Share

Menuju Kamar Adipati

Ayu masuk ke dalam kamarnya. Siti berlari mendekatinya. Sementara, Wati dengan beberapa pelayan wanita, berjalan cepat menyiapkan pemandian khusus.

“Ayu, apa kau baik-baik saja?” tanya Siti sambil memutari tubuh Ayu dengan serius, menatapnya dari atas sampai bawah. Empat wanita lainnya yang sekamar dengan Ayu juga mendekatinya.

“Ayu, apa kau tahu jika kau akan menampilkan bakatmu malam ini? Itu tandanya kau akan segera berada di dalam kamar sang Adipati. Tadi pagi ada surat yang mengharuskan kau tampil.”

Ayu diam kaku terkejut mendengar Siti dengan sangat bersemangat bercerita. “Apa kau yakin dengan yang kau katakan?” Ayu tersenyum memandang semua wanita yang segera menganggukkan kepalanya saat mendengar dia bertanya dengan serius tentang apa yang di katakan Siti barusan.

“Ayu, kau sangat cantik, dan pasti akan menjadi selir terbaik. Kami akan berada di pihakmu.” Siti semakin bersemangat, apa lagi akan sangat menguntungkan dirinya jika dia berteman dekat dengan selir terbaik Adipati.

Wati datang bersama dengan beberapa pelayan. Dia masuk ke dalam kamar Ayu. Perlahan Wati mendekati Ayu yang berdiri tegak membalas tatapannya. Wati mengulurkan tangannya, memegang dagu lancip milik Ayu, sedikit mengangkatnya. “Kau memang sangat cantik. Aku tidak pungkiri, kau akan segera menjadi milik Adipati.” Suara pelan dengan hembusan nafas itu, membuat Ayu sedikit terkekeh hingga pundaknya bergerak.

“Akukan sudah bilang. Kamar kosong itu akan menjadi milikku. Kau, akan menjadi bawahanku.” Suara tegas yang terlontar pelan, membuat Wati kembali menarik nafas, menghembuskan perlahan. Dia tidak pungkiri kali ini lebih baik akan berbuat baik kepada Ayu dari pada memusuhinya.

“Baiklah. Sekarang lebih baik kau bersiap. Nanti malam, kau akan menari di hadapan semua pejabat dan Adipati.”

Wati berjalan meninggalkan kamar Ayu. Semua pelayan mendampingi Ayu berjalan menuju ruangan khusus yang sudah di siapkan untuk setiap wanita terpilih. Baju yang sangat indah, sepatu, serta perhiasan yang berkilauan, di siapkan semuanya.

Pelayan mulai menanggalkan baju yang Ayu pakai. Dia di tuntun masuk ke dalam bak yang sangat besar berisikan air yang diambil dari pegunungan dan sangat jernih, dengan semua rempah-rempah bercampur wewangian. Kelopak bunga mawar semakin membuat wewangian menjadi sempurna.

Pelayan menggosok tubuh Ayu dengan perlahan. Semua kotoran yang menempel sudah menghilang, membuat tubuh Ayu semakin terlihat bersih, mulus. Wati semakin menatap Ayu karena kecantikannya. Baju kebaya terbaik bertabur berlian, sudah di siapkan berwarna biru laut kesukaan Adipati. Rambut Ayu yang masih basah, di beri uap rempah untuk membuatnya semakin harum. Selama dua jam, Ayu di persiapkan hingga menjadi sempurna.

“Kau sangat cantik.” Pujian yang Wati katakan tidak membuat Ayu membalasnya. Dia hanya diam dingin menatap Wati karena ingat perbuatannya kepadanya waktu lalu.

Seorang pengawal Adipati datang menunggu Wati di luar aula wanita. Wati segera menuju ke sana setelah mendapat kabar dari pelayan wanita yang menghampirinya. Wati mendapat kabar jika aula pertunjukan sudah di penuhi pejabat dan Adipati yang akan melihat Ayu menari.

Wati mengarahkan tangannya kepada beberapa pelayan, agar segera membawa Ayu menuju ke sana. Semua wanita yang berada di aula, terpana melihat Ayu dengan sangat cantik dan anggun berjalan melewati mereka. Bahkan semua berbisik membicarakan kecantikannya.

Ayu masih saja berjalan dengan selalu menebar kecantikannya kepada semua laki-laki yang berada di hadapannya, termasuk semua pengawal. Dia sudah sampai di aula pertunjukan, melewati pintu belakang.

Wati di sebelahnya masih saja menatap Ayu yang terlihat tegang. Jemari tangan kanan masih dengan cat kuku merahnya, memegang tangan Ayu yang terlihat bergetar. “Menarilah dengan baik, dan jangan sampai kau melakukan kesalahan, atau kau tidak akan pernah naik ke lantai atas.”

Ayu hanya melirik Wati dan tidak menjawab perkataannya. “Baiklah Ayu, kau harus maju ke depan di panggung itu.”

Ayu memejamkan ke dua matanya, menarik nafas panjang, bersiap melangkah. Dengan perlahan, dia berjalan masuk ke dalam aula, berdiri di tengah panggung. Bola mata hitam bulat milik Ayu memandang semua para pejabat yang terpana memandang kecantikannya.

