Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang.
Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru.
“Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya.
***
Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad
Hai semua pembaca Selir Adipati. Terima kasih banyak sudah mengikuti sampai tamat cerita ini. Semoga berkenan dan bisa memberikan hiburan serta manfaat buat semua. Terima kasih sekali lagi. Aku tunggu kalian membaca karyaku yang lain. Semoga kalian selalu bahagia selamanya. Amin.
Ayu Sekar bunga desa dengan kecantikannya yang paripurna. Dia akan menjalani seleksi pemilihan selir Adipati di istana. Ayu resah dengan surat yang mengharuskan dia datang ke pondok wanita utama kerajaan. Dia duduk di depan meja makan sambil mengamati ibunya yang sedang mengaduk kopi buat bapaknya. Dia berjalan pelan berdiri di belakang ibunya.“Bu, apa aku harus menikahi Adipati Wiryo. Aku ini akan jadi istri keberapa, Bu? selirnya banyak dan bagaimana nanti aku akan menjalani pernikahan itu?”“Kamu tinggal nikah aja. Adipati itu kan orang paling berkuasa. Kamu itu seharusnya bersyukur di pilih menjadi calon istrinya Adipati.”“Tapi Bu, aku masih sangat muda dan baru lulus sekolah. Apa aku harus langsung menikah?”Ibu Ayu masih saja menambah gula. Bapaknya suka sekali dengan kopi manis. Ibunya berjalan meletakkan kopi itu di atas meja persis di hadapan bapaknya. Tapi, bapak Ayu masih saja diam dengan serius tanpa mempe
Ayu mengangkat kepala, membalas tatapan wanita itu. Dia dan wanita itu kini saling memandang.“Aku adalah kepala selir di sini. Kau bukan siapapun. Bagaimana bisa, berani berbicara seperti itu kepadaku?!”Nada keras yang wanita itu keluarkan, tidak membuat Ayu takut sama sekali. Ayu malah semakin menatapnya dengan sangat berani.“Aku adalah wanita, sama denganmu. Apa perbedaan kita?” tanya Ayu santai. Dia sedikit memperlihatkan senyumannya.“Aku Sriwati. Panggil aku, Wati. Kau sangat cantik. Ayu Sekar, nama yang sangat bagus sesuai orangnya. Kau tegas. Kali ini aku memaafkanmu, Ayu. Tapi tidak untuk ke dua kalinya.” Kali ini Wati menjawab dengan sedikit menahan amarahnya kepada Ayu yang masih saja tidak takut.Wati mengarahkan bola mata ke arah pelayan yang akan membawa Ayu bergabung dengan selir lainnya di aula wanita. Aula khusus para wanita yang boleh tinggal di sana. Bahkan hanya Adipati dan Jenderal Iblis, d
Ayu perlahan mendekati wanita tua yang berada di dalam penjara bersama dirinya. Dia duduk di sebelahnya.“Siapa kau?” tanyanya.Wanita itu tidak langsung menjawabnya. Dia hanya tersenyum memandang Ayu yang sangat berantakan. Wanita itu menyingkirkan rambut Ayu yang menutupi wajahnya. Dia memandang Ayu dengan sangat serius. Jarinya, perlahan mengikuti pola wajah Ayu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Ayu sekali lagi.Wanita itu menghela nafasnya. Dia menggeleng sambil tersenyum. “Kau akan bisa menjadi ratu. Aku mengira, kau pasti ke sini karena melakukan pemberontakan kepada mereka.”“Aku sangat ingin membalas semua orang. Aku membenci Adipati. Dia membawa semua gadis untuk melayaninya. Hanya dia. Lalu, bagaimana dengan masa depan mereka. Apakah mereka harus berada di sini sepanjang hidupnya hanya untuk Adipati? Aku akan merubah semua peraturan itu. Satu-satunya cara, aku harus menjadi ratu,” gerutu Ayu ke
Ayu masuk ke dalam kamarnya. Siti berlari mendekatinya. Sementara, Wati dengan beberapa pelayan wanita, berjalan cepat menyiapkan pemandian khusus.“Ayu, apa kau baik-baik saja?” tanya Siti sambil memutari tubuh Ayu dengan serius, menatapnya dari atas sampai bawah. Empat wanita lainnya yang sekamar dengan Ayu juga mendekatinya.“Ayu, apa kau tahu jika kau akan menampilkan bakatmu malam ini? Itu tandanya kau akan segera berada di dalam kamar sang Adipati. Tadi pagi ada surat yang mengharuskan kau tampil.”Ayu diam kaku terkejut mendengar Siti dengan sangat bersemangat bercerita. “Apa kau yakin dengan yang kau katakan?” Ayu tersenyum memandang semua wanita yang segera menganggukkan kepalanya saat mendengar dia bertanya dengan serius tentang apa yang di katakan Siti barusan.“Ayu, kau sangat cantik, dan pasti akan menjadi selir terbaik. Kami akan berada di pihakmu.” Siti semakin bersemangat, apa lagi akan sanga
