambaikan tangan padanya.

"Yuk, kita ke teman-teman gue," ajak Vanka pada Dean.

Cowok itu mengangguk dan berjalan mengikuti Vanka.

"Lama banget lo ke perpus. Ngapain aja lo di sana?" tanya Sela.

"Ada deh," jawab Vanka yang mendapat cibiran dari Sela.

"Lo mau makan apa Van? Biar gue beliin buat lo," tawar Dean.

"Eh, gak usah. Nanti gue beli sendiri aja," tolak Vanka.

"Udah gak papa. Lo mau makan apa?" 

"Ditanyain tuh, Van. Jawab dong," sahut Lia.

"Em, gue mi instan sama es teh aja deh," jawab Vanka.

"Oke. Gue beliin dulu."

"Vanka, lo beruntung tahu gak bisa dekat sama Dean. Kalau gue perhatiin dia itu suka banget sama lo," ucap Lia antusias.

"Udah mendingan lo putusin Lintang aja. Biar lo sama Dean. Ngapain juga lo sama cowok kayak Lintang? Yang sukanya bikin lo sakit hati doang."

"Ekhem," deham Lintang membuat ketiganya langsung menoleh pada Lintang.

Lintang tengah berada di samping Vanka sembari menatap tajam pada Lia, membuat cewek itu langsung diam.

Lintang duduk di samping Vanka.

"Enak banget ya jelek-jelekin gue di belakang gue. Lo mau cuci otak Vanka biar dia mau putusin gue?" tanya Lintang sinis.

"Gue gak cuci otaknya. Gue cuma mau buka otaknya aja biar dia itu sadar kalau dia udah pacaran sama orang yang salah," ucap Lia membalas tatapan tajam Lintang.

Persetan dengan Lintang. Ia sama sekali tidak takut dengan cowok ini. Ia tidak mau Lintang terus-terusan menyakiti hati Vanka.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" Lintang memukul meja membuat ketiganya langsung tersentak kaget.

"Lintang! Apa-apaan sih lo? Lo gak boleh kayak gitu sama Lia!" ucap Vanka kesal.

"Lo belain teman lo, iya? Lo mau turutin dia buat putus dari gue, iya?" sentak Lintang.

Dean mendorong Lintang membuat cowok itu menoleh padanya.

"Gak usah bentak-bentak Vanka! Jadi cowok kasar banget sama cewek."

"Diam lo! Gue gak ada urusan sama lo!"

Lintang menarik tangan Vanka keluar dari kantin. Melihat hal itu, Dean ingin menyusul mereka. Namun, Sela langsung menahan lengannya.

"Biarin mereka selesain masalah mereka sendiri, Dean. Lo jangan bikin masalah tambah runyam," ucapnya.

*****

Lintang membawa Vanka ke halaman belakang sekolah.

"Kenapa harus narik-narik sih, Tang? Sakit tahu," omel Vanka.

"Lo mau putus dari gue?" tanya Lintang langsung.

"Enggak," jawab Vanka cepat membuat Lintang menyunggingkan senyumnya.

"Gue harap lo jangan pernah minta putus dari gue," ucap Lintang.

"Ya itu tergantung dari lo. Kalau lo masih dekat-dekat sama Lisa, ya gue bisa aja minta putus dari lo," ucap Vanka.

Lintang menatapnya tajam. "Gue gak bisa jauhin Lisa. Jangan pernah lo nyuruh gue buat jauhin dia!"

Vanka tertawa sinis. "See, lo gak mau jauh-jauh dari Lisa, tapi lo juga gak mau gue dekat-dekat sama cowok lain. Maksud lo apa coba?"

"Gue cuma gak suka milik gue didekatin sama orang lain."

Lintang menarik Vanka ke pelukannya, membuat Vanka terkejut bukan main.

"Bisa kan lo jangan dekat-dekat sama Dean atau cowok manapun?" tanya Lintang.

Vanka mengangguk dalam pelukannya. Ia dapat merasakan jantungnya berdetak kencang dan pipinya memanas. Ia yakin pipinya pasti sudah memerah.

Lintang melepas pelukannya.

"Janji ya jangan dekat-dekat sama cowok lain?" 

"Iya janji."

Lintang tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Vanka.

"Anak pinter."

Vanka tersenyum sipu. Justru perlakuan Lintang seperti ini yang membuatnya mudah luluh pada cowok ini.

'Gue benar-benar gak ngerti sama lo, Tang. Lo selalu punya cara biar gue gak bisa marah lama-lama sama lo,' batinnya.

***********

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ita Widya's
bego bgt JD cewe,, kapan nyadar nya si,,, mau aja di bego"in cowo
goodnovel comment avatar
Ismimuji 3
cewe beg*...tapi ga nyadar.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status