Share

4. NOT MY SISTER AGAIN

Cuaca yang tadinya panas berubah menjadi mendung. Mungkin alam pun mendukung Elaine untuk kembali merapati nasib sialnya ini. Gadis itu meninggalkan sekolah tepat setelah mendengar omongan Tirta dan kawan-kawannya. Dia memesan taxi online dan segera pulang ke rumah. Tak peduli dengan acara perpisahan di sekolah yang belum selesai. Dia ingin menenangkan dirinya di rumah. Walau Elaine tahu betul itu bukan hal yang tepat, karena dia pasti akan bertemu dengan pemeran perempuan antagonis dari drama percintaannya ini.

'Apa katanya? Elsa tahu aku ada hubungan dengan Tirta, dan dia diam saja?' batin Elaine kesal.

“Emang kakak brengsek!” umpatnya pelan. 

Taxi online yang ditumpangi Elaine sudah sampai tepat di depan rumahnya. Rumah yang tak terlalu besar, namun cukup bagi empat orang untuk tinggal di sana.

Gadis bergaun cream itu menarik gaunnya ke atas, kemudian dia melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Tidak di kunci, mungkin salah satu anggota keluarganya masih ada di rumah. Sepertinya dia adalah Elsa, karena jam segini orang tuanya pasti sedang bekerja.

“Len, kok udah pulang?” tanya seorang perempuan yang sedang menyeduh sesuatu dalam cangkir. Namun Elaine tak menggubris pertanyaan dari perempuan itu dan masuk ke dalam kamarnya. Kemudian membanting pintunya keras.

Gadis itu langsung membenamkan wajah pada bantal miliknya. Meremas sprei, mencoba menahan rasa dendam dan amarahnya yang kembali memuncak dalam dirinya.

“Berengsek! Brengsek! Brengsek!” Gadis itu terus mengumpat.

Seseorang membukakan pintu kamar Elaine, gadis itu bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekatinya. Benar saja, seseorang sekarang duduk di tepi kasur dan meraba punggung Elaine.

“Kamu kenapa?” tanya perempuan itu penasaran.

Mendengar suara perempuan itu, Elaine semakin kesal. Kenapa katanya? Elaine tak segera beranjak. Dia masih membenamkan wajahnya pada bantal dan dalam hatinya masih mengumpat keras.

“Elaine. Sini cerita sama aku,” kata perempuan itu khawatir.

“Ck.” Elaine berdecak ketika mendengarkan kata itu dari sang kakak. Cerita katanya? Kini gadis itu beranjak dan lamgsung menatap perempuan yang sedari tadi bertanya padanya, dengan mata yang sembab. Makeup-nya sekarang sudah tidak karuan lagi sekarang.

“Kenapa nangis?” tanya perempuan itu lagi dengan tatapan khawatir.

Busuk.

Melihat wajah perempuan itu Elaine ingin sekali menamparnya keras-keras.

“Kenapa lo nanya, sih? Bukannya lo udah tahu jawabannya. Jangan pura-pura polos deh, Sa!” sentak Elaine. Dia sudah tidak peduli dengan yang namanya sopan santun kepada seorang kakak. Baginya perempuan itu bukan kakaknya lagi.

“Maksudmu apa? Kok kamu nggak sopan sama aku, Len?”

“Huh!” Elaine memutar bola matanya, kesal. Perempuan ini benar-benar busuk sekali. “Gue udah gak peduli dengan yang namanya sopan santun sama lo! Lo sendiri yang udah menghancurkan hidup gue!” Elaine masih membentak perempuan yang bernama Elsa itu.

Elsa terdiam, bergeming. Sepertinya perempuan yang umurnya hanya terpaut satu tahun lebih dengan Elaine, mulai menyadari apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan Elaine.

“Menghancurkan hidupmu? Maksud kamu apa, sih?”

Brengsek.

Elaine menatap Elsa dengan tatapan yang penuh amarah. Sepertinya perempuan ini harus ditampar, agar dia sadar dengan apa yang sudah dia perbuat kepada anggota keluarganya sendiri.

PLAK.

Gadis yang baru saja patah hati itu melayangkan tamparan di pipi Elsa. Elsa meringis kesakitan.

“ELAINE!” Elsa membentak adiknya itu sembari beranjak dari tepi kasur.

“Apa, huh? Mau marah? Harusnya gue yang marah. Kenapa lo tega sama gue, Sa? Kenapa lo sama Tirta main belakang? Bukannya lo tahu kalau gue itu ada hubungan sama dia?”

Pertengkaran antara kedua saudara kandung ini pun di mulai.

“Huh!” Elsa mendengkus kesal. “Sebelum dia punya hubungan sama lo, dia udah sama gue! Asal lo tahu ya Len, gue sama Tirta udah deket dari kalian kelas sebelas. Dia suka sama gue, pas gue masih di sekolah. Lo sendiri aja yang bego!”

“Kenapa lo nggak bilang sama gue, Sa? Kalau lo bilang dari awal nggak akan sesakit ini. Kenapa lo biarin gue suka sama Tirta? Sampai akhirnya gue lihat kalian berdua tidur bareng. Emang brengsek lo pada!” cecar Elaine. Dia kini mengeluarkan unek-unek yang selama ini dia pendam. Ah sial! Elaine kembali menangis. Stock air matanya seolah tidak habis.

PLAK.

Elsa menapar Elaine. Sepertinya dia tersinggung dengan umpatan Eliane.

