Share

5. MAHASISWA BARU

Kehidupan baru Elaine dimulai. Kini dia bertekad untuk berubah, dan akan lebih memperhatikan penampilannya. Bukan berarti dulu Elaine adalah anak yang cupu, culun, dan kuper. Hanya saja dulu gadis ini terlalu cuek dengan penampilan. Dia tidak pernah mengenakan bedak dengan benar, tak pernah memoles bibirnya dengan lip balm, dan selalu mengucir rambut panjangnya. Kali ini dia bertekad untuk berubah, gadis ini ingin menunjukkan eksistensi dirinya.

Good! Pokoknya lo harus bikin si Tirta nyesel gak pilih loh!” ucap Grace saat mereka baru saja berbelanja makeup juga baju untuk Elaine kenakan saat dia sudah kuliah.

Saat ini Elaine, Shani, dan Grace sedang berada di kosan Elaine. Dua gadis ini sengaja mengunjungi sahabatnya, untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja. Persahabatan mereka kini menemukan jarak. Karena kini mereka berkuliah di tiga kampus yang berbeda.

“Btw dia sekampus sama lo kan?” tanya Shani memastikan.

Elaine menganggukan kepalanya. “Dia anak FIB,” jawab Elaine sembari membereskan makeupnya di meja riasnya.

“Pokoknya lo kudu memastikan dia nyesel nyakitin hati Elaine yang lembut ini,” kata Shani lagi. Mereka bertiga mencoba memberikan semangat pada Elaine.

Elaine senyum penuh harapan. Grace dan Shani saling bertatapan, mereka senang melihat sahabatnya sudah bangkit dari keterpurukan. Memang ya, wanita itu akan menangis dulu saat dia baru saja patah hati. Namun, setelah itu dia akan bangkit dan mencoba untuk mengikhlaskan semuanya.

***

“Itu kan anak manajemen angkatan baru? Namanya siapa?” bisik seorang laki-laki ketika Elaine berjalan di koridor fakultasnya.

Ya, Elaine adalah mahasiswa manajemen di salah satu kampus negeri ternama. Sejak masa ospek, tak sedikit dari mahasiswa baru atau mahasiswa lama yang memperhatikan Elaine. Gadis ini benar-benar mencuri perhatian para mahasiswa manajemen lainnya.

“Elaine kalau nggak salah. You know, doi juga pinter. Gue dapat bocoran dari bidang akademik kalau dia itu peringkat satu dari jalur masuk SNMPTN,” bisik laki-laki lainnya. Kini mereka mengekori Elaine dari belakang.

Elaine hanya tersenyum senang. Selama sekolah dia tidak pernah mendapatkan pujian atas penampilannya. Kini dia bisa mendapatkan dua pujian sekaligus: pertama karena kepintarannya, dan kedua karena penampilannya.

Elaine memasuki ruang kelas, hari ini adalah kuliah pertamanya. Ketika gadis itu menapakkan kakinya di kelas, beberapa pasang mata sudah menatapnya. Kemudian gadis itu tersenyum pada teman sekelasnya.

“Len, sini duduk di sini!” seru seorang perempuan pada Elaine. Dia adalah Veni, teman pertama Elaine di kampus. Anaknya energik dan supel. Hampir sebelas dua belas dengan Elaine ketika SMA. Tapi kali ini Elaine ingin menunjukan sisi elegan dari dirinya.

Elaine melemparkan senyum pada Veni. Kemudian gadis itu segera duduk di samping gadis berambut pendek.

As always penampilan lo tetep the best!” puji Veni.

“Gue masih belajar, Ven. Lo juga nggak kalah oke kok,” balas Elaine pada teman barunya itu.

Tak lama kemudian seorang dosen perempuan masuk ke dalam kelas. Memperkenalkan dirinya dan tentunya memperkenalkan mata kuliah yang akan dipelajari bersama selama satu semester ke depan.

Jam istirahat pun tiba. Untuk di hari pertama Elaine kuliah ini, jadwalnya seperti sekolah. Di mulai pukul 07.00 dan baru istirahat pukul 12.00. Untungnya sehabis ini, tidak ada lagi mata kuliah yang menunggu mereka.

Elaine dan Veni memutuskan untuk ke kantin mahasiswa. Mereka berniat untuk makan siang, sebelum nanti akan ke perpustakaan untuk mencari buku yang direkomendasikan oleh dosennya tadi. Namun sayang, kantin yang ramai membuat mereka kesulitan mendapatkan tempat duduk.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki melambaikan tangannya pada Elaine dan Veni. Terlihat dia hanya duduk berdua bersama seorang laki-laki dan masih ada space untuk mereka berdua. Tanpa berpikir panjang Elaine dan Veni menghampirinya.

“Nggak papa kita duduk di sini?” tanya Veni sungkan.

“Iya, lagian nggak ada kursi lagi kan? Btw kalian anak manajemen bukan?” tanya laki-laki itu.