Ayu berjalan dengan sangat cantik akan menuju ke kamar Adipati. Beberapa pengawal dan pelayan, serta Wati juga berjalan mengawalnya. Di dalam kamar. Adipati berdiri menghadap jendela kamarnya. Dia mencengkeram jubah yang menutupi dadanya.“Aku sangat bergetar. Tidak pernah aku merasa seperti ini.” ucapnya berusaha mengatur detakan jantungnya.Ayu telah sampai di depan pintu kamar Adipati. Dia terkejut melihat Jenderal berjaga di sana. Jenderal berjalan mendekati Ayu dan memutari tubuhnya sambil menatap setiap sudutnya.“Apa yang anda lakukan, Jenderal?, apakah aku tidak sesuai dengan kriteriamu?”Jenderal menghentikan langkahnya. Dia mengernyit. Tidak di sangkanya, Ayu bisa berkata demikian kepadanya. Satu-satunya wanita yang berani melakukan protes terhadap dirinya hanya dengan tidak setuju dengan sikap yang dia lakukan.“Aku tidak menyangka kau berkata seperti itu kepadaku. Wanita yang sangat berani. Kali ini akan ak
Adipati menarik tubuh seksi dan sintal Ayu dalam dekapannya hanya dengan satu tangan. Wajahnya mendekati telinga harum milik Ayu dan berbisik, “Aku sudah menjemputmu.”Ayu tersenyum membalas, “Bawalah aku ke kamarmu.” Suara pelan dan manja Ayu, membuat Adipati semakin menahan hasratnya untuk segera membawa Ayu ke dalam kamarnya. Namun, sesuatu tidak terduga terjadi. Adipati menarik Ayu dan menggendongnya. Semua mata masih saja melotot sangat lebar. Wati hanya bisa menarik nafasnya, dan memikirkan bagaimana caranya Ayu akan memaafkan dirinya yang selama dua hari selalu memusuhi, bahkan membiarkan Ayu di hina oleh semua wanita.Adipati membawanya melewati lorong. Selir pertama kali yang tidak perlu melakukan ritual pemandian air tujuh rupa untuk masuk ke dalam kamar hanya sekedar bermalam dengan Adipati.Sang Jenderal hanya memandangnya dengan resah. Dia tidak menyukai jika Adipati akan kalah dengan wanita. Namun, dia tidak bisa melakukan a
Waktu berjalan sudah dua hari. Ayu masih saja berada di kamar Adipati. Bahkan semua kegiatan pondok kerajaan dengan para pejabat penting, sang Jenderal yang mewakili Adipati. Dia dalam kamarnya, Adipati bersama Ayu masih saja bersenang-senang. Para pelayan sama sekali tidak masuk ke dalam. Mereka hanya mengantar makanan jika saatnya tiba.Wati masih sangat resah. Dia tidak bisa membayangkan jika Ayu kembali ke aula wanita dan pastinya akan masuk ke kamar kosong sebagai selir terbaik bergelar calon ratu. Jika dia bisa berada di sana selama tiga puluh hari, maka gelar ratu sudah berada di tangannya.“Dia sudah berada di sana selama hampir tiga hari. Aku harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya masuk ke dalam kamar khusus itu.” gerutu Wati sambil terus berjalan mondar-mandir kebingungan.“Apa yang harus aku lakukan?”Wati terus mencari cara agar dia bisa membuat Ayu keluar dari kamar Adipati kurang dari tiga hari. Dia akan berusaha m
Jenderal keluar dari kamar Adipati dalam diam. Dia masih saja merasa resah dengan perubahan Adipati dalam sekejab sejak kehadiran Ayu. Langkah kakinya terhenti di lorong aula wanita. Wati masih saja mengamatinya.Jenderal segera melangkah cepat menghampirinya. “Kau memata-mataiku, Wati.”“Yah, aku melakukannya. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar selanjutnya.”“Akui kekalahanmu, Wati. Adipati sudah jatuh di pelukannya. Kita tidak bisa membuatnya terpisah dengan Ayu kecuali dia terbunuh.”Wati mengernyit melihat pernyataan sang Jenderal. “Apa kau berencana akan menghabisinya, Jenderal?” tanya Wati dengan serius menatap sang Jenderal yang masih saja diam tidak menatapnya.“Akan aku pikirkan jika dia melawan. Jika dia bisa bekerja sama denganku, akan aku pertahankan dia menjadi bonekaku.”Jenderal dengan suara pelannya namun tegas, membuat Wati akhirnya merasa lega dengan apa yang dia