Ayu tidak memandang Adipati yang menunggunya dengan tegak duduk di singasananya. Semalaman, Adipati di dalam kamarnya tidak bisa tenang selalu mengingat perbuatan Ayu yang sangat berani kepadanya. Suara pelan manja yang di bisikkan Ayu saat menjatuhkan tubuhnya, membuat sang Adipati terjaga semalaman. Adipati merasakan keresahan yang luar biasa. Dia segera memanggil Jenderal Iblis agar segera menuju ke dalam kamarnya.

“Aku menginginkan wanita itu. Dia sudah membuatku tidak tenang. Aku ingin dia menampilkan bakatnya. Bawalah dia kepadaku!”

Jenderal diam menundukkan kepalanya. Dia berpikir tidak akan memberitahukan Adipati jika sebenarnya Ayu sudah dia masukkan ke dalam penjara akibat perbuatannya yang sangat berani. Jenderal tidak menyangka Adipati akan malah antusias dengan Ayu yang melanggar aturan.

“Kenapa kau diam saja, Jenderal?!” bentakan Adipati yang akhirnya membuat wajah Jenderal sedikit mengangkat. “Lakukan!” Adipati murka melihat Jenderal yang masih saja diam.

“Baiklah, Adipati.” jawaban singkat keluar dari mulut Jenderal yang akhirnya keluar dari kamar sang raja menuju aula wanita menemui Wati agar segera mempersiapkan Ayu besuk untuk tampil di aula pertunjukan.

“Malam ini biarkan wanita itu bermalam di penjara. Besuk saja akan aku keluarkan. Persiapkan dengan baik. Adipati menginginkannya. Tapi, bagaimanapun juga, dia harus menjalani hukuman malam ini.” Dengan tatapan dingin, Jenderal meninggalkan Wati yang saat itu mulai resah menerima kabar itu. Dia akan sangat tidak beruntung jika Ayu memang akan bisa membuat Adipati jatuh cinta karena perlakuan kasarnya.

Ayu mulai menggerakkan tangannya dengan jari-jemarinya yang sangat lentik berhiaskan cat kuku merah merona. Gerakan indah mulai dia mainkan. Suara musik dari gamelan yang mengiringinya, membuatnya melakukan tariannya sangat indah. Kakinya mulai ikut bergerak, mengikuti arah angin berputar. Wajah cantiknya memperlihatkan sendu, seolah-olah menghipnotis semua orang.

Sedikit lompatan dengan liukan tubuhnya yang sempurna, membuat Adipati diam hingga jarang berkedip. Semua mata terpana melihatnya. Bahkan Wati menarik nafas tidak bergeming sama sekali. “Kau akan menjadi ratu, Ayu.” batinnya.

Ayu masih saja memainkan perannya dengan sempurna, hingga salah satu pejabat berdiri. Dia berjalan menaiki panggung dan menarik tubuh Ayu. “Kau malam ini akan menjadi milikku.”

Ayu mendorong tubuh sang pejabat hingga tersungkur. “Kurang ajar, Jangan menyentuhku!” teriakan Ayu yang membuat semua orang memandang terkejut tidak kecuali Adipati yang biasanya membiarkan semua pejabat melakukannya jika selirnya akan di nikmati mereka.

“Hentikan!”

Suara lantang yang sangat tidak terduga, terlontar keras dari mulut Adipati membuat semua orang menundukkan kepalanya. Adipati melempar saputangan miliknya ke arah Ayu yang berarti dia tidak boleh di sentuh siapapun.

Dengan tegak dan angkuh, Ayu masih saja berdiri tidak segera mengambil saputangan yang berada tepat di bawahnya. Aturan yang mengharuskan wanita pilihan segera mengambil saputangan milik raja jika di lemparkan yang menandakan dia akan bermalam dengan raja, Ayu abaikan.

“Ayu, kenapa tidak kau ambil?” bisik Wati saat berjalan menuju panggung menarik Ayu dan mengambil saputangan milik raja. Sementara, Adipati hanya diam berdiri masih menatap tajam ke arah Ayu sampai dia meninggalkan panggung.

“Ayu, aku tahu kau sangat cantik. Tapi, jika kau bersikap sombong seperti ini, kau akan sangat celaka!” bentakan Wati masih saja tidak membuat Ayu berucap. Dia hanya diam menatapnya dingin.

“Baiklah, kau akan menuju ke kamar raja setelah mandi sekali lagi. Plok, plok, plok.”

Wati menepuk tangannya, yang berarti pelayan harus mempersiapkan mandi air tujuh rupa bagi semua wanita yang akan bermalam dengan raja. Ayu masih saja tidak bersuara. Dia hanya diam, selalu membalas tatapan tajam Wati.

Ayu memejamkan ke dua matanya, memikirkan cara bagaimana akan menolak Adipati. Pelayan masih saja membersihkan dirinya dan mempersiapkan semuanya. “Aku akan menolak, dan membuat dia semakin menginginkan aku. Perkataan Rose, akan aku lakukan malam ini.”

Ayu di persiapkan dengan sangat baik. Semua inci dari tubuhnya, di periksa pelayan hingga benar-benar sangat bersih. Riasan yang sedikit tebal, dan kebaya sangat cantik membuat Ayu sangat sempurna. Wati berdiri masih saja menatap Ayu yang melihat dirinya dengan penuh amarah.

"Baiklah, kita akan menuju kamar Adipati."

"Kau akan menjadi milikku, Adipati Wiryo." batin Ayu dengan senyuman sinisnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
pilihan terbaik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status