Elaine dan Veni menarik kursi sambil manggut. Mereka menyimpan piring yang berisi makan siangnya.

“Lo Elaine kan?” tanya laki-laki itu pada Elaine.

Elaine melirikkan matanya pada kedua laki-laki itu. Rada aneh, karena Elaine tidak mengenali mereka berdua. Kemudian dia menganggukan kepalanya.

“Iya, gue Elaine dan ini Veni. Anak manajemen juga.” Elaine memperkenalkan Veni pada mereka. Tak enak jika hanya Elaine yang dikenal, sedangkan orang yang bersamanya tidak dikenal atau bahkan hanya dianggap sebagai angin lalu saja.

“Oh. Kenalin gue Bisma dan ini Dicky. Sama kok anak manajemen juga tapi satu tahun di atas kalian.” Laki-laki yang ternyata bernama Bisma itu memperkenalkan dirinya.

“Oh, hai Kak.” Mendadak dua gadis ini menjadi sungkan, setelah mengetahui ternyata mereka berdua adalah kakak seniornya.

“Haha, santai-santai gue kagak senioritas kok,” ucap Bisma.

Akhirnya mereka berdua: Elaine dan Veni menghabiskan makan siang mereka ditemani Bisma dan Dicky. Kedua seniornya pun sharing pengalaman pada dua juniornya itu. Menceritakan mata kuliah yang lumayan sulit, sampai ke karakter dosen di semester satu ini. Lumayan, Elaine dan Veni mendapatkan pengetahuan baru.

Di tengah ke ingar-bingaran kantin mahasiswa di jam makan siang. Terdapat beberapa gerombolan laki-laki … lebih tepatnya empat orang laki-laki yang sedang mengobrol bersama. Salah satu diantara mereka ada yang memperhatikan ke arah meja Elaine.

“Lo tahu nggak, ada anak manajemen yang cantik loh!” seru seorang laki-laki yang sedari tadi memperhatikan Elaine.

“Maba?” timpal seorang temannya yang mengenakan kemeja hitam.

“Yep. Gue kalau iseng lewat FEB suka tuh denger kalau ada anak manajemen yang cantik,” balas laki-laki tadi.

“Mana? Lo ada fotonya nggak? Jangan ngomong cantik kalau lo nggak ada fotonya,” ucap seorang laki-laki yang duduk di sebrangnya, mengenakan kemeja berwarna navy.

“Kagak ada fotonya, tapi ada orangnya.” Kemudian laki-laki itu mengarahkan pandangan teman-temannya pada Elaine. “Lo lihat ada 2 orang cewek sama 2 orang cowok duduk di sana?” Laki-laki itu menunjuk meja Elaine.

“Oh iya gue lihat!” seru laki-laki berkemeja hitam. “Biar gue tebak, pasti yang pakai baju putih kan?” tebaknya.

Laki-laki itu menjentikkan jarinya. “Mata lo jeli, bro. Iya yang pakai baju putih. Cantik kan?”

“Lumayan lah, walau anak kita ada yang lebih cantik dari dia. Tapi … masih selevel sama gue lah itu cewek,” ungkap laki-laki berkemja navy.

Salah satu laki-laki lain, yang mengenakan kemeja biru langit yang memiliki bercak putih, menyipitkan matanya. Dia mencoba fokus dengan objek yang ditunjukkan oleh temannya itu. Perasaannya, ia mengenali sosok perempuan yang sedang mereka perbincangkan.

“Biar gue tebak namanya. Namanya Elaine bukan?” Tiba-tiba laki-laki berkemeja biru langit angkat bicara.

Sontak ketiga temannya itu menoleh kearahnya, terkejut.

“Loh, kok tahu namanya?” tanya laki-laki pembuka topik penuh selidik. “Jangan-jangan lo udah ngincer ya?” tanyanya lagi.

“Hah.” Laki-laki berkemeja biru langit itu mendengus dan menyeringai. Kemudian dia membuang muka, tak lagi memandangi Elaine.

***

Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tadi setelah dari perpustakaan, KM kelas menyuruh anak-anaknya berkumpul. Mau tidak mau, Elaine dan Veni kembali ka fakultas. Mereka membicarakan mengenai teman-teman yang tidak kebagian buku di perpustkaan, dan berinsiatif untuk membeli secara kolektif.

Setelah pertemuan itu Elaine pulang sendirian ke kosannya. Karena kosannya dengan Veni berlawanan arah, akhirnya gadis itu pulang sendirian ke kosannya. Suasana di sekitar sudah tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah lumayan sore juga.

Saat Elaine sedang berada di gang jalan menuju kosannya. Tiba-tiba dia dicegat oleh seorang laki-laki.

“Hai, Elaine. Apa kabar?” sapa laki-laki itu.

Sontak Elaine menghentikkan langkahnya. Terkejut ketika mendapati sesosok laki-laki yang menghalangi jalannya. Saking terkejutnya Elaine sampai mundur satu langkah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status