“Lo berani ngatain gue brengsek? Ngaca dong, lo juga sama aja. Udah tahu kalian tuh sahabatan, malah penginnya lebih. Selama ini gue diem, Len. Emang gue juga nggak marah ketika lihat lo berudaan sama Tirta?” serang Elsa.

Sumpah. Elaine tidak mengerti apa yang ada dipikiran kakaknya ini. Kenapa dia sangat kekanak-kanakan sekali, pikirnya. Otak kakaknya ini sepertinya sudah konslet! Elaine hanya bisa menggelengkan kepalanya dan dia mengigit bibir bawahnya keras.

“TERSERAH! Lo keluar dari kamar gue!” teriak Elaine pada kakaknya. Gadis itu tidak ingin meneruskan perdebatan itu.

“OK! Gue keluar dari sini, jangan anggap gue masih mau nganggep lo adik!” berangnya. Elsa langsung keluar dari kamar Elaine.

Eliane mendengus dan menyeringai. Hancur sudah tali persaudaraan mereka karena satu orang laki-laki. Ternyata laki-laki juga bisa menjadi racun ya?

Malam harinya, Ibu Elaine dan Elsa memasak makanan kesukaan Eliane. Karena hari ini adalah hari kelulusan Elaine secara resmi dan untuk merayakan Elaine yang bisa masuk ke PTN bergengsi.

“Elsa, Elaine. Ayok makanannya sudah siap!” seru Lena, ibu double E bersaudara.

Jujur Elaine tidak ingin bergabung. Tapi dia tahu betul ibunya memasak spesial untuk dirinya. Alhasil dengan tidak bergairah, gadis yang baru saja patah hati itu beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar.

Elaine melihat Elsa pun baru saja keluar dari kamarnya. Mereka berdua saling membuang muka, tak ingin menatap satu sama lain.

“Selamat untuk Elaine karena sudah lulus dan masuk ke universitas!” kata seorang laki-laki yang duduk disamping Lena.

Elaine hanya tersenyum ketika mendapatkan ucapan selamat dari sang ayah.

“Kamu mau dikasih hadiah apa? Karena kamu bisa masuk PTN yang bergengsi lewat jalur SNMPTN. Jadi Papah mau kasih kamu hadiah. Apapun,” kata sang ayah. Di sebelahnya, Lena tersenyum senang.

Elaine menarik nafasnya, memandang kedua orang tuanya. Hadiah apa ya? Elaine tidak menyangka ayahnya akan memberikan hadiah untuknya. Dia harus memikirkan ini dengan baik-baik. Apa yang sedang dia inginkan sekarang. Iya, sekarang, saat ini juga!

“Aku pengin ngekos. Aku nggak mau tinggal di sini. Papah Mamah tahu kan, jarak dari rumah ke kampusku lumayan jauh,” ungkap Elaine.

Iya, yang diinginkan oleh Elaine sekarang adalah … keluar dari rumah ini. Dia tidak ingin melihat wajah kakaknya yang busuk. Walau sebenarnya Elaine tidak yakin keinginannya ini akan dikabulkan oleh sang ayah. Karena ayahnya ini tidak ingin anak-anaknya tinggal sendirian. Sebagai seorang ayah, Robby sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anaknya ini.

“Kamu pengin kos? Kamu yakin?” tanya Robby dengan lembut.

Elaine mengangguk. Memang jarak rumah Elaine ke kampusnya lumayan jauh. Apalagi bagi Elaine yang tak memiliki kendaraan pribadi itu repot sekali. Dia harus naik bis subuh-subuh, karena bis tersebut hanya beroperasi dijam tertentu.

“Ok. Hari minggu saat Papah off, kita cari kosan!” kata sang ayah.

Elaine terkejut, ternyata permintaannya ini dikabulkan oleh sang ayah.

BRAK.

Elsa menggebrak meja, dia tidak terima dengan perlakuan khusus sang ayah pada adiknya itu.

“Kenapa Elaine dikasih izin, sedangkan aku nggak?” tanya Elsa iri.

“Elsa.” Lena mencoba menegur anak sulungnya itu dengan lembut.

Robby mengalihkan pandangannya pada Elsa yang duduk di samping Elaine.

“Buat apa kamu tinggal sendiri? Kampusmu dekat. Tidak jauh seperti Elaine!” sentak sang ayah. “Suruh siapa selama SMA tidak belajar? Sekarang kamu tahu akibatnya kan? Cuman bisa kuliah di kampus swasta dan kecil di kota ini!” imbuh Robby.

Mulai.

Robby mulai untuk membandingkan Elsa dan Elaine. Hal ini membuat Elsa tidak senang. Mulai dari SMP, ayahnya selalu membandingkan Elsa dan Elaine. Jujur Elaine lebih pintar dari Elsa. Elaine lebih bisa membanggakan orang tuanya dengan segala prestasi akademis dan non-akademisnya.

Elsa beranjak dari kursinya. “Memang anak kesayangan kalian itu hanya Elaine!” Kemudian Elsa pergi meninggalkan meja makan.

Biasanya Elaine selalu tak enak hati, jika ayahnya sudah mulai membandingkan mereka berdua. Tapi hari ini, Elaine sangat senang dia bisa membuat Elsa marah dan iri padanya.

Elaine menyeringai. “Siapa suruh bego!” batinnya kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
wkwkw lucu si Elsa. tua tapi beg